23.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Sawit Rp600, Ekspor CPO Tinggal Separoh

Foto: Dok Sumut Pos Pekerja memuat kelapa sawit ke truk di Kebun Bah Jambi sebelum dibawa ke pabrik kelapa sawit. Harga TBS sawit anjlok ke angka Rp600 per kg.
Foto: Dok Sumut Pos
Pekerja memuat kelapa sawit ke truk di Kebun Bah Jambi sebelum dibawa ke pabrik kelapa sawit. Harga TBS sawit anjlok ke angka Rp600 per kg.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Memburuknya perekonomian dunia disinyalir menjadi penyebab utama anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, yang kini bertengger di kisaran Rp 600 per kilogram. Sebelum krisis, harga lumayan yakni Rp 1.500 hingga Rp 2.00 per kg.

Anjloknya harga TBS kelapa sawit ini lantaran harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia juga merosot dratis, yakni USD 400 per metric ton (MT). Bandingkan dengan harga rata-rata sepanjang 2014 yang bertengger di angka USD 818,2 per MT.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Nurdin Tampubolon mengatakan, anjloknya TBS dan CPO ini karena permintaan eskpor juga merosot hingga mencapai sekitar 50 persen.

“Penurunan ekspor hingga lebih dari 50 persen. Ini karena permintaan pasar dunia turun drastis akibat kondisi perlambatan perkonomian dunia. Produk-produk unggulan kita jadi payah,” ujar Nurdin kepada JPNN di Jakarta, kemarin (3/9).

Sebagai gambaran, data resmi yang dilansir Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), total ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia pada 2014 hanya mencapai 21,76 juta ton atau naik 2,5 persen dibandingkan dengan total ekspor 2013, 21,22 juta ton.

Adapun produksi CPO dan turunannya pada 2014 diprediksi mencapai 31,5 juta ton (termasuk biodiesel dan oleochemical). Angka produksi ini naik 5 persen dibandingkan total produksi tahun 2013 yang hanya mencapai 30 juta ton.

GAPKI belum merilis tren angka ekspor semester I 2015 ini. Hanya saja, menurut Nurdin tadi, ekspor turun hingga 50 persen dibanding pada periode yang sama 2014.

Nurdin, yang duduk di komisi yang membidangi industri dan perdagangan itu, mengatakan, harga TBS yang hanya Rp 600 per kg saat ini, merupakan harga terendah sepanjang 10 tahun terakhir. “Ini harga terendah dalam 10 tahun terakhir dan kita tidak bisa apa-apa, hanya bisa menunggu perbaikan pasar dunia,” imbuh Wakil Ketua Umum Partai Hanura itu.

Lebih lanjut dia mengaku prihatin dengan kondisi ini. Dia memerkirakan, dengan harga hanya Rp 600 per kg, maka harga jual tidak akan mampu menutupi biaya produksi. “Dengan efisiensi di sana-sini, perusahaan sawit paling hanya bisa impas saja, asal tidak rugi,” ujar Nurdin.

Apa yang bisa dilakukan pemerintah agar bisa membantu para petani sawit? Nurdin pesimistis lantaran pemerintah sendiri kondisi keuangannya juga sulit. Sebenarnya, lanjutnya, bantuan bisa dilakukan dengan pembebasan bunga kredit, selama harga masih di kisaran Rp 600 per kg.

“Bisa juga memberikan subsidi pupuk. Tapi pemerintah juga lagi sulit. Yah, mudah-mudahan kondisi perekonomian dunia cepat pulih,” pungkasnya. (sam/jpnn)

Foto: Dok Sumut Pos Pekerja memuat kelapa sawit ke truk di Kebun Bah Jambi sebelum dibawa ke pabrik kelapa sawit. Harga TBS sawit anjlok ke angka Rp600 per kg.
Foto: Dok Sumut Pos
Pekerja memuat kelapa sawit ke truk di Kebun Bah Jambi sebelum dibawa ke pabrik kelapa sawit. Harga TBS sawit anjlok ke angka Rp600 per kg.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Memburuknya perekonomian dunia disinyalir menjadi penyebab utama anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, yang kini bertengger di kisaran Rp 600 per kilogram. Sebelum krisis, harga lumayan yakni Rp 1.500 hingga Rp 2.00 per kg.

Anjloknya harga TBS kelapa sawit ini lantaran harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia juga merosot dratis, yakni USD 400 per metric ton (MT). Bandingkan dengan harga rata-rata sepanjang 2014 yang bertengger di angka USD 818,2 per MT.

Wakil Ketua Komisi VI DPR Nurdin Tampubolon mengatakan, anjloknya TBS dan CPO ini karena permintaan eskpor juga merosot hingga mencapai sekitar 50 persen.

“Penurunan ekspor hingga lebih dari 50 persen. Ini karena permintaan pasar dunia turun drastis akibat kondisi perlambatan perkonomian dunia. Produk-produk unggulan kita jadi payah,” ujar Nurdin kepada JPNN di Jakarta, kemarin (3/9).

Sebagai gambaran, data resmi yang dilansir Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), total ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia pada 2014 hanya mencapai 21,76 juta ton atau naik 2,5 persen dibandingkan dengan total ekspor 2013, 21,22 juta ton.

Adapun produksi CPO dan turunannya pada 2014 diprediksi mencapai 31,5 juta ton (termasuk biodiesel dan oleochemical). Angka produksi ini naik 5 persen dibandingkan total produksi tahun 2013 yang hanya mencapai 30 juta ton.

GAPKI belum merilis tren angka ekspor semester I 2015 ini. Hanya saja, menurut Nurdin tadi, ekspor turun hingga 50 persen dibanding pada periode yang sama 2014.

Nurdin, yang duduk di komisi yang membidangi industri dan perdagangan itu, mengatakan, harga TBS yang hanya Rp 600 per kg saat ini, merupakan harga terendah sepanjang 10 tahun terakhir. “Ini harga terendah dalam 10 tahun terakhir dan kita tidak bisa apa-apa, hanya bisa menunggu perbaikan pasar dunia,” imbuh Wakil Ketua Umum Partai Hanura itu.

Lebih lanjut dia mengaku prihatin dengan kondisi ini. Dia memerkirakan, dengan harga hanya Rp 600 per kg, maka harga jual tidak akan mampu menutupi biaya produksi. “Dengan efisiensi di sana-sini, perusahaan sawit paling hanya bisa impas saja, asal tidak rugi,” ujar Nurdin.

Apa yang bisa dilakukan pemerintah agar bisa membantu para petani sawit? Nurdin pesimistis lantaran pemerintah sendiri kondisi keuangannya juga sulit. Sebenarnya, lanjutnya, bantuan bisa dilakukan dengan pembebasan bunga kredit, selama harga masih di kisaran Rp 600 per kg.

“Bisa juga memberikan subsidi pupuk. Tapi pemerintah juga lagi sulit. Yah, mudah-mudahan kondisi perekonomian dunia cepat pulih,” pungkasnya. (sam/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/