27.8 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Kelapa Sawit Gunakan Lahan Hanya 7 persen

Sutan Siregar/Sumut Pos
SAWIT: Pekerja sedang mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) sawit di kawasan perkebunan sawit di Serdangbedagai, beberapa waktu yang lalu. 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Saat ini industri kelapa sawit Indonesia merupakan komoditas primadona ekspor yang disayang, namun kerap diserang pihak luar negeri. mulai dari isu deforestasi hingga tuduhan praktik perkebunan yang tidak ramah lingkungan.

“Padahal kelapa sawit justru lebih efisien dalam hal penggunaan lahan dibandingkan komoditas minyak nabati lain,” kata Ir Supriadi, perwakilan manajemen Asian Agri, dalam acara Buka Puasa Bersama Keluarga Besar Asian Agri Group dengan Insan Pers Sumut, di Medan, Kamis (9/5).

Supriadi menjelaskan, kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang paling produktif dan efisien dalam hal penggunaan lahan.

“Data dari Oil World 2018, total luas secara keseluruhan produsen minyak nabati global adalah 290 hektar dengan angka produksi minyak nabati sebesar 221 juta ton. Kelapa sawit hanya menggunakan lahan sebesar 7 persen. Sementara kedelai 43 persen, biji kapas 12 persen, biji rapa 11 persen, bunga matahari 9 persen dan sisanya tumbuhan minyak nabati lainnya 20 persen,” cetusnya.

Terkait dengan keberlangsungan lingkungan, proses regenerasi (replanting) pohon kelapa sawit dilakukan sekali dalam kurun waktu 25-30 tahun. Sementara tanaman semusim penghasil minyak nabati lainnya seperti bunga matahari, kedelai dan jagung diregenerasi antara 3-6 bulan. “Dengan demikian, kelapa sawit tentunya lebih ramah lingkungan,” kata dia.

 

Program Kemitraan Asian Agri

Dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan, lanjut Supridadi, Asian Agri berupaya meningkatkan produktivitas tanpa perluasan lahan baru, dan melanjutkan Program Kemitraan Asian Agri Berbasis Intensifikasi.

“Pada pertengahan tahun 2017, kami menegaskan komitmen untuk menjalin kemitraan dengan para petani Indonesia melalui Komitmen Kemitraan Satu Banding Satu atau lebih dikenal dengan sebutan One to One Partnership Commitment.

“Melalui ini kami bertekad mewujudkan pengelolaan 1 hektar lahan petani sebanding dengan 1 hektar lahan inti Asian Agri. Terdiri dari 60.000 hektar kebun petani plasma dan 40.000 hektar kebun petani swadaya,” katanya.

Akhir tahun 2018, Asian Agri berhasil melampaui target awal Kemitraan One to One yang semula 40.000 hektar lahan petani swadaya menjadi seluas 41.000 hektar. “Terima kasih kepada sahabat-sahabat insan pers yang terus menyampaikan informasi positif tentang kemitraan, pentingnya memperhatikan keberlanjutan, sertifikasi dan peremajaan bagi industri kelapa sawit Indonesia,” katanya. (mea)

Sutan Siregar/Sumut Pos
SAWIT: Pekerja sedang mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) sawit di kawasan perkebunan sawit di Serdangbedagai, beberapa waktu yang lalu. 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Saat ini industri kelapa sawit Indonesia merupakan komoditas primadona ekspor yang disayang, namun kerap diserang pihak luar negeri. mulai dari isu deforestasi hingga tuduhan praktik perkebunan yang tidak ramah lingkungan.

“Padahal kelapa sawit justru lebih efisien dalam hal penggunaan lahan dibandingkan komoditas minyak nabati lain,” kata Ir Supriadi, perwakilan manajemen Asian Agri, dalam acara Buka Puasa Bersama Keluarga Besar Asian Agri Group dengan Insan Pers Sumut, di Medan, Kamis (9/5).

Supriadi menjelaskan, kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang paling produktif dan efisien dalam hal penggunaan lahan.

“Data dari Oil World 2018, total luas secara keseluruhan produsen minyak nabati global adalah 290 hektar dengan angka produksi minyak nabati sebesar 221 juta ton. Kelapa sawit hanya menggunakan lahan sebesar 7 persen. Sementara kedelai 43 persen, biji kapas 12 persen, biji rapa 11 persen, bunga matahari 9 persen dan sisanya tumbuhan minyak nabati lainnya 20 persen,” cetusnya.

Terkait dengan keberlangsungan lingkungan, proses regenerasi (replanting) pohon kelapa sawit dilakukan sekali dalam kurun waktu 25-30 tahun. Sementara tanaman semusim penghasil minyak nabati lainnya seperti bunga matahari, kedelai dan jagung diregenerasi antara 3-6 bulan. “Dengan demikian, kelapa sawit tentunya lebih ramah lingkungan,” kata dia.

 

Program Kemitraan Asian Agri

Dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan, lanjut Supridadi, Asian Agri berupaya meningkatkan produktivitas tanpa perluasan lahan baru, dan melanjutkan Program Kemitraan Asian Agri Berbasis Intensifikasi.

“Pada pertengahan tahun 2017, kami menegaskan komitmen untuk menjalin kemitraan dengan para petani Indonesia melalui Komitmen Kemitraan Satu Banding Satu atau lebih dikenal dengan sebutan One to One Partnership Commitment.

“Melalui ini kami bertekad mewujudkan pengelolaan 1 hektar lahan petani sebanding dengan 1 hektar lahan inti Asian Agri. Terdiri dari 60.000 hektar kebun petani plasma dan 40.000 hektar kebun petani swadaya,” katanya.

Akhir tahun 2018, Asian Agri berhasil melampaui target awal Kemitraan One to One yang semula 40.000 hektar lahan petani swadaya menjadi seluas 41.000 hektar. “Terima kasih kepada sahabat-sahabat insan pers yang terus menyampaikan informasi positif tentang kemitraan, pentingnya memperhatikan keberlanjutan, sertifikasi dan peremajaan bagi industri kelapa sawit Indonesia,” katanya. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/