23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Daging Sapi RI Kalah dengan Malaysia

Industri olahan daging dalam negeri kalah bersaing dari sisi harga dengan produk sejenis dari Malaysia. Penyebabnya daging impor untuk industri di Indonesia mendapat bahan baku lebih mahal.

Hal ini dijelaskan mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono terkait kebijakan kementerian yang baru dalam pengadaan daging impor.

“Kalau disyaratkan harus dari negara Australia dan New Zealand, harga daging menjadi mahal, karena daging dari negara tersebut mahal,” kata Anton, di Hotel Grand Hyatt, Selasa (10/1).

Akibatnya, harga pokok daging yang dibeli oleh industri menjadi mahal, kondisi ini membuat industri pengolahan daging kalah bersaing.

“Industri pengolahan daging kita kalah, salah satunya sama Malaysia, kenapa? Karena Malaysia memperbolehkan impor daging dari mana saja, yang penting murah, kualitasnya bagus sesuai standar negaranya. Salah satunya yang dipilihnya daging dari India yang bagus dan murah,” ungkapnya.

Masalahnya kata Anton, produk olahan daging dari Malaysia ini masuk ke Indonesia, harganya jauh lebih murah dan sudah bisa ditebak produk dalam negeri yang kalah bersaing.

“Sebenarnya boleh kita memproteksi petani kita, tapi harus sinkronisasi dengan industri. Harga daging lokal murah tapi produk akhirnya mahal inikan tidak masuk akal. Boleh kita lindungi petani, tapi pikirkan juga industri kita,” ujarnya lagi.
Contoh lainnya kata Anton yang saat ini aktif di Komite Inovasi Nasional, soal gula. Harga gula dalam negeri termasuk paling mahal, karena proteksi terlalu besar terhadap petani.

“Namun disaat yang sama produk olahan gula dari Cina menyerbu, industri pengolahan produk gula kita yang kena. Jadi inikan ada yang tidak singkron khususnya dalam kebijakan impornya,” tandas Anton. (net/jpnn)

Industri olahan daging dalam negeri kalah bersaing dari sisi harga dengan produk sejenis dari Malaysia. Penyebabnya daging impor untuk industri di Indonesia mendapat bahan baku lebih mahal.

Hal ini dijelaskan mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono terkait kebijakan kementerian yang baru dalam pengadaan daging impor.

“Kalau disyaratkan harus dari negara Australia dan New Zealand, harga daging menjadi mahal, karena daging dari negara tersebut mahal,” kata Anton, di Hotel Grand Hyatt, Selasa (10/1).

Akibatnya, harga pokok daging yang dibeli oleh industri menjadi mahal, kondisi ini membuat industri pengolahan daging kalah bersaing.

“Industri pengolahan daging kita kalah, salah satunya sama Malaysia, kenapa? Karena Malaysia memperbolehkan impor daging dari mana saja, yang penting murah, kualitasnya bagus sesuai standar negaranya. Salah satunya yang dipilihnya daging dari India yang bagus dan murah,” ungkapnya.

Masalahnya kata Anton, produk olahan daging dari Malaysia ini masuk ke Indonesia, harganya jauh lebih murah dan sudah bisa ditebak produk dalam negeri yang kalah bersaing.

“Sebenarnya boleh kita memproteksi petani kita, tapi harus sinkronisasi dengan industri. Harga daging lokal murah tapi produk akhirnya mahal inikan tidak masuk akal. Boleh kita lindungi petani, tapi pikirkan juga industri kita,” ujarnya lagi.
Contoh lainnya kata Anton yang saat ini aktif di Komite Inovasi Nasional, soal gula. Harga gula dalam negeri termasuk paling mahal, karena proteksi terlalu besar terhadap petani.

“Namun disaat yang sama produk olahan gula dari Cina menyerbu, industri pengolahan produk gula kita yang kena. Jadi inikan ada yang tidak singkron khususnya dalam kebijakan impornya,” tandas Anton. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/