MEDAN- Saat ini produk asal Cina yang masuk ke Sumut sudah merajai pasar. Padahal dari data BPS (Badan Pusat Statistik) Sumatera Utara, neraca perdagangan pada bulan Maret 2011 Sumut dan Cina mengalami surplus, atau nilai ekspor lebih besar dari pada impor.
Neraca perdagangan hingga Maret 2011 antara Sumut dan Cina selisih 29259 ton. Atau nilai Ekspor 79131 ton dan Impor 4 9873 ton. Hal ini tidak berlaku bila secara nasional atau neraca perdagangan Sumut-Cina mengalami surplus, tetapi nasional defisit (impor lebih besar dibandingkan dengan ekspor).
Kepala Seksi Ekspor Hail Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Fitra Kurnia mengatakan, produk garmen dan elektronik masih yang terbesar dalam nilai impor Sumut.
Sementara untuk nasional, ekspor bahan baku dan barang setengah jadi masih menjadi produk unggulan ekspor Indonesia ke Cina. sementara untuk Impor, Indonesia mengimpor konsumsi dan barang modal dan produk lainnya dari Cina.
Walaupun menurun neraca perdagangan Sumut-Cina, tetapi bila diperhatikan dipasaran produk Cina masih merajai pasaran. “Tak terkatakan lagi banyaknya produk Cina dan produk kita kalah bersaing,” ujar Fitra.
Selain dengan Cina, ASEAN juga bekerja sama dengan India terkait dengan pajak bea masuk Ekspor-Impor. Biaya PPN sebesar 10 persen,” ujar Fitra. Untuk India sendiri, neraca perdagangan Sumut-India hingga Maret 2011 mengalami defisit, nilai Ekspor 34418 ton, Impor 51248 ton, selisih 16830 ton.
Sementara itu, dalam waktu dekat, Indonesia akan mengadakan perdagangan bebas dengan Autralia. “Saat ini dalam waktu lobi terakhir perundingan dengan Australia,” tambah Fitra.
Sementara itu, untuk Sumut sendiri, impor barang konsumsi seperti Daging sapi dan biji aluminium masih sangat tergantung dari Australia. Untuk ekspor CPO, karet dan Oleo Chemical merupakan produk yang paling sering diekspor Sumut ke Australia. (mag-9)