27.8 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Rupiah Bisa Tembus Rp14.000

Rupiah dan Dolar AS
Rupiah dan Dolar AS. Rupiah diprediksi bisa tembus Rp14.000 per Dolar AS.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Krisis ekonomi yang tengah terjadi di Yunani hingga gonjang ganjing isu reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak berpengaruh signifikan terhadap ekonomi domestik. Managing Director Head of Global Markets HSBC Ali Setiawan mengungkapkan, perekonomian Indonesia diprediksi masih sehat. “Reshuffle tidak akan berdampak negatif kepada pasar. Yang jelas, kalau soal reshuffle Presiden pasti punya alasan tersendiri,” ujarnya di Jakarta, Selasa (30/6).

Malah, tambah dia, jika beberapa nama unggulan muncul mungkin pengaruhnya akan positif ke market. Namun, dia enggan mengomentari isu tersebut lebih lanjut. Sebab, hal tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan presiden. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi masih akan tertekan hingga akhir tahun ini. Berdasarkan data Bloomberg, kemarin rupiah bertengger di level Rp 13.317 per dolar AS. Angka itu menguat dibandingkan penutupan perdagangan Senin (29/6) di posisi Rp 13.339 per dolar AS.

Sedangkan berdasar kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di level Rp 13.332 per dolar AS atau naik tipis dibandingkan posisi Senin Rp 13.356 per dolar AS. “Prediksi semua bank rupiah bisa sampai Rp 14.000 per dolar AS. Kalau kami, tetap Rp 13.800 per dolar AS. Sejak 2013 saya selalu bilang rupiah itu sudah sulit menguat karena tekanan bukan dari luar, tapi dari dalam,” ujarnya.

Menurut dia, tekanan dari dalam bersumber dari kebutuhan dolar yang selalu tumbuh. Sedangkan pada 2015 rupiah melemah mulai Maret, karena tekanan dalam negeri adanya kebutuhan dolar secara musiman dari pembayaran deviden.

Dalam kondisi saat ini, rupiah dinilai semakin sulit bangkit. Terlebih lagi kondisi Eropa seperti yang dialami Yunani turut memberikan efek negatif terhadap rupiah. “Sekarang ada tambahan tekanan dari Eropa. Makanya tekanan dari dalam negeri saja sudah besar, apalagi kalau ada tekanan lagi dari luar,” kata dia.

Meski demikian, Ali tetap yakin bahwa BI akan terus melakukan antisipasi terhadap pelemahan rupiah. Setidaknya, hingga akhir tahun rupiah tetap berada di bawah Rp 13.500. “BI akan intervensi agar rupiah di bawah Rp 13.500. Rupiah juga sejauh ini sudah melemah sampai 7 persen,” tandasnya.

Ali memprediksi pada akhir tahun rupiah akan berada di level Rp 13.800 per dolar AS. Di sisi lain, prediksi dari hampir semua bank di market konsensus melihat rupiah di kisaran Rp 13.800-Rp 14.000 pada akhir tahun. (dee/oki)

Rupiah dan Dolar AS
Rupiah dan Dolar AS. Rupiah diprediksi bisa tembus Rp14.000 per Dolar AS.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Krisis ekonomi yang tengah terjadi di Yunani hingga gonjang ganjing isu reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak berpengaruh signifikan terhadap ekonomi domestik. Managing Director Head of Global Markets HSBC Ali Setiawan mengungkapkan, perekonomian Indonesia diprediksi masih sehat. “Reshuffle tidak akan berdampak negatif kepada pasar. Yang jelas, kalau soal reshuffle Presiden pasti punya alasan tersendiri,” ujarnya di Jakarta, Selasa (30/6).

Malah, tambah dia, jika beberapa nama unggulan muncul mungkin pengaruhnya akan positif ke market. Namun, dia enggan mengomentari isu tersebut lebih lanjut. Sebab, hal tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan presiden. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi masih akan tertekan hingga akhir tahun ini. Berdasarkan data Bloomberg, kemarin rupiah bertengger di level Rp 13.317 per dolar AS. Angka itu menguat dibandingkan penutupan perdagangan Senin (29/6) di posisi Rp 13.339 per dolar AS.

Sedangkan berdasar kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di level Rp 13.332 per dolar AS atau naik tipis dibandingkan posisi Senin Rp 13.356 per dolar AS. “Prediksi semua bank rupiah bisa sampai Rp 14.000 per dolar AS. Kalau kami, tetap Rp 13.800 per dolar AS. Sejak 2013 saya selalu bilang rupiah itu sudah sulit menguat karena tekanan bukan dari luar, tapi dari dalam,” ujarnya.

Menurut dia, tekanan dari dalam bersumber dari kebutuhan dolar yang selalu tumbuh. Sedangkan pada 2015 rupiah melemah mulai Maret, karena tekanan dalam negeri adanya kebutuhan dolar secara musiman dari pembayaran deviden.

Dalam kondisi saat ini, rupiah dinilai semakin sulit bangkit. Terlebih lagi kondisi Eropa seperti yang dialami Yunani turut memberikan efek negatif terhadap rupiah. “Sekarang ada tambahan tekanan dari Eropa. Makanya tekanan dari dalam negeri saja sudah besar, apalagi kalau ada tekanan lagi dari luar,” kata dia.

Meski demikian, Ali tetap yakin bahwa BI akan terus melakukan antisipasi terhadap pelemahan rupiah. Setidaknya, hingga akhir tahun rupiah tetap berada di bawah Rp 13.500. “BI akan intervensi agar rupiah di bawah Rp 13.500. Rupiah juga sejauh ini sudah melemah sampai 7 persen,” tandasnya.

Ali memprediksi pada akhir tahun rupiah akan berada di level Rp 13.800 per dolar AS. Di sisi lain, prediksi dari hampir semua bank di market konsensus melihat rupiah di kisaran Rp 13.800-Rp 14.000 pada akhir tahun. (dee/oki)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/