25.6 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Harga Minyak Dunia Turun

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Harga minyak mentah dunia turun sekitar 2 persen pada hari Kamis (3/11). Penurunan ini di tengah Tiongkok yang mempertahankan kebijakan nol-Covid. Selain itu karena didorong peningkatan dolar imbas kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bisa menghambat permintaan bahan bakar.

Mengutip Reuters, Jumat (4/11), minyak mentah berjangka Brent berjangka turun USD 1,49 atau 1,5 persen menjadi USD 94,67 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2 persen atau USD 1,83 menjadi USD 88,17.

Sebelumnya, pada Rabu (2/11) bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (bps). Hal itu mendorong penguatan terhadap dolar yang melesat lebih tinggi pada hari Kamis.

Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak dan membuatnya lebih mahal bagi pembeli dengan menggunakan mata uang lain.

“Minyak sedang berjuang melawan prospek ekonomi global yang melemah dan dolar yang melonjak. Tampaknya pendorong bearish ini tidak akan mereda dalam waktu dekat,” kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Sementara itu, harga minyak yang turun juga dipengaruhi oleh kasus Covid-19 mencapai level tertinggi dalam dua setengah bulan setelah otoritas kesehatan melakukan kebijakan pengetatan.

Konsumsi gas alam Tiongkok diproyeksi akan mengalami penurunan pertama pada 2022 dalam dua dekade di tengah kesulitan ekonomi. Selain itu, permintaan di tengah musim dingin akan lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya.

Penurunan harga minyak juga dipengaruhi oleh Embargo Uni Eropa (UE) terhadap minyak Rusia atas invasinya ke Ukraina akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.

Output yang lebih rendah dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memberikan dukungan harga. OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, memutuskan untuk memangkas produksi yang ditargetkan sebesar 2 juta barel per hari mulai bulan ini. (jpc/ram)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Harga minyak mentah dunia turun sekitar 2 persen pada hari Kamis (3/11). Penurunan ini di tengah Tiongkok yang mempertahankan kebijakan nol-Covid. Selain itu karena didorong peningkatan dolar imbas kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bisa menghambat permintaan bahan bakar.

Mengutip Reuters, Jumat (4/11), minyak mentah berjangka Brent berjangka turun USD 1,49 atau 1,5 persen menjadi USD 94,67 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2 persen atau USD 1,83 menjadi USD 88,17.

Sebelumnya, pada Rabu (2/11) bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (bps). Hal itu mendorong penguatan terhadap dolar yang melesat lebih tinggi pada hari Kamis.

Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak dan membuatnya lebih mahal bagi pembeli dengan menggunakan mata uang lain.

“Minyak sedang berjuang melawan prospek ekonomi global yang melemah dan dolar yang melonjak. Tampaknya pendorong bearish ini tidak akan mereda dalam waktu dekat,” kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Sementara itu, harga minyak yang turun juga dipengaruhi oleh kasus Covid-19 mencapai level tertinggi dalam dua setengah bulan setelah otoritas kesehatan melakukan kebijakan pengetatan.

Konsumsi gas alam Tiongkok diproyeksi akan mengalami penurunan pertama pada 2022 dalam dua dekade di tengah kesulitan ekonomi. Selain itu, permintaan di tengah musim dingin akan lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya.

Penurunan harga minyak juga dipengaruhi oleh Embargo Uni Eropa (UE) terhadap minyak Rusia atas invasinya ke Ukraina akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.

Output yang lebih rendah dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memberikan dukungan harga. OPEC dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, memutuskan untuk memangkas produksi yang ditargetkan sebesar 2 juta barel per hari mulai bulan ini. (jpc/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/