DAIRI, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 9 titik tanah amblas (sinkhole) ditemukan di Dusun Kuta Nangka Desa Kempawa Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Penemuan itu sesuai hasil penelitian tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi / Badan Geologi (PVMBG ) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), selama 7 hari di Desa Kempawa.
“Lokasi Sinkhole terdapat di areal perladangan sebanyak 7 titik, di dan kawasan permukiman sebanyak 2 titik,”n
jelas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dairi, Bahagia Ginting, didampingi Kepala Sub Bidang Mitigasi wilayah barat meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan, Sumariono, di Kantor BPBD Dairi, Jumat (29/11). Turut hadir dua penyelidik geologi yang meneliti fenomena sinkhole di Dairi, yakni Iqbal dan Kibar.
Sumariono menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian akhir di lapangan, ditemukan bahwa struktur tanah di daerah Kuta Nangka mengandung batu gamping. Sementara di bagian atas (permukaan) adalah tanah pelapukan.
Deteksi bentuk objek bawah tanah menggunakan pengolahan citra B-Scan pada Ground Penetrating Radar (GPR) —tanpa harus menggali dan merusak tanah—di sekitar lokasi Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), menemukan kedalaman sinkhole hingga 5-6 meter, dengan ukuran diameter paling besar 40 meter.
“Sinkhole terjadi akibat adanya genangan air menyebabkan pergeseran tanah, yang di bawahnya ada terdapat batu gamping yang mudah retak, sehingga material turun ke bawah,” kata Sumariono.
Titik Sinkhole banyak terdapat di lokasi cekung. Batu gamping di bawah tanah, lanjutnya, meski keras namun mudah retak-retak jika terkena resapan air. Sehingga rawan terjadi longsor. Kondisi hujan berkepanjangan, menurutnya, menjadi salahsatu pemicu terjadinya sinkhole. “Banyaknya sinkhole di perladangan karena lokasi kebanyakan cekung,” sebutnya.
Sebagai penanggulangan, PVMBG menyarankan agar di lokasi sinkhole dibuat saluran drainase. Sementara bekas lubang sinkhole bisa ditutup menggunakan batu. “Jangan pakai sampah,” sarannya.
Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, ia menyarankan 4 rumah warga yang terdampak sinkhole, supaya direlokasi (pindah).
“Fenomena alam sinkhole sebenarnya sudah lama ada di Dusun Kuta Nangka. Bahkan sudah terjadi sejak 40 tahun lalu. Hanya saja warga sekitar kurang pemahaman terhadap fenomena alam dimaksud. Dusun Kuta Nangka aman untuk dihuni,” pungkasnya.
Kepala BPBD Dairi, Bahagia Ginting menyampaikan apresiasi kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pusat, yang sudah menurunkan tim ke Dairi. Selanjutnya, Pemerintah Dairi akan menyosialisasikan hasil penelitian tim PVMBG kepada warga. Antara lain apa itu fenomena alam sinkhole, dan ada dampak serta bahayanya.
Selanjutnya, pihaknya akan menyusun laporan kepada BNPB pusat, memohon bantuan penanganan sinkhole dalam bentuk pembiayaan dan bagaimana mengantisipasi dampak yang besar.
“Kita juga minta bantuan BNPB mengenai perbaikan rumah yang rusak. Karena akibat peristiwa sinkhole itu, sebanyak 4 kepala keluarga dengan jumlah 15 jiwa, terpaksa dipindahkan karena rumah mereka rusak dan lokasi tidak layak dihuni lagi,” katanya.
Dampak sinkhole, jumlah kerugian sekitar Rp600 juta, dengan rincian untuk pemukiman sebesar Rp200 juta, areal pertanian Rp100 juta, serta bangunan gereja GBKP sebesar Rp300 juta.
Adapun bangunan GBKP tidak bisa lagi difungsikan. Saat gereja dibangun tahun 2017, belum muncul sinkhole. “Tetapi setelah hampir rampung, muncul sinkhole sehingga bangunan tidak bisa dipakai,” ujar Bahagia. (rud)