28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Bus Sinar Kurnia Masuk Jurang, 3 Tewas

Tim SAR mengevakuasi para korban jatuhnya bus Kurnia dari dalam jurang dekat Sibolga.
Tim SAR mengevakuasi para korban jatuhnya bus Kurnia dari dalam jurang dekat Sibolga.

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Bus travel CV Sinar Kurnia nomor polisi BB 7036 BB sedang dalam perjalanan dari Kota Sibolga menuju Kota Medan masuk jurang di Km 6, Desa Bonan Dolak, Kab. Tapanuli Tengah, Sabtu (28/6) sekitar pukul 16.00 WIB. Dari 7 penumpang di dalam angkutan umum itu 3 tewas, 2 luka ringan, dan 2 luka berat yakni sopir bus.

Korban tewas masing-masing Helman Parulian Manurung (28), warga Tebing Tinggi, Boru Panjaitan nenek dari Valentina, warga Sihapas, Sorkam, Tapteng, dan Minsar, warga Batas Tarok Nagari Parit, Kec. Koto Balingka, Kab. Pasaman Barat.

Sedangkan korban luka-luka dirawat di Rumah Sakit FL Tobing, Sibolga diantaranya, Valentina Hutapea (5), warga Desa Nahornop, Sitaralaman, Taput, mengalami lecet di tangan dan kepala. Kemudian Lisdon Nadapdap (23), warga Sei Bilah, Kab. Serdang Bedagai luka ringan, sedangkan Robinhot Sihombing, warga Tarutung, Taput, belum sadarkan diri, akibat berturan pada kepala yang mengakibatkan luka robek yang cukup serius. Begitu juga dengan Hotmarojahan Hutagalung (49), warga Banuaji, Kecamatan Adian Koting, Taput mengalami banturan di kepala.

Keterangan yang dihimpun, sebelum kejadian, mobil angkutan umum CV Sinar Kurnia itu sedang dalam perjalanan. Setiba di lokasi kejadian, mobil yang dikemudikan Hotmarojahan Hutagalung (49) itu kehilangan kendali setelah berpapasan dengan mobil tangki. Akibatnya mobil justru masuk jurang yang kedalamannya sekitar 100 meter.

Keterangan warga yang ikut melakukan evakuasi mengaku, ada 7 penumpang ditambah 1 sopir di dalam bus. 4 korban kondisinya tidak begitu parah berhasil dievakuasi oleh warga sekitar termasuk seorang bocah perempuan berumur 5 tahun. Sedangkan 4 korban lainnya masih berada dalam jurang. Satu diantaranya masih hidup, dengan kondisi kritis sedangkan 3 orang lainnya sudah tewas.

Amatan wartawan New Tapanuli (Grup SUMUTPOS.CO) di lokasi kejadian, ratusan warga yang berbondong-bondong memadati lokasi kejadian sehingga mengakibatkan macet. Jarak perkampungan dengan lokasi kejadian berkisar 500 meter. Petugas SatLantas Polres Tapteng, Tim SAR dan warga berjam-jam untuk melakukan evakuasi akibat medan yang terjal serta jurang yang dalam.

Seorang penumpang yang selamat, Lisdon ketika ditemui di ruang IGD Rumah Sakit FL Tobing, Sibolga menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi akibat sopir mengelakkan mobil tangki yang datang dari arah yang berlawanan. Diterangkannya, mobil berangkat dari terminal Sibolga sekira pukul 15.00 WIB. Dan sekira pukul 15.30 WIB, tepat di km 6 jalan Sibolga-Tarutung, mobil yang ditumpanginya mencoba meminggir karena truk tangki yang datang dari arah Tarutung memakan sebagian badan jalan.

“Kira-kira pukul 15.30 WIB kejadiannya. Saat itu ada mobil tangki yang datang dari arah Tarutung. Jadi untuk menghindari supaya tidak tabrakan, sopir banting setir ke kiri, ke sebelah jurang. Sementara tangki banting setir ke arah gunung,” ungkapnya.

Mobil sempat berhenti sejenak. Lisdon yang duduk di barisan sopir tepat di samping jendela merasakan tanah pijakan ban mobil bergerak secara perlahan. Merasa badan mobil sudah mulai jatuh, dia dan penumpang lainnya berteriak minta tolong. Namun, semakin lama, mobil jatuh dan manghantam ranting pohon hingga membuat kondisi mobil rusak parah.

“Kalau kecepatan kami biasa aja. Hanya karena mau mengelakkan truk tangki aja. Sopir mencoba meminggirkan mobil ke arah jurang. Karena tanahnya lembek makanya mobil jatuh. Itupun jatuhnya perlahannya, karena aku lihat sendiri, aku kan ada di samping jendela,” ucapnya.

Berdasarkan pemeriksaan sementara, kecelakaan lalu lintas tersebut diduga akibat sempitnya badan jalan sehingga bus itu masuk dalam jurang.

“Sopir menduga rerumputan di kiri masih bagian jalan, ternyata itu jurang. Mobil terperosok,” sambung Kapolres Tapteng, AKBP Misnan kepada wartawan di lokasi kejadian.

Disebutkannya, lokasi kecelakaan itu memang rawan. Jalannya sempit, dan di pinggirnya jurang. Jurang juga cukup dalam. Dari tepian jalan, kendaraan yang masuk jurang itu juga tidak kelihatan.

 

SUDAH DILARANG PULANG KE PORSEA

Keluarga korban Valentina yang ditemui di rumah sakit mengaku mengetahui kejadian tersebut dari salah seorang sopir yang melintas dari depan rumahnya. Sebab, sebelumnya mereka sudah menaruh curiga, seharusnya Valentina sudah sampai di rumah.

“Tahunya kami dari salah seorang sopir, dibilang pula ada anak-anak yang jadi korban. Memang, kami sudah merasa was-was karena terlalu lama, kok nggak nyampe-nyampe. Dan sudah sempat kami periksa mobil-mobil yang melintas dari depan rumah,” tuturnya.

Dia dan ayah Valentina langsung berangkat menuju Sibolga. “Tanpa berpikir panjang kami langsung menyetop mobil dan berangkat ke Sibolga,” aku wanita yang enggan menyebutkan namanya dan mengaku sebagai namboru Valentina.

Diterangkannya, Valentina sudah satu bulan berada di rumah neneknya. Karena sudah rindu dengan ibunya, neneknyapun mengantarnya pulang ke Sitaralaman.

“Sebelumnya, neneknya pernah datang ke Sitaralaman, dan membawa Valentina ke Sorkam. Dan sudah sebulan dia (Valentina) tinggal di rumah neneknya itu. Jadi, karena dia sudah rindu dengan ibunya, neneknyapun mengantarkannya pulang ke Sitaralaman,” bebernya

Sedangkan, Saut Manurung, abang kandung Helman ketika tiba di rumah sakit menangis histeris melihat jasad adiknya. Sebelumnya, ia sudah melarang adiknya untuk pulang ke Porsea hari itu. Namun, alasan ada kerjaan yang mendadak Helmanpun berangkat bersama dengan laenya (adik kandung istrinya).

“Sebenarnya kami tinggal di Tebing, saya merantau ke Sibolga dan dia (Helman) ke Porsea. Jadi, beberapa hari lalu dia nelepon aku, katanya dia rindu sama aku, jadi kusuruh datang ke Sibolga. Tiba-tiba, tadi dia memutuskan untuk segera kembali ke Porsea, tempat kerjanya. Sempat kularang berangkat tadi, tapi katanya harus berangkat juga, ada urusan kerja katanya yang perlu diselesaikan,” ungkapnya. (ts/rb/smg)

Tim SAR mengevakuasi para korban jatuhnya bus Kurnia dari dalam jurang dekat Sibolga.
Tim SAR mengevakuasi para korban jatuhnya bus Kurnia dari dalam jurang dekat Sibolga.

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Bus travel CV Sinar Kurnia nomor polisi BB 7036 BB sedang dalam perjalanan dari Kota Sibolga menuju Kota Medan masuk jurang di Km 6, Desa Bonan Dolak, Kab. Tapanuli Tengah, Sabtu (28/6) sekitar pukul 16.00 WIB. Dari 7 penumpang di dalam angkutan umum itu 3 tewas, 2 luka ringan, dan 2 luka berat yakni sopir bus.

Korban tewas masing-masing Helman Parulian Manurung (28), warga Tebing Tinggi, Boru Panjaitan nenek dari Valentina, warga Sihapas, Sorkam, Tapteng, dan Minsar, warga Batas Tarok Nagari Parit, Kec. Koto Balingka, Kab. Pasaman Barat.

Sedangkan korban luka-luka dirawat di Rumah Sakit FL Tobing, Sibolga diantaranya, Valentina Hutapea (5), warga Desa Nahornop, Sitaralaman, Taput, mengalami lecet di tangan dan kepala. Kemudian Lisdon Nadapdap (23), warga Sei Bilah, Kab. Serdang Bedagai luka ringan, sedangkan Robinhot Sihombing, warga Tarutung, Taput, belum sadarkan diri, akibat berturan pada kepala yang mengakibatkan luka robek yang cukup serius. Begitu juga dengan Hotmarojahan Hutagalung (49), warga Banuaji, Kecamatan Adian Koting, Taput mengalami banturan di kepala.

Keterangan yang dihimpun, sebelum kejadian, mobil angkutan umum CV Sinar Kurnia itu sedang dalam perjalanan. Setiba di lokasi kejadian, mobil yang dikemudikan Hotmarojahan Hutagalung (49) itu kehilangan kendali setelah berpapasan dengan mobil tangki. Akibatnya mobil justru masuk jurang yang kedalamannya sekitar 100 meter.

Keterangan warga yang ikut melakukan evakuasi mengaku, ada 7 penumpang ditambah 1 sopir di dalam bus. 4 korban kondisinya tidak begitu parah berhasil dievakuasi oleh warga sekitar termasuk seorang bocah perempuan berumur 5 tahun. Sedangkan 4 korban lainnya masih berada dalam jurang. Satu diantaranya masih hidup, dengan kondisi kritis sedangkan 3 orang lainnya sudah tewas.

Amatan wartawan New Tapanuli (Grup SUMUTPOS.CO) di lokasi kejadian, ratusan warga yang berbondong-bondong memadati lokasi kejadian sehingga mengakibatkan macet. Jarak perkampungan dengan lokasi kejadian berkisar 500 meter. Petugas SatLantas Polres Tapteng, Tim SAR dan warga berjam-jam untuk melakukan evakuasi akibat medan yang terjal serta jurang yang dalam.

Seorang penumpang yang selamat, Lisdon ketika ditemui di ruang IGD Rumah Sakit FL Tobing, Sibolga menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi akibat sopir mengelakkan mobil tangki yang datang dari arah yang berlawanan. Diterangkannya, mobil berangkat dari terminal Sibolga sekira pukul 15.00 WIB. Dan sekira pukul 15.30 WIB, tepat di km 6 jalan Sibolga-Tarutung, mobil yang ditumpanginya mencoba meminggir karena truk tangki yang datang dari arah Tarutung memakan sebagian badan jalan.

“Kira-kira pukul 15.30 WIB kejadiannya. Saat itu ada mobil tangki yang datang dari arah Tarutung. Jadi untuk menghindari supaya tidak tabrakan, sopir banting setir ke kiri, ke sebelah jurang. Sementara tangki banting setir ke arah gunung,” ungkapnya.

Mobil sempat berhenti sejenak. Lisdon yang duduk di barisan sopir tepat di samping jendela merasakan tanah pijakan ban mobil bergerak secara perlahan. Merasa badan mobil sudah mulai jatuh, dia dan penumpang lainnya berteriak minta tolong. Namun, semakin lama, mobil jatuh dan manghantam ranting pohon hingga membuat kondisi mobil rusak parah.

“Kalau kecepatan kami biasa aja. Hanya karena mau mengelakkan truk tangki aja. Sopir mencoba meminggirkan mobil ke arah jurang. Karena tanahnya lembek makanya mobil jatuh. Itupun jatuhnya perlahannya, karena aku lihat sendiri, aku kan ada di samping jendela,” ucapnya.

Berdasarkan pemeriksaan sementara, kecelakaan lalu lintas tersebut diduga akibat sempitnya badan jalan sehingga bus itu masuk dalam jurang.

“Sopir menduga rerumputan di kiri masih bagian jalan, ternyata itu jurang. Mobil terperosok,” sambung Kapolres Tapteng, AKBP Misnan kepada wartawan di lokasi kejadian.

Disebutkannya, lokasi kecelakaan itu memang rawan. Jalannya sempit, dan di pinggirnya jurang. Jurang juga cukup dalam. Dari tepian jalan, kendaraan yang masuk jurang itu juga tidak kelihatan.

 

SUDAH DILARANG PULANG KE PORSEA

Keluarga korban Valentina yang ditemui di rumah sakit mengaku mengetahui kejadian tersebut dari salah seorang sopir yang melintas dari depan rumahnya. Sebab, sebelumnya mereka sudah menaruh curiga, seharusnya Valentina sudah sampai di rumah.

“Tahunya kami dari salah seorang sopir, dibilang pula ada anak-anak yang jadi korban. Memang, kami sudah merasa was-was karena terlalu lama, kok nggak nyampe-nyampe. Dan sudah sempat kami periksa mobil-mobil yang melintas dari depan rumah,” tuturnya.

Dia dan ayah Valentina langsung berangkat menuju Sibolga. “Tanpa berpikir panjang kami langsung menyetop mobil dan berangkat ke Sibolga,” aku wanita yang enggan menyebutkan namanya dan mengaku sebagai namboru Valentina.

Diterangkannya, Valentina sudah satu bulan berada di rumah neneknya. Karena sudah rindu dengan ibunya, neneknyapun mengantarnya pulang ke Sitaralaman.

“Sebelumnya, neneknya pernah datang ke Sitaralaman, dan membawa Valentina ke Sorkam. Dan sudah sebulan dia (Valentina) tinggal di rumah neneknya itu. Jadi, karena dia sudah rindu dengan ibunya, neneknyapun mengantarkannya pulang ke Sitaralaman,” bebernya

Sedangkan, Saut Manurung, abang kandung Helman ketika tiba di rumah sakit menangis histeris melihat jasad adiknya. Sebelumnya, ia sudah melarang adiknya untuk pulang ke Porsea hari itu. Namun, alasan ada kerjaan yang mendadak Helmanpun berangkat bersama dengan laenya (adik kandung istrinya).

“Sebenarnya kami tinggal di Tebing, saya merantau ke Sibolga dan dia (Helman) ke Porsea. Jadi, beberapa hari lalu dia nelepon aku, katanya dia rindu sama aku, jadi kusuruh datang ke Sibolga. Tiba-tiba, tadi dia memutuskan untuk segera kembali ke Porsea, tempat kerjanya. Sempat kularang berangkat tadi, tapi katanya harus berangkat juga, ada urusan kerja katanya yang perlu diselesaikan,” ungkapnya. (ts/rb/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/