26.8 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

BEI Dirikan Bursa Efek Syariah

DUBAI, SUMUTPOS.CO – Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal mendirikan Bursa Efek Syariah Indonesia di Surabaya pada 2018 mendatang.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kinerja industri keuangan syariah bisa mencapai dua kali lipat dari kinerja industri konvensional.

”Tapi, mestinya industri syariah bisa tumbuh jauh lebih pesat dari itu,” ujarnya di sela-sela kunjungan ke kantor Dubai Financial Market (DFM) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Minggu (29/10).

Selain besarnya populasi penduduk muslim di dunia, potensi terlihat karena penetrasi industri keuangan syariah di Indonesia masih rendah.

”Artinya, masih banyak sekali ruang untuk tumbuh,” kata Tito.

Sebagaimana diketahui, Indonesia saat ini memiliki dua indeks syariah.

Yakni, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII).

Selain itu, ada juga 342 saham bisa masuk kategori syariah. Dari sisi jumlah investor, pertumbuhannya signifikan.

Namun, jika dibandingkan dengan total investor di pasar modal Indonesia, persentasenya masih sangat kecil.

Pada 2014, persentasenya tercatat baru mencapai 0,7 persen.

Setelah itu, angkanya naik jadi 1,1 persen pada 2015 dan menjadi 2,3 persen pada 2016.

Tahun ini, per Agustus, jumlah investor syariah baru mencapai 3,1 persen.

Karena itu, lanjut Tito, BEI semakin serius menggarap potensi pasar syariah.

Apalagi, Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani sudah melontarkan inisiatif untuk mendirikan Bursa Efek Syariah Indonesia.

”Inisiatif itu sejalan dengan misi kami. Jadi, BEI akan support penuh,” ucapnya.

Menurut Tito, Surabaya merupakan tempat yang pas untuk pendirian Bursa Efek Syariah Indonesia.

Padahal, ada potensi besar di luar Jakarta yang bisa masuk pasar modal.

”Surabaya cocok menjadi pusat untuk mengembangkan potensi pasar Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Indonesia Timur,” jelasnya.

Tito menyatakan, BEI tidak ingin setengah-setengah dalam mengembangkan bursa syariah.

Karena itu, selain siap men-support 100 persen, pihaknya terus menimba ilmu dan pengalaman ke negara yang terbukti sukses mengembangkan industri syariah kelas dunia.

”Di Dubai ini, industri syariah tidak sebatas produknya, tapi seluruh prosesnya juga syariah. Ini satu-satunya di dunia,” katanya. (jpnn/ram)

DUBAI, SUMUTPOS.CO – Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal mendirikan Bursa Efek Syariah Indonesia di Surabaya pada 2018 mendatang.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kinerja industri keuangan syariah bisa mencapai dua kali lipat dari kinerja industri konvensional.

”Tapi, mestinya industri syariah bisa tumbuh jauh lebih pesat dari itu,” ujarnya di sela-sela kunjungan ke kantor Dubai Financial Market (DFM) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Minggu (29/10).

Selain besarnya populasi penduduk muslim di dunia, potensi terlihat karena penetrasi industri keuangan syariah di Indonesia masih rendah.

”Artinya, masih banyak sekali ruang untuk tumbuh,” kata Tito.

Sebagaimana diketahui, Indonesia saat ini memiliki dua indeks syariah.

Yakni, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index (JII).

Selain itu, ada juga 342 saham bisa masuk kategori syariah. Dari sisi jumlah investor, pertumbuhannya signifikan.

Namun, jika dibandingkan dengan total investor di pasar modal Indonesia, persentasenya masih sangat kecil.

Pada 2014, persentasenya tercatat baru mencapai 0,7 persen.

Setelah itu, angkanya naik jadi 1,1 persen pada 2015 dan menjadi 2,3 persen pada 2016.

Tahun ini, per Agustus, jumlah investor syariah baru mencapai 3,1 persen.

Karena itu, lanjut Tito, BEI semakin serius menggarap potensi pasar syariah.

Apalagi, Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani sudah melontarkan inisiatif untuk mendirikan Bursa Efek Syariah Indonesia.

”Inisiatif itu sejalan dengan misi kami. Jadi, BEI akan support penuh,” ucapnya.

Menurut Tito, Surabaya merupakan tempat yang pas untuk pendirian Bursa Efek Syariah Indonesia.

Padahal, ada potensi besar di luar Jakarta yang bisa masuk pasar modal.

”Surabaya cocok menjadi pusat untuk mengembangkan potensi pasar Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Indonesia Timur,” jelasnya.

Tito menyatakan, BEI tidak ingin setengah-setengah dalam mengembangkan bursa syariah.

Karena itu, selain siap men-support 100 persen, pihaknya terus menimba ilmu dan pengalaman ke negara yang terbukti sukses mengembangkan industri syariah kelas dunia.

”Di Dubai ini, industri syariah tidak sebatas produknya, tapi seluruh prosesnya juga syariah. Ini satu-satunya di dunia,” katanya. (jpnn/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/