29 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Mekanik Asing Siap Serbu RI

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 31 Desember 2015 mengancam eksistensi tenaga kerja di sektor otomotif. Bukan tenaga kerja untuk produksi, tetapi lebih di bagian layanan purna jual (aftersales service).

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi menyatakan, perdagangan bebas di sektor otomotif sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Sudah sejak lama ada MRA (mutual recognition arrangement) atau kesepakatan untuk saling mengakui produk negara lain. Terutama untuk melancarkan ekspor impor antara dua negara. “Seperti kita impor dari Thailand, Thailand impor dari kita,” ujarnya kemarin (9/10).

Menurut Budi, tahun depan sebenarnya tinggal MEA untuk sektor jasa otomotif. Salah satunya terkait dengan jaringan distribusi (diler) atau layanan purnajual (bengkel). Selama ini diler dan bengkel dibangun terintegrasi dalam satu tempat yang sama. Saat pemberlakuan MEA, investor asing akan lebih mudah masuk Indonesia.”Mereka bisa saja buka diler atau bengkel di Indonesia,” ungkapnya.

Hal itu bisa dipastikan karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Sedangkan tingkat kepemilikan mobil masih sangat kecil. Di sisi lain, populasi kendaraan yang beredar lebih dari 10 juta unit dan semuanya butuh perawatan rutin. “Kalau diler dan bengkelnya punya asing, bisa saja tenaga kerja yang dipakai bukan warga negara Indonesia. Bisa saja mereka bawa dari negaranya,” kata Budi.

Karena itu, peningkatan keahlian pekerja domestik menjadi pekerjaan rumah tambahan yang perlu dibenahi pemerintah bersama prisnipal otomotif. Pihaknya mewanti-wanti agar pada saat MEA berlaku akhir 2015, prinsipal otomotif tidak tergoda menggunakan tenaga kerja asing. “Kita minta supaya prinsipal otomotif tetap memakai mekanik-mekanik lokal. Jangan malah anak-anak kita nanti tergusur,” tukasnya.

Operating General Manager PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Duljatmono mengatakan, Mitsubishi Indonesia berkomitmen tetap memakai tenaga kerja lokal ketika MEA berlaku akhir 2015 nanti. “Menurut saya agak melebar kalau pakai tenaga asing. Untuk mekanik diutamakan tenaga kerja Indonesia, itu yang utama. Karena sumber daya kita cukup banyak, hanya perlu dipersiapkan ketrampilan dan pengetahuan teknologi otomotifnya,” katanya.

Dia menilai ketersediaan calon tenaga kerja di bidang otomotif sebenarnya sangat besar, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sayangnya banyak SMK yang sarana dan fasilitas pelatihannya kurang memadai, meskipun keinginain utuk maju besar. “Karena itu kita harus turut berkontribusi dari sekarang untuk mempersiapkan tenaga kerja yang mumpuni di sektor otomotif. Bukan hanya Mitshubishi tapi juga yang lain,” tandasnya.

Untuk itu, kemarin (9/10) KTB sebagai distributor resmi Mitsubishi menyumbangkan delapan unit mobil penumpang kepada delapan SMK dari Bekasi, Depok, Kebumen, Mojokerto, Medan, Palembang, Banjarbaru, dan Makassar. Mobil tersebut diharapkan bisa menjadi sarana bagi siswa SMK untuk mempelajari teknologi mobil. “Kita juga memberikan pelatihan otomotif bukan saja untuk siswa tetap juga guru SMK,” jelasnya. (wir/oki)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 31 Desember 2015 mengancam eksistensi tenaga kerja di sektor otomotif. Bukan tenaga kerja untuk produksi, tetapi lebih di bagian layanan purna jual (aftersales service).

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi menyatakan, perdagangan bebas di sektor otomotif sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Sudah sejak lama ada MRA (mutual recognition arrangement) atau kesepakatan untuk saling mengakui produk negara lain. Terutama untuk melancarkan ekspor impor antara dua negara. “Seperti kita impor dari Thailand, Thailand impor dari kita,” ujarnya kemarin (9/10).

Menurut Budi, tahun depan sebenarnya tinggal MEA untuk sektor jasa otomotif. Salah satunya terkait dengan jaringan distribusi (diler) atau layanan purnajual (bengkel). Selama ini diler dan bengkel dibangun terintegrasi dalam satu tempat yang sama. Saat pemberlakuan MEA, investor asing akan lebih mudah masuk Indonesia.”Mereka bisa saja buka diler atau bengkel di Indonesia,” ungkapnya.

Hal itu bisa dipastikan karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Sedangkan tingkat kepemilikan mobil masih sangat kecil. Di sisi lain, populasi kendaraan yang beredar lebih dari 10 juta unit dan semuanya butuh perawatan rutin. “Kalau diler dan bengkelnya punya asing, bisa saja tenaga kerja yang dipakai bukan warga negara Indonesia. Bisa saja mereka bawa dari negaranya,” kata Budi.

Karena itu, peningkatan keahlian pekerja domestik menjadi pekerjaan rumah tambahan yang perlu dibenahi pemerintah bersama prisnipal otomotif. Pihaknya mewanti-wanti agar pada saat MEA berlaku akhir 2015, prinsipal otomotif tidak tergoda menggunakan tenaga kerja asing. “Kita minta supaya prinsipal otomotif tetap memakai mekanik-mekanik lokal. Jangan malah anak-anak kita nanti tergusur,” tukasnya.

Operating General Manager PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Duljatmono mengatakan, Mitsubishi Indonesia berkomitmen tetap memakai tenaga kerja lokal ketika MEA berlaku akhir 2015 nanti. “Menurut saya agak melebar kalau pakai tenaga asing. Untuk mekanik diutamakan tenaga kerja Indonesia, itu yang utama. Karena sumber daya kita cukup banyak, hanya perlu dipersiapkan ketrampilan dan pengetahuan teknologi otomotifnya,” katanya.

Dia menilai ketersediaan calon tenaga kerja di bidang otomotif sebenarnya sangat besar, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sayangnya banyak SMK yang sarana dan fasilitas pelatihannya kurang memadai, meskipun keinginain utuk maju besar. “Karena itu kita harus turut berkontribusi dari sekarang untuk mempersiapkan tenaga kerja yang mumpuni di sektor otomotif. Bukan hanya Mitshubishi tapi juga yang lain,” tandasnya.

Untuk itu, kemarin (9/10) KTB sebagai distributor resmi Mitsubishi menyumbangkan delapan unit mobil penumpang kepada delapan SMK dari Bekasi, Depok, Kebumen, Mojokerto, Medan, Palembang, Banjarbaru, dan Makassar. Mobil tersebut diharapkan bisa menjadi sarana bagi siswa SMK untuk mempelajari teknologi mobil. “Kita juga memberikan pelatihan otomotif bukan saja untuk siswa tetap juga guru SMK,” jelasnya. (wir/oki)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/