30 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Anies Pertama, Dahlan Kedua

thumb_875967_10030128082013_Dahlan_iskan__menunjukk_tanganJAKARTA- Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menunjukkan bahwa publik merekomendasikan Anies Baswedan menjadi calon presiden (Capres) dari non parati politik (Parpol).

Tingkat keterpilihan Rektor Universitas Paramadina itu sebesar 19,6 persen. Sementara pesaing Anies di konvensi Partai Demokrat, Dahlan Iskan, menguntit di urutan nomor dua. Elektabilitas Menteri BUMN itu 18,5 persen.

Kemudian berturut-turut bekas Ketua MK Mahfud MD 16,3 persen; Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin 6,1 persen; Ketua PBNU Said Aqil Siradj 5,0 persen; dan raja dangdut Rhoma Irama 4,3 persen.

Sebanyak 2,0 persen pilihan responden tersebar ke sejumlah nama-nama lain. Sementara selebihnya 28,3 persen tidak menjawab atau tidak tahu sosok yang pantas menjadi capres dari non-parpol.

Hal itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN). Survei nasional LSIN “Capres Non-Parpol” dilakukan pada 1-15 Oktober 2013 dengan melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia ditambah beberapa responden dari luar negeri.

Survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap provinsi.

Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan margin of error sebesar ± 3,1%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh provinsi.

“Maksud survei ini untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari non-parpol,” jelas Direktur Eksekutif LSIN, Yasin Mohammad dalam keterangan persnya (Minggu, 10/11).

Menurut dia, elektabilitas Anies Baswedan tidak lepas dari sosok Anies sebagai tokoh dan intelektual muda Indonesia, pada 2007 nama Anies mencuat ketika menjabat sebagai Rektor Paramadina dan tercatat sebagai Rektor termuda di Indonesia.

Anies menyita perhatian publik melalui kegiatan kepedulian terhadap masyarakat terutama di bidang pendidikan lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Ia juga gencar melakukan aksi dan kampanye anti korupsi bersama KPK.

Sementara elektablitas Dahlan Iskan, yang saat ini juga terdaftar dalam peserta Konvensi Capres Partai Demokrat dilihat dari aspek ideologi politik, Dahlan diminati oleh simpatisan lintas ideologi politik, secara geografis merata di seluruh Provinsi.

Dari aspek demografi Dahlan dominan di kalangan dewasa. Elektabilitas Dahlan didorong dari posisinya sebagai pejabat publik yaitu sempat menjadi Dirut PLN, dan saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN, posisinya sebagai pengusaha media juga memberikan kontribusi besar, didukung dengan karakternya sebagai pekerja keras serta kegiatan-kegiatan keteladanannya yang bersifat spontanitas.

Sebagai penguasa media Dahlan juga melakukan sosialisasi dirinya baik melalui tulisan maupun iklan politik.

Mahfud MD banyak diminati responden di wilayah Pulau Jawa. Ia dikenal publik sebagai akademisi, Mahfud sempat menjadi anggota DPR dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan, nama Mahfud MD mencuat dan menyita perhatian publik saat dirinya menduduki jabatan sebagai ketua MK.

Kemudian Din Syamsuddin juga diusulkan publik menjadi Capres akan tetapi dukungannya masih terpusat di kota-kota besar terutama DKI Jakarta, Said Aqil Siradj dengan dukungan terpusat hanya di wilayah Banten dan Jabar sebagian tersebar di Jatim dan Sulawesi.

Terakhir Rhoma Irama, elektabilitasnya tidak sebanding dengan popularitasnya, secara geografis dukungannya memang merata di seluruh Provinsi tapi sangat minim. Padahal Rhoma telah lama berkiprah di politik di mana pernah menjadi maskot penting PPP di masa Orba, menjadi DPR 1993, dan tampil di panggung kampanye PKS tahun 2004. (zul/rm/bbs/jpnn)

thumb_875967_10030128082013_Dahlan_iskan__menunjukk_tanganJAKARTA- Hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) menunjukkan bahwa publik merekomendasikan Anies Baswedan menjadi calon presiden (Capres) dari non parati politik (Parpol).

Tingkat keterpilihan Rektor Universitas Paramadina itu sebesar 19,6 persen. Sementara pesaing Anies di konvensi Partai Demokrat, Dahlan Iskan, menguntit di urutan nomor dua. Elektabilitas Menteri BUMN itu 18,5 persen.

Kemudian berturut-turut bekas Ketua MK Mahfud MD 16,3 persen; Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsudin 6,1 persen; Ketua PBNU Said Aqil Siradj 5,0 persen; dan raja dangdut Rhoma Irama 4,3 persen.

Sebanyak 2,0 persen pilihan responden tersebar ke sejumlah nama-nama lain. Sementara selebihnya 28,3 persen tidak menjawab atau tidak tahu sosok yang pantas menjadi capres dari non-parpol.

Hal itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN). Survei nasional LSIN “Capres Non-Parpol” dilakukan pada 1-15 Oktober 2013 dengan melibatkan 1.500 responden dari 34 Provinsi di Indonesia ditambah beberapa responden dari luar negeri.

Survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling), menggunakan metoda penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap provinsi.

Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan margin of error sebesar ± 3,1%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui telpon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh provinsi.

“Maksud survei ini untuk menjajaki aspirasi publik terhadap munculnya pemimpin nasional dari non-parpol,” jelas Direktur Eksekutif LSIN, Yasin Mohammad dalam keterangan persnya (Minggu, 10/11).

Menurut dia, elektabilitas Anies Baswedan tidak lepas dari sosok Anies sebagai tokoh dan intelektual muda Indonesia, pada 2007 nama Anies mencuat ketika menjabat sebagai Rektor Paramadina dan tercatat sebagai Rektor termuda di Indonesia.

Anies menyita perhatian publik melalui kegiatan kepedulian terhadap masyarakat terutama di bidang pendidikan lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Ia juga gencar melakukan aksi dan kampanye anti korupsi bersama KPK.

Sementara elektablitas Dahlan Iskan, yang saat ini juga terdaftar dalam peserta Konvensi Capres Partai Demokrat dilihat dari aspek ideologi politik, Dahlan diminati oleh simpatisan lintas ideologi politik, secara geografis merata di seluruh Provinsi.

Dari aspek demografi Dahlan dominan di kalangan dewasa. Elektabilitas Dahlan didorong dari posisinya sebagai pejabat publik yaitu sempat menjadi Dirut PLN, dan saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN, posisinya sebagai pengusaha media juga memberikan kontribusi besar, didukung dengan karakternya sebagai pekerja keras serta kegiatan-kegiatan keteladanannya yang bersifat spontanitas.

Sebagai penguasa media Dahlan juga melakukan sosialisasi dirinya baik melalui tulisan maupun iklan politik.

Mahfud MD banyak diminati responden di wilayah Pulau Jawa. Ia dikenal publik sebagai akademisi, Mahfud sempat menjadi anggota DPR dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan, nama Mahfud MD mencuat dan menyita perhatian publik saat dirinya menduduki jabatan sebagai ketua MK.

Kemudian Din Syamsuddin juga diusulkan publik menjadi Capres akan tetapi dukungannya masih terpusat di kota-kota besar terutama DKI Jakarta, Said Aqil Siradj dengan dukungan terpusat hanya di wilayah Banten dan Jabar sebagian tersebar di Jatim dan Sulawesi.

Terakhir Rhoma Irama, elektabilitasnya tidak sebanding dengan popularitasnya, secara geografis dukungannya memang merata di seluruh Provinsi tapi sangat minim. Padahal Rhoma telah lama berkiprah di politik di mana pernah menjadi maskot penting PPP di masa Orba, menjadi DPR 1993, dan tampil di panggung kampanye PKS tahun 2004. (zul/rm/bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/