28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Musim Ombak Harga Ikan Teri Melambung

BELAWAN- Harga ikan teri di sejumlah pasar tradisional di wilayah Medan Utara melambung. Hal ini  menyusul minimnya hasil tangkapan nelayan di Belawan yang merupakan salah satu sentra produksi pengeringan ikan.

Untuk ikan teri nasi (halus) misalnya, harga sebelumnya Rp65.000 per kilo gram naik mencapai Rp70.000 per kilo gram. Sementara jenis ikan teri biasa dari Rp45.000 per kilo gram menjadi Rp50.000 per kilo gram.

Beberapa pedagang teri di pasar tradisional Jalan Marelan Raya Kecamatan Medan Marelan, Minggu (8/7) kemarin  mengaku, pasokan ikan yang masuk hingga ke pedagang merosot lebih dari 20 persen, sehingga memicu naiknya harga penjualan ikan teri di pasaran.

“Harga pembelian ikan teri dari Gabion, Belawan juga sudah naik, makanya pedagang menaikan harga penjualan,” kata Bahrum (43) salah seorang pedagang kepada Sumut Pos.

Menurutnya, masih berlangsungnya musim ombak besar menyebabkan penghasilan ikan teri merosot, dampaknya harga ikan teri di sejumlah pasar tradisional pun kian melonjak.

“Kalau harga pembelian kami naik, terpaksa kita menikkan harga kepada konsumen. Karena dampak musim ombak di laut sangat berpengaruh,” ungkapnya.

Naiknya harga ikan teri di pasaran membuat konsumen (masyarakat) mengeluh, menurut mereka kenaikan harga tersebut membuat biaya kebutuhan hidup semakin tinggi.

“Bukan hanya harga ikan teri yang naik, menjelang bulan puasa harga kebutuhan pokok lainnya juga ikut mengalami kenaikan,” ujar Suraida (51) seorang ibu rumah tangga.

Terpisah, sejumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Gabion Belawan mengatakan, kondisi cuaca yang kurang bersahabat membuat aktivitas nelayan dalam menangkap ikan di laut menjadi terganggu.

Bahkan pada saat musim ombak besar seperti yang terjadi sekarang ini, membuat para nelayan terpaksa menggantungkan kapal penangkap ikannya.
“Sekarang ini kondisi cuaca di laut tidak dapat diperkirakan seperti dulu, nanti sehari sebelum berangkat melaut kita lihat cuaca bagus. Tapi begitu mau berangkat besoknya hujan disertai angin kencang pun terjadi, dan ini yang membuat nelayan terkadang menunda keberangkatannya melaut,” ungkap, Abdul Haris seorang nelayan pukat teri di Belawan.

Tidak cuma buruknya cuaca yang jadi kendala begitu para nelayan, namun hilangnya subsidi minyak tanah digunakan sebagai bahan bakar merebus ikan teri hasil tangkapan juga berdampak pada jeleknya hasil produksi. (mag-17)

BELAWAN- Harga ikan teri di sejumlah pasar tradisional di wilayah Medan Utara melambung. Hal ini  menyusul minimnya hasil tangkapan nelayan di Belawan yang merupakan salah satu sentra produksi pengeringan ikan.

Untuk ikan teri nasi (halus) misalnya, harga sebelumnya Rp65.000 per kilo gram naik mencapai Rp70.000 per kilo gram. Sementara jenis ikan teri biasa dari Rp45.000 per kilo gram menjadi Rp50.000 per kilo gram.

Beberapa pedagang teri di pasar tradisional Jalan Marelan Raya Kecamatan Medan Marelan, Minggu (8/7) kemarin  mengaku, pasokan ikan yang masuk hingga ke pedagang merosot lebih dari 20 persen, sehingga memicu naiknya harga penjualan ikan teri di pasaran.

“Harga pembelian ikan teri dari Gabion, Belawan juga sudah naik, makanya pedagang menaikan harga penjualan,” kata Bahrum (43) salah seorang pedagang kepada Sumut Pos.

Menurutnya, masih berlangsungnya musim ombak besar menyebabkan penghasilan ikan teri merosot, dampaknya harga ikan teri di sejumlah pasar tradisional pun kian melonjak.

“Kalau harga pembelian kami naik, terpaksa kita menikkan harga kepada konsumen. Karena dampak musim ombak di laut sangat berpengaruh,” ungkapnya.

Naiknya harga ikan teri di pasaran membuat konsumen (masyarakat) mengeluh, menurut mereka kenaikan harga tersebut membuat biaya kebutuhan hidup semakin tinggi.

“Bukan hanya harga ikan teri yang naik, menjelang bulan puasa harga kebutuhan pokok lainnya juga ikut mengalami kenaikan,” ujar Suraida (51) seorang ibu rumah tangga.

Terpisah, sejumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Gabion Belawan mengatakan, kondisi cuaca yang kurang bersahabat membuat aktivitas nelayan dalam menangkap ikan di laut menjadi terganggu.

Bahkan pada saat musim ombak besar seperti yang terjadi sekarang ini, membuat para nelayan terpaksa menggantungkan kapal penangkap ikannya.
“Sekarang ini kondisi cuaca di laut tidak dapat diperkirakan seperti dulu, nanti sehari sebelum berangkat melaut kita lihat cuaca bagus. Tapi begitu mau berangkat besoknya hujan disertai angin kencang pun terjadi, dan ini yang membuat nelayan terkadang menunda keberangkatannya melaut,” ungkap, Abdul Haris seorang nelayan pukat teri di Belawan.

Tidak cuma buruknya cuaca yang jadi kendala begitu para nelayan, namun hilangnya subsidi minyak tanah digunakan sebagai bahan bakar merebus ikan teri hasil tangkapan juga berdampak pada jeleknya hasil produksi. (mag-17)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/