KARO, SUMUTPOS.CO – Luncuran awan panas Gunung Sinabung membakar sedikitnya 14 rumah di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi sejak Selasa 28 April hingga hari ini, Rabu (29/4) itu.
Ketua Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Kabupaten Karo, Susanto, mengatakan tidak ada upaya penyelamatan karena tidak ada seorang pun yang berani masuk ke daerah tersebut. “Ada 14 rumah yang terbakar, 4 rumah merupakan rumah adat. Kami tidak berani memadamkan api karena tidak ada yang berani masuk ke daerah itu. Beruntung tadi siang api sudah padam,” ucap Susanto.
Dia menambahkan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, sebab para pengungsi Gunung Sinabung yang bermukim di Desa Gurukinayan masih bertahan di luar kampung. “Para pengungsi masih bertahan di luar kampung karena belum berani pulang,” terang Susanto. Gunung Sinabung terakhir meletus pada 3 Januari 2015. Saat itu, Gunung yang terletak di tanah Karo ini memuntahkan isinya dengan tinggi semburan mencapai 3 kilometer.
Dijelaskan Susanto, pada Selasa (28/4) sekitar pukul 17.00 WIB Gunung Sinabung erupsi, lantas pada pukul 17.19 WIB luncuran awan panas sampai ke Lau Borus dan puncaknya itu pada pukul 21.00 WIB hingga zona merah. “Sudah sekitar satu tahun masyrakat tak tempati daerah tersebut, namun ada beberapa rumah yang masih utuh,” kata Susanto.
Susanto mengatakan saat ini masyarakat di pengungsian membutuhkan logistik dan lahan pertanian rusak. Hingga saat ini pemerintah menetapkan status Gunung Sinabung siaga (level III) sejak 8 April 2014. Masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius tiga hingga lima kilometer dari puncak gunung. (bbs/deo)
KARO, SUMUTPOS.CO – Luncuran awan panas Gunung Sinabung membakar sedikitnya 14 rumah di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi sejak Selasa 28 April hingga hari ini, Rabu (29/4) itu.
Ketua Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Kabupaten Karo, Susanto, mengatakan tidak ada upaya penyelamatan karena tidak ada seorang pun yang berani masuk ke daerah tersebut. “Ada 14 rumah yang terbakar, 4 rumah merupakan rumah adat. Kami tidak berani memadamkan api karena tidak ada yang berani masuk ke daerah itu. Beruntung tadi siang api sudah padam,” ucap Susanto.
Dia menambahkan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, sebab para pengungsi Gunung Sinabung yang bermukim di Desa Gurukinayan masih bertahan di luar kampung. “Para pengungsi masih bertahan di luar kampung karena belum berani pulang,” terang Susanto. Gunung Sinabung terakhir meletus pada 3 Januari 2015. Saat itu, Gunung yang terletak di tanah Karo ini memuntahkan isinya dengan tinggi semburan mencapai 3 kilometer.
Dijelaskan Susanto, pada Selasa (28/4) sekitar pukul 17.00 WIB Gunung Sinabung erupsi, lantas pada pukul 17.19 WIB luncuran awan panas sampai ke Lau Borus dan puncaknya itu pada pukul 21.00 WIB hingga zona merah. “Sudah sekitar satu tahun masyrakat tak tempati daerah tersebut, namun ada beberapa rumah yang masih utuh,” kata Susanto.
Susanto mengatakan saat ini masyarakat di pengungsian membutuhkan logistik dan lahan pertanian rusak. Hingga saat ini pemerintah menetapkan status Gunung Sinabung siaga (level III) sejak 8 April 2014. Masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius tiga hingga lima kilometer dari puncak gunung. (bbs/deo)