25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Elpiji 3 Kg Mulai Langka, Dijual hingga Rp25 Ribu per Tabung

Foto: Dok SUMUT POS
Sejumlah petugas Kepolisian menurunkan ratusan tabung gas elpiji 3 kg dari truk pengangkut, sementara ratusan warga mengantri untuk mendapatkan gas elpiji tersebut di Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera Utara (Sumut), dua pekan terakhir. Untuk mendapatkan elpiji yang akrab disebut gas melon ini, masyarakat harus mencari ke agen dan pengecer di luar domisili mereka. Bahkan, harganya pun naik hingga Rp25 ribu per tabung.

Sulitnya memperoleh gas 3 kg ini diakui sejumlah warga, diantaranya Imron (37), warga Jalan Sei Deli, Medan Barat. “Agak susah memang belakangan ini dapatnya, enggak tahu penyebabnya apa? Tapi, kalau kita mencari keliling (ke pengecer atau agen) dapat juga sih,” kata Imron yang sehari-hari berjualan bakso keliling kepada Sumut Pos, Rabu (4/10).

Dikatakannya, harga gas elpiji tersebut memang di atas harga normal, berkisar Rp18 ribu hinga Rp20 ribu per tabung. “Kalau saya tidak setiap hari belinya. Paling dua atau tiga hari sekali . Karena susah didapat, makanya saya beli banyak untuk stok. Soalnya, selain untuk di rumah, saya juga pakai untuk jualan,” ucapnya.

Seorang pengecer gas elpiji, Wondo (43), warga Jalan Jamin Ginting, Medan Johor, juga mengakui kelangkaan gas melon ini. Kata Wondo, ketika stok gasnya habis, ia harus menunggu beberapa hari. “Iya memang agak payah gas ukuran 3 kg, enggak tahu kenapa kok bisa seperti itu. Kondisi ini terjadi sejak beberapa hari belakangan,”  tutur Wondo.

Begitu juga dengan Samsudin, agen gas elpiji di Jalan Pintu Air Medan. Dia mengaku, kelangkaan gas 3 kg ini kira-kira sudah tiga minggu lalu. Dikatakannya, kelangkaan ini memang biasa terjadi dan bukan kali ini saja. Namun demikian, saat ini kelangkaan yang diketahuinya dari Pertamina lantaran memasarkan Bright Gas 5,5 kg. “Kami dengar wacananya begitu, gas 3 kg akan diganti dengan 5,5 kg (Bright Gas). Nantinya, bagi masyarakat yang mampu diarahkan membeli Bright Gas bukan gas yang bersubsidi,” tutur Samsudin yang sudah menjadi agen gas selama tiga tahun terakhir ini.

Disebutkannya, masyarakat miskin atau kurang mampu yang membeli gas 3 kg nantinya menggunakan kartu miskin yang dikeluarkan pemerintah. Sedangkan masyarakat mampu tidak diperbolehkan lagi.

“Jadi, nantinya gas subsidi ini dapat sesuai sasaran untuk orang miskin atau tidak mampu. Maka dari itu, distribusinya mungkin akan tidak banyak jatah dari Pertamina untuk masyarakat,” cetus Samsudin.

Dia berharap kalau memang gas 3 kg itu hanya untuk orang miskin pemerintah segera mempercepat peraturannya, sehingga masyarakat tidak bingung. “Gas 3 kg menggunakan sistem distribusi terbuka, siapa saja boleh membelinya. Akibatnya, banyak elpiji 3 kg yang dikonsumsi orang-orang mampu, tidak tepat sasaran. Harusnya, subsidi elpiji hanya untuk masyarakat miskin dan UKM,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, penjualan bright gas masih terbilang sepi atau kurang peminat. Dari 4 tabung yang dijual baru 2 tabung yang laku.

“Harganya memang cukup mahal, lumayan jauh perbandingan antara subsidi dengan non subsidi. Untuk isi ulangnya saja, sekitar Rp65 ribu per tabung bright gas. Sedangkan harga barunya sekitar Rp325 ribu,” ucapnya.

Foto: Dok SUMUT POS
Sejumlah petugas Kepolisian menurunkan ratusan tabung gas elpiji 3 kg dari truk pengangkut, sementara ratusan warga mengantri untuk mendapatkan gas elpiji tersebut di Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kg terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera Utara (Sumut), dua pekan terakhir. Untuk mendapatkan elpiji yang akrab disebut gas melon ini, masyarakat harus mencari ke agen dan pengecer di luar domisili mereka. Bahkan, harganya pun naik hingga Rp25 ribu per tabung.

Sulitnya memperoleh gas 3 kg ini diakui sejumlah warga, diantaranya Imron (37), warga Jalan Sei Deli, Medan Barat. “Agak susah memang belakangan ini dapatnya, enggak tahu penyebabnya apa? Tapi, kalau kita mencari keliling (ke pengecer atau agen) dapat juga sih,” kata Imron yang sehari-hari berjualan bakso keliling kepada Sumut Pos, Rabu (4/10).

Dikatakannya, harga gas elpiji tersebut memang di atas harga normal, berkisar Rp18 ribu hinga Rp20 ribu per tabung. “Kalau saya tidak setiap hari belinya. Paling dua atau tiga hari sekali . Karena susah didapat, makanya saya beli banyak untuk stok. Soalnya, selain untuk di rumah, saya juga pakai untuk jualan,” ucapnya.

Seorang pengecer gas elpiji, Wondo (43), warga Jalan Jamin Ginting, Medan Johor, juga mengakui kelangkaan gas melon ini. Kata Wondo, ketika stok gasnya habis, ia harus menunggu beberapa hari. “Iya memang agak payah gas ukuran 3 kg, enggak tahu kenapa kok bisa seperti itu. Kondisi ini terjadi sejak beberapa hari belakangan,”  tutur Wondo.

Begitu juga dengan Samsudin, agen gas elpiji di Jalan Pintu Air Medan. Dia mengaku, kelangkaan gas 3 kg ini kira-kira sudah tiga minggu lalu. Dikatakannya, kelangkaan ini memang biasa terjadi dan bukan kali ini saja. Namun demikian, saat ini kelangkaan yang diketahuinya dari Pertamina lantaran memasarkan Bright Gas 5,5 kg. “Kami dengar wacananya begitu, gas 3 kg akan diganti dengan 5,5 kg (Bright Gas). Nantinya, bagi masyarakat yang mampu diarahkan membeli Bright Gas bukan gas yang bersubsidi,” tutur Samsudin yang sudah menjadi agen gas selama tiga tahun terakhir ini.

Disebutkannya, masyarakat miskin atau kurang mampu yang membeli gas 3 kg nantinya menggunakan kartu miskin yang dikeluarkan pemerintah. Sedangkan masyarakat mampu tidak diperbolehkan lagi.

“Jadi, nantinya gas subsidi ini dapat sesuai sasaran untuk orang miskin atau tidak mampu. Maka dari itu, distribusinya mungkin akan tidak banyak jatah dari Pertamina untuk masyarakat,” cetus Samsudin.

Dia berharap kalau memang gas 3 kg itu hanya untuk orang miskin pemerintah segera mempercepat peraturannya, sehingga masyarakat tidak bingung. “Gas 3 kg menggunakan sistem distribusi terbuka, siapa saja boleh membelinya. Akibatnya, banyak elpiji 3 kg yang dikonsumsi orang-orang mampu, tidak tepat sasaran. Harusnya, subsidi elpiji hanya untuk masyarakat miskin dan UKM,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, penjualan bright gas masih terbilang sepi atau kurang peminat. Dari 4 tabung yang dijual baru 2 tabung yang laku.

“Harganya memang cukup mahal, lumayan jauh perbandingan antara subsidi dengan non subsidi. Untuk isi ulangnya saja, sekitar Rp65 ribu per tabung bright gas. Sedangkan harga barunya sekitar Rp325 ribu,” ucapnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/