26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dermaga Belawan Dilebarkan 700 meter

MEDAN-Menyongsong Asean Economic Community (AEC) tahun 2015, pemerintah pusat turut tangan melakukan pelebaran dermaga Pelabuhan Belawan dari 1.000 meter menjadi 1.700 meter dengan alokasi dana mencapai Rp4 triliun. Pelebaran dermaga diharapkan dapat menampung 1,3 juta kontainer.

“Kita berharap pelebaran dermaga Pelabuhan Belawan dapat terealisasi sebelum 2015 mendatang. Keberadaan pelabuhan yang konfrehensif tentu mampu mendukung proses bongkar muat barang dalam kapasitas besar,” ujar Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Tengku Erry Nuradi saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) II Assosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) di Tiara Concention Hotel Tiara, Jalan Imam Bonjol Medan, Jumat (5/10).

Perbaikan dermaga Pelabuhan Belawan juga diharapkan menunjang keberadaan Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA) sebagai pintu gerbang masuknya investor ke Indonesia dari bagian barat.  Begitu juga rencana pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung, salah satu persiapan Sumut menyambut pasar bebas  pada 2015, termasuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

Pemerintah sendiri melakukan persiapan menyambut AEC 2015 dengan menyiapkan sarana dan prasarana pendukung mulai dari pelabuhan laut, jalan raya dan Bandar Udara. Khusus di Sumut, penyiapan sarana terus dilakukan seperti jalan lintas timur yang ini mulus mencapai 95 persen dari Kabupaten Langkat yang berbatasan dengan Aceh hingga Kabupaten Labuhanbatu yang berbatasan dengan Riau. Sementara lintas tengah dan barat terus mengalami perbaikan.

Erry mengimbau Assosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) untuk menyiapkan diri menyongsong AEC tahun 2015. Salah satu upaya adalah dengan meningkatkan pelayanan, tata kelola dan regulasi kontainer di sejumlah pelabuhan di Indonesia. Asdeki yang menaungi pengusaha depo kontainer harus mengambil peran dalam menyambut perdagangan bebas antar anggota Asean.”Tidak hanya peningkatan pelayanan, namun Asdeki juga menjamin keamanan hingga menimbulkan keparcayaan bagi pihak yang menggunakan jasa Asdeki,” harap Erry.

Lebih lanjut Erry mengatakan, Asdeki juga harus jeli melihat peluang dengan diberlakukannya AEC 2015 agar mampu memberikan pelayanan prima bagi penduduk negara ASEAN yang mencapai 600 juta jiwa, 250 juta jiwa diantanya adalah penduduk Indonesia.

Sedang populasi penduduk Sumatera Utara (Sumut) mencapai 15 juta jiwa, merupakan populasi terbesar keempat setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Bisa dibayangkan seperti apa regulasi ekspor import untuk melayani kebutuhan masyarakat Asean. Tidak ada kata lain kecuali Asdeki harus berbenah dalam berbagai hal, baik aturan, tata kelola dan regulasi agar AEC memberikan keuntungan kepada semua pihak,” papar Erry.

Ketua Umum (Ketum) DPP Asdeki Ruslan AR mengatakan, saat ini perdagangan antarpulau di Indonesia masih belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan saranan Infrastruktur pelabuhan yang belum memadai, akibatnya barang impor lebih murah daripada barang lokal. “Forum Munas ini juga akan menjadi wadah untuk menyusun program kerja Asdeki, khususnya peningkatan kualitas infrastruktur pelabuhan antarpulau. Munas Asdeki ini juga tak sekadar memilih kepengurusan yang baru, tetapi sekaligus konsolidasi anggota untuk merumuskan kebijakan baru tentang tata kelola container,” tutur Ruslan.

Ketua Asdeki Sumatera Utara Khairul Mahali menyebutkan, secara geografis, koridor Sumatra diprediksi akan lebih dinamis dibandingkan dengan kawasan lain di Indonesia, baik dilihat dari letak geografis, maupun mengacu jumlah penduduk untuk menjadi sasaran pasar, serta distribusi hasil produksi dari kawasan ini.

Sebab, Sumatra Utara, lanjutnya, dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), koridor Sumatra terdiri dari 11 pusat ekonomi, yaitu Medan, Pangkal Pinang, Padang, Bandar Lampung, Bengkulu, Serang, Banda Aceh, Pekan Baru, Jambi, Palembang, dan Tanjung Pinang.“Ini sangat potensial jadi perdagangan antar pulau, ke depan pelabuhan di Indonesia memiliki daya saing menghadapai AEC atau perdagangan bebas di 2015,” harapnya.

Hadir dalam acara tersebut Deputi Menko Perekonomian, Ketua DPP Asdeki Ruslan AR, perwakilan 12 DPW Asdeki seluruh Indonesia, Direktur Utama Pelindo, perwakilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), perwakilan Assosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), perwakilan PT Sucopindo dan sejumlah pengusaha kontainer lainnya. (rud/mag-12)

MEDAN-Menyongsong Asean Economic Community (AEC) tahun 2015, pemerintah pusat turut tangan melakukan pelebaran dermaga Pelabuhan Belawan dari 1.000 meter menjadi 1.700 meter dengan alokasi dana mencapai Rp4 triliun. Pelebaran dermaga diharapkan dapat menampung 1,3 juta kontainer.

“Kita berharap pelebaran dermaga Pelabuhan Belawan dapat terealisasi sebelum 2015 mendatang. Keberadaan pelabuhan yang konfrehensif tentu mampu mendukung proses bongkar muat barang dalam kapasitas besar,” ujar Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Tengku Erry Nuradi saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) II Assosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) di Tiara Concention Hotel Tiara, Jalan Imam Bonjol Medan, Jumat (5/10).

Perbaikan dermaga Pelabuhan Belawan juga diharapkan menunjang keberadaan Bandara Kualanamu Internasional Airport (KNIA) sebagai pintu gerbang masuknya investor ke Indonesia dari bagian barat.  Begitu juga rencana pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung, salah satu persiapan Sumut menyambut pasar bebas  pada 2015, termasuk Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.

Pemerintah sendiri melakukan persiapan menyambut AEC 2015 dengan menyiapkan sarana dan prasarana pendukung mulai dari pelabuhan laut, jalan raya dan Bandar Udara. Khusus di Sumut, penyiapan sarana terus dilakukan seperti jalan lintas timur yang ini mulus mencapai 95 persen dari Kabupaten Langkat yang berbatasan dengan Aceh hingga Kabupaten Labuhanbatu yang berbatasan dengan Riau. Sementara lintas tengah dan barat terus mengalami perbaikan.

Erry mengimbau Assosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) untuk menyiapkan diri menyongsong AEC tahun 2015. Salah satu upaya adalah dengan meningkatkan pelayanan, tata kelola dan regulasi kontainer di sejumlah pelabuhan di Indonesia. Asdeki yang menaungi pengusaha depo kontainer harus mengambil peran dalam menyambut perdagangan bebas antar anggota Asean.”Tidak hanya peningkatan pelayanan, namun Asdeki juga menjamin keamanan hingga menimbulkan keparcayaan bagi pihak yang menggunakan jasa Asdeki,” harap Erry.

Lebih lanjut Erry mengatakan, Asdeki juga harus jeli melihat peluang dengan diberlakukannya AEC 2015 agar mampu memberikan pelayanan prima bagi penduduk negara ASEAN yang mencapai 600 juta jiwa, 250 juta jiwa diantanya adalah penduduk Indonesia.

Sedang populasi penduduk Sumatera Utara (Sumut) mencapai 15 juta jiwa, merupakan populasi terbesar keempat setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Bisa dibayangkan seperti apa regulasi ekspor import untuk melayani kebutuhan masyarakat Asean. Tidak ada kata lain kecuali Asdeki harus berbenah dalam berbagai hal, baik aturan, tata kelola dan regulasi agar AEC memberikan keuntungan kepada semua pihak,” papar Erry.

Ketua Umum (Ketum) DPP Asdeki Ruslan AR mengatakan, saat ini perdagangan antarpulau di Indonesia masih belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan saranan Infrastruktur pelabuhan yang belum memadai, akibatnya barang impor lebih murah daripada barang lokal. “Forum Munas ini juga akan menjadi wadah untuk menyusun program kerja Asdeki, khususnya peningkatan kualitas infrastruktur pelabuhan antarpulau. Munas Asdeki ini juga tak sekadar memilih kepengurusan yang baru, tetapi sekaligus konsolidasi anggota untuk merumuskan kebijakan baru tentang tata kelola container,” tutur Ruslan.

Ketua Asdeki Sumatera Utara Khairul Mahali menyebutkan, secara geografis, koridor Sumatra diprediksi akan lebih dinamis dibandingkan dengan kawasan lain di Indonesia, baik dilihat dari letak geografis, maupun mengacu jumlah penduduk untuk menjadi sasaran pasar, serta distribusi hasil produksi dari kawasan ini.

Sebab, Sumatra Utara, lanjutnya, dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), koridor Sumatra terdiri dari 11 pusat ekonomi, yaitu Medan, Pangkal Pinang, Padang, Bandar Lampung, Bengkulu, Serang, Banda Aceh, Pekan Baru, Jambi, Palembang, dan Tanjung Pinang.“Ini sangat potensial jadi perdagangan antar pulau, ke depan pelabuhan di Indonesia memiliki daya saing menghadapai AEC atau perdagangan bebas di 2015,” harapnya.

Hadir dalam acara tersebut Deputi Menko Perekonomian, Ketua DPP Asdeki Ruslan AR, perwakilan 12 DPW Asdeki seluruh Indonesia, Direktur Utama Pelindo, perwakilan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), perwakilan Assosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), perwakilan PT Sucopindo dan sejumlah pengusaha kontainer lainnya. (rud/mag-12)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/