26 C
Medan
Friday, July 5, 2024

DBD di Binjai: Tempo Dua Minggu, Dua Meninggal

Wabah DBD-Ilustrasi
Wabah DBD-Ilustrasi

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Wabah demam berdarah (DBD) tengah menghantui warga Binjai. Dua minggu terakhir ini saja, sudah 2 anak meninggal dunia karena terserang penyakit mematikan ini. Masyarakat meminta Dinas Kesehatan Kota Binjai tanggap dengan kasus dan kejadian yang disinyalir akan terus menjangkiti warga ini.

Erna Hayati (45) warga Jalan Jend Sudirman, Gang Damai, Kelurahan Binjai, Binjai Kota ini harus kehilangan anaknya, Hayatullah Humaini (15) akibat penyakit ini. Hayatullah menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin (28/9) lalu. Awalnya, anak pasangan Erna dan Sarbaeni Lubis (47) itu, hanya mengalami demam tinggi, namun tidak lama langsung meninggal dunia.

“Selain demam tinggi, anak saya juga mual dan mengalami nyeri di ulu hati. Kemudian, langsung meninggal,” kata Erna saat disambangi di rumahnya, Rabu (28/10) sore. Setelah anaknya meninggal dunia, tidak lama kemudian, tetangga mereka juga ikut meninggal. “11 hari setelah anak saya meninggal, kemudian ada anak tetangga kami yang meninggal, juga diduga karena demam berdarah,” tambah Erna.

Adalah Nora (35), nama ibu yang kehilangan anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu. Fikri (8) meninggal dunia pada Jumat (9/10) lalu. Tidak membutuhkan waktu lama, Fikri harus menghembuskan nafas terakhirnya. “Kata seorang dokter, anak saya seperti gejala demam berdarah. Setelah demam tinggi, langsung step,” sebut pegawai Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Binjai itu.

Lurah Binjai, T Sehbana Pandia mengatakan dia sangat mengharapkan dan meminta dinas terkait untuk melakukan fogging di pemukiman yang dipimpinnya. “Saya harapkan agar Pemko Binjai untuk lebih memperhatikan daerah masyarakat yang sudah terkena demam berdarah. Agar masyarakat tidak ada lagi yang terkena DBD,” kata Sehbana.

Namun, kata Sehbana, sebuah pernyataan yang dilontarkan petugas Dinas Kesehatan saat di Puskesmas Kelurahan Binjai, sangat melukai hati rakyat. “Saat sosialisasi di Puskesmas, petugas Dinkes mengatakan tidak akan melakukan fogging di daerah tersebut. Alasannya, karena tidak ada obatnya,” sesal Sehbana. Akibat pernyataan petugas Dinas Kesehatan tersebut, membuat warga harus melakukan fogging sendiri.

“Ada warga yang terpaksa melakukan fogging sendiri di rumahnya. Kami meminta tolong, supaya pemerintah lebih memperhatikan masyarakat, khususnya di Kampung Binjai ini,” harapnya. Saat disambangi ke Dinas Kesehatan Kota Binjai, seorang petugas mengaku kalau Plt Kepala Dinas sedang tidak berada di kantornya. “Habis upacara di tanah lapang, belum pulang ke kantor,” ujarnya. (bam/deo)

Wabah DBD-Ilustrasi
Wabah DBD-Ilustrasi

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Wabah demam berdarah (DBD) tengah menghantui warga Binjai. Dua minggu terakhir ini saja, sudah 2 anak meninggal dunia karena terserang penyakit mematikan ini. Masyarakat meminta Dinas Kesehatan Kota Binjai tanggap dengan kasus dan kejadian yang disinyalir akan terus menjangkiti warga ini.

Erna Hayati (45) warga Jalan Jend Sudirman, Gang Damai, Kelurahan Binjai, Binjai Kota ini harus kehilangan anaknya, Hayatullah Humaini (15) akibat penyakit ini. Hayatullah menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin (28/9) lalu. Awalnya, anak pasangan Erna dan Sarbaeni Lubis (47) itu, hanya mengalami demam tinggi, namun tidak lama langsung meninggal dunia.

“Selain demam tinggi, anak saya juga mual dan mengalami nyeri di ulu hati. Kemudian, langsung meninggal,” kata Erna saat disambangi di rumahnya, Rabu (28/10) sore. Setelah anaknya meninggal dunia, tidak lama kemudian, tetangga mereka juga ikut meninggal. “11 hari setelah anak saya meninggal, kemudian ada anak tetangga kami yang meninggal, juga diduga karena demam berdarah,” tambah Erna.

Adalah Nora (35), nama ibu yang kehilangan anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu. Fikri (8) meninggal dunia pada Jumat (9/10) lalu. Tidak membutuhkan waktu lama, Fikri harus menghembuskan nafas terakhirnya. “Kata seorang dokter, anak saya seperti gejala demam berdarah. Setelah demam tinggi, langsung step,” sebut pegawai Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Binjai itu.

Lurah Binjai, T Sehbana Pandia mengatakan dia sangat mengharapkan dan meminta dinas terkait untuk melakukan fogging di pemukiman yang dipimpinnya. “Saya harapkan agar Pemko Binjai untuk lebih memperhatikan daerah masyarakat yang sudah terkena demam berdarah. Agar masyarakat tidak ada lagi yang terkena DBD,” kata Sehbana.

Namun, kata Sehbana, sebuah pernyataan yang dilontarkan petugas Dinas Kesehatan saat di Puskesmas Kelurahan Binjai, sangat melukai hati rakyat. “Saat sosialisasi di Puskesmas, petugas Dinkes mengatakan tidak akan melakukan fogging di daerah tersebut. Alasannya, karena tidak ada obatnya,” sesal Sehbana. Akibat pernyataan petugas Dinas Kesehatan tersebut, membuat warga harus melakukan fogging sendiri.

“Ada warga yang terpaksa melakukan fogging sendiri di rumahnya. Kami meminta tolong, supaya pemerintah lebih memperhatikan masyarakat, khususnya di Kampung Binjai ini,” harapnya. Saat disambangi ke Dinas Kesehatan Kota Binjai, seorang petugas mengaku kalau Plt Kepala Dinas sedang tidak berada di kantornya. “Habis upacara di tanah lapang, belum pulang ke kantor,” ujarnya. (bam/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/