30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

JNE Berangkatkan 140 Karyawan ke Tanah Suci

SUMUTPOS.CO – 140 Ksatria dan Srikandi JNE yang menjadi jamaah umrah kloter pertama mengaku terharu dan bangga hingga meneteskan air mata saat pertama kali berada di Masjidil Haram di depan Ka’bah sebagai kiblat sewaktu salat sehari-hari.

“Masya Allah, aura Kota Mekah begitu luar biasa, membuat perasaan saya menjadi terharu. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, karena jika mengingat Mekah yang tertuju adalah Kabah. Di depan Kabah saya menangis karena Allah telah mengabulkan doa saya untuk bisa sampai ke Mekah ini,” ujar Dara, jamaah umrah dari JNE Medan, saat berbincang dengan JNEWS, Selasa (24/5).

Srikandi di tim HC JNE Medan tersebut mengaku, meski merasa lelah setelah menempuh penerbangan 11 jam dari Jakarta ke Jeddah, namun rasa lelah tersebut seakan hilang begitu saja saat melihat tulisan Mekah, apalagi saat melihat Ka’bah. “Saya merasa tidak bosan untuk terus salat di depan Kabah,” tambahnya.

Terkait pelaksanaan ibadah, menurut Dara, semua memberikan kesan mendalam. “Kami semua rombongan JNE langsung melakukan rangkaian ibadah umrah wajib, seperti tawaf, sa’i dan tahalul. Memang bagi saya yang paling menantang saat melakukan sa’i, karena harus berjalan dari Safa ke Marwah sebanyak 7 kali dengan jarak yang jauh, di mana membutuhkan kekuatan fisik serta hati ikhlas karena Allah sambil terus melafalkan kalimat talbiyah,” ungkapnya.

“Momen yang juga sangat berkesan saat masuk ke Masjid Nabawi ke area Raudhah. Antusias jamaah untuk masuk ke sana luar biasa, sampai antri dan berdesakan. Dibutuhkan kesabaran untuk bisa masuk ke area yang ada makam Rasullullah Muhammad SAW dan sahabat Abu Bakar serta Umar bin Khatab tersebut. Saya sangat terharu saat berada di sana mengingat perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam berdakwah agama Islam di zaman dulu,” jelas Dara.

Dara sendiri mengaku, selama melaksanakan ibadah umrah atas kuasa Allah mengalami kejadian menakjubkan, meski kakinya menderita sakit namun saat beribadah termasuk tawaf dan sai semua berjalan lancar.

“Alhamdulillah dengan kuasa Allah semuanya saya bisa lakukan, baik yang wajib maupun yang sunah, padahal sebelumnya kaki saya untuk berjalan saja agak kesusahan. Perjalanan umrah mengajarkan kita untuk bersabar, karena di sini tempat berkumpulnya umat Muslim dari seluruh dunia. Dengan kondisi yang sangat padat kita harus ekstra sabar, jadi harus mampu mengendalikan emosi,” tutup Dara.

Hal senada juga diungkapkan oleh Edi, peserta rombongan dari Departemen EGD JNE Pusat Jakarta. Ia mengaku spontan menangis saat pertama kali melihat Ka’bah di Masjidil Haram, di mana kala itu langsung teringat akan kesalahan dan dosa-dosanya. “Saya mendapat keajaiban dan kenikmatan, di mana selalu di awal misalnya sarapan di awal, pembagian kunci kamar di awal, jadi saya merasa sangat bersyukur,” ujar Edi.

Setelah melaksanakan ibadah umrah, Edi berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain. “Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik usai berumrah, terutama mengenang napak tilas perjuangan para nabi dan rasul Allah. Sebagai mahluk-Nya, saya merasa betapa kecil di hadapan Allah SWT apalagi sewaktu di depan Ka’bah. Sehingga saya sadar tidak ada yang patut dibanggakan,” Edi. (rel/ram)

SUMUTPOS.CO – 140 Ksatria dan Srikandi JNE yang menjadi jamaah umrah kloter pertama mengaku terharu dan bangga hingga meneteskan air mata saat pertama kali berada di Masjidil Haram di depan Ka’bah sebagai kiblat sewaktu salat sehari-hari.

“Masya Allah, aura Kota Mekah begitu luar biasa, membuat perasaan saya menjadi terharu. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, karena jika mengingat Mekah yang tertuju adalah Kabah. Di depan Kabah saya menangis karena Allah telah mengabulkan doa saya untuk bisa sampai ke Mekah ini,” ujar Dara, jamaah umrah dari JNE Medan, saat berbincang dengan JNEWS, Selasa (24/5).

Srikandi di tim HC JNE Medan tersebut mengaku, meski merasa lelah setelah menempuh penerbangan 11 jam dari Jakarta ke Jeddah, namun rasa lelah tersebut seakan hilang begitu saja saat melihat tulisan Mekah, apalagi saat melihat Ka’bah. “Saya merasa tidak bosan untuk terus salat di depan Kabah,” tambahnya.

Terkait pelaksanaan ibadah, menurut Dara, semua memberikan kesan mendalam. “Kami semua rombongan JNE langsung melakukan rangkaian ibadah umrah wajib, seperti tawaf, sa’i dan tahalul. Memang bagi saya yang paling menantang saat melakukan sa’i, karena harus berjalan dari Safa ke Marwah sebanyak 7 kali dengan jarak yang jauh, di mana membutuhkan kekuatan fisik serta hati ikhlas karena Allah sambil terus melafalkan kalimat talbiyah,” ungkapnya.

“Momen yang juga sangat berkesan saat masuk ke Masjid Nabawi ke area Raudhah. Antusias jamaah untuk masuk ke sana luar biasa, sampai antri dan berdesakan. Dibutuhkan kesabaran untuk bisa masuk ke area yang ada makam Rasullullah Muhammad SAW dan sahabat Abu Bakar serta Umar bin Khatab tersebut. Saya sangat terharu saat berada di sana mengingat perjuangan Rasulullah dan para sahabat dalam berdakwah agama Islam di zaman dulu,” jelas Dara.

Dara sendiri mengaku, selama melaksanakan ibadah umrah atas kuasa Allah mengalami kejadian menakjubkan, meski kakinya menderita sakit namun saat beribadah termasuk tawaf dan sai semua berjalan lancar.

“Alhamdulillah dengan kuasa Allah semuanya saya bisa lakukan, baik yang wajib maupun yang sunah, padahal sebelumnya kaki saya untuk berjalan saja agak kesusahan. Perjalanan umrah mengajarkan kita untuk bersabar, karena di sini tempat berkumpulnya umat Muslim dari seluruh dunia. Dengan kondisi yang sangat padat kita harus ekstra sabar, jadi harus mampu mengendalikan emosi,” tutup Dara.

Hal senada juga diungkapkan oleh Edi, peserta rombongan dari Departemen EGD JNE Pusat Jakarta. Ia mengaku spontan menangis saat pertama kali melihat Ka’bah di Masjidil Haram, di mana kala itu langsung teringat akan kesalahan dan dosa-dosanya. “Saya mendapat keajaiban dan kenikmatan, di mana selalu di awal misalnya sarapan di awal, pembagian kunci kamar di awal, jadi saya merasa sangat bersyukur,” ujar Edi.

Setelah melaksanakan ibadah umrah, Edi berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain. “Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik usai berumrah, terutama mengenang napak tilas perjuangan para nabi dan rasul Allah. Sebagai mahluk-Nya, saya merasa betapa kecil di hadapan Allah SWT apalagi sewaktu di depan Ka’bah. Sehingga saya sadar tidak ada yang patut dibanggakan,” Edi. (rel/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/