30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pertamina Pastikan Pasokan Elpiji 3 Kg Tidak Dikurangi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jumlah pengguna elpiji tabung nonsubsidi ke elpiji tabung 3 kg (subsidi) dilaporkan mengalami lonjakan. Itulah salah satu pemicu kelangkaan elpiji 3 kg alias elpiji melon beberapa waktu terakhir.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan, ada kenaikan jumlah pengguna elpiji subsidi hingga 5 persen. Pada saat yang sama, jumlah pengguna tabung nonsubsidi justru turun. ”Untuk yang PSO (public service obligation/subsidi), kebutuhan selalu naik 4-5 persen. Non-PSO turun 10 persen tahun kemarin,” katanya dalam keterangan pers di Jakarta kemarin (3/8).

Kondisi itu menjadi perhatian pihaknya di lapangan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. ”Kenapa non-PSO turun? Apakah terjadi switch?” ujar dia.

Dari fakta di lapangan, selain lonjakan jumlah pengguna, Tutuka menyebut adanya praktik pengoplosan tabung. Pihaknya tengah mengawasi praktik tersebut dan mencari solusinya.

Menurut Tutuka, pengawasan akan tetap diperketat. Apalagi, harga elpiji melon saat ini masih jauh lebih murah ketimbang harga elpiji nonsubsidi. Elpiji subsidi juga dijual secara terbuka sehingga siapa pun bisa membelinya. Hal itu sebenarnya bertujuan agar warga miskin mudah membeli elpiji tersebut. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.

Pemerintah mendorong PT Pertamina untuk dapat merampungkan registrasi pengguna elpiji melon di seluruh pangkalan. ”Kami dorong terus Pertamina selesaikan registrasi pada tahun ini (2023). Kami pemerintah bersungguh-sungguh agar yang sudah diregistrasi ini dilaksanakan kebijakan tahun depan. Yang registrasi ini yang akan dilayani Pertamina,” jelas Tutuka.

Pemerintah saat ini melakukan transformasi subsidi dari komoditas ke orang. Dengan begitu, data registrasi dibutuhkan untuk memetakan seberapa banyak warga miskin yang berhak menerima subsidi elpiji 3 kg.

Tutuka juga menyinggung kenaikan alokasi penjualan gas melon oleh Pertamina di pangkalan resmi dari 70 persen ke 80 persen. Pemicunya, pendataan warga miskin dilakukan di pangkalan resmi, bukan pengecer. ”Sehingga datanya bisa representatif bahwa data masyarakat miskin yang berhak itu. Karena itu, jumlah meningkat dari 70 persen ke 80 persen,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirut Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan menyebutkan, ada dua daerah yang mengalami lonjakan penjualan elpiji 3 kg, yakni Jawa bagian barat (JBB) dan Jawa bagian tengah (JBT). Kondisi itu terjadi hingga 31 Juli 2023. Pemicunya, momen hari libur nasional.

”Di Jawa Barat, terdapat 36 ribu pangkalan dan Jawa bagian tengah 45 ribu pangkalan. Di dua wilayah tersebut, tidak terjadi kelangkaan,” ungkapnya.

Riva memastikan, tidak ada pengurangan pasokan elpiji meski beberapa daerah mengeluhkan kelangkaan. Pertamina juga bekerja sama dengan pemda untuk sidak ke lapangan. Sidak tidak hanya dilakukan di pangkalan, tetapi juga di lokasi yang memungkinkan penambahan jaringan distribusi. ”Komunikasi terus kami lakukan dengan masyarakat untuk tetap memberikan ketenangan dan informasi yang 100 persen benar bahwa elpiji ini tidak akan pernah kami kurangi dan terus akan kami upayakan selalu tersedia bagi masyarakat yang membutuhkan,” tuturnya.

Direktur Logistik & Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Alfian Nasution membenarkan adanya kenaikan penjualan elpiji 3 kg pada Juli 2023. Jumlahnya mencapai 690 metrik ton. Jumlah itu tercatat naik 5 persen jika dibandingkan dengan penjualan pada Juni 2023.

Meski begitu, Alfian memastikan ketersediaan elpiji di lapangan masih cukup hingga 15 hari ke depan. ”Kami sampaikan, pada dasarnya stok elpiji ini berkisar 14 hari dan ini cukup aman. Dan, prognosis kami sampai akhir tahun nanti kami menjaga stok di kisaran 14–15 hari,” jelasnya. (jpc/tri)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jumlah pengguna elpiji tabung nonsubsidi ke elpiji tabung 3 kg (subsidi) dilaporkan mengalami lonjakan. Itulah salah satu pemicu kelangkaan elpiji 3 kg alias elpiji melon beberapa waktu terakhir.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan, ada kenaikan jumlah pengguna elpiji subsidi hingga 5 persen. Pada saat yang sama, jumlah pengguna tabung nonsubsidi justru turun. ”Untuk yang PSO (public service obligation/subsidi), kebutuhan selalu naik 4-5 persen. Non-PSO turun 10 persen tahun kemarin,” katanya dalam keterangan pers di Jakarta kemarin (3/8).

Kondisi itu menjadi perhatian pihaknya di lapangan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. ”Kenapa non-PSO turun? Apakah terjadi switch?” ujar dia.

Dari fakta di lapangan, selain lonjakan jumlah pengguna, Tutuka menyebut adanya praktik pengoplosan tabung. Pihaknya tengah mengawasi praktik tersebut dan mencari solusinya.

Menurut Tutuka, pengawasan akan tetap diperketat. Apalagi, harga elpiji melon saat ini masih jauh lebih murah ketimbang harga elpiji nonsubsidi. Elpiji subsidi juga dijual secara terbuka sehingga siapa pun bisa membelinya. Hal itu sebenarnya bertujuan agar warga miskin mudah membeli elpiji tersebut. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.

Pemerintah mendorong PT Pertamina untuk dapat merampungkan registrasi pengguna elpiji melon di seluruh pangkalan. ”Kami dorong terus Pertamina selesaikan registrasi pada tahun ini (2023). Kami pemerintah bersungguh-sungguh agar yang sudah diregistrasi ini dilaksanakan kebijakan tahun depan. Yang registrasi ini yang akan dilayani Pertamina,” jelas Tutuka.

Pemerintah saat ini melakukan transformasi subsidi dari komoditas ke orang. Dengan begitu, data registrasi dibutuhkan untuk memetakan seberapa banyak warga miskin yang berhak menerima subsidi elpiji 3 kg.

Tutuka juga menyinggung kenaikan alokasi penjualan gas melon oleh Pertamina di pangkalan resmi dari 70 persen ke 80 persen. Pemicunya, pendataan warga miskin dilakukan di pangkalan resmi, bukan pengecer. ”Sehingga datanya bisa representatif bahwa data masyarakat miskin yang berhak itu. Karena itu, jumlah meningkat dari 70 persen ke 80 persen,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirut Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan menyebutkan, ada dua daerah yang mengalami lonjakan penjualan elpiji 3 kg, yakni Jawa bagian barat (JBB) dan Jawa bagian tengah (JBT). Kondisi itu terjadi hingga 31 Juli 2023. Pemicunya, momen hari libur nasional.

”Di Jawa Barat, terdapat 36 ribu pangkalan dan Jawa bagian tengah 45 ribu pangkalan. Di dua wilayah tersebut, tidak terjadi kelangkaan,” ungkapnya.

Riva memastikan, tidak ada pengurangan pasokan elpiji meski beberapa daerah mengeluhkan kelangkaan. Pertamina juga bekerja sama dengan pemda untuk sidak ke lapangan. Sidak tidak hanya dilakukan di pangkalan, tetapi juga di lokasi yang memungkinkan penambahan jaringan distribusi. ”Komunikasi terus kami lakukan dengan masyarakat untuk tetap memberikan ketenangan dan informasi yang 100 persen benar bahwa elpiji ini tidak akan pernah kami kurangi dan terus akan kami upayakan selalu tersedia bagi masyarakat yang membutuhkan,” tuturnya.

Direktur Logistik & Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Alfian Nasution membenarkan adanya kenaikan penjualan elpiji 3 kg pada Juli 2023. Jumlahnya mencapai 690 metrik ton. Jumlah itu tercatat naik 5 persen jika dibandingkan dengan penjualan pada Juni 2023.

Meski begitu, Alfian memastikan ketersediaan elpiji di lapangan masih cukup hingga 15 hari ke depan. ”Kami sampaikan, pada dasarnya stok elpiji ini berkisar 14 hari dan ini cukup aman. Dan, prognosis kami sampai akhir tahun nanti kami menjaga stok di kisaran 14–15 hari,” jelasnya. (jpc/tri)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/