MEDAN, SUMUTPOS.CO – Harga daging sapi di daerah Sumatera Utara (Sumut) masih terbilang tinggi. Saat ini, berkisar Rp110 ribu hingga Rp125 ribu per kilogram (Kg). Pemerintah daerah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Sumut berusaha menstabilkan harga dengan menggelar operasi pasar. Namun, harga belum bergerak sesuai keinginan Presiden Jokowi, Rp80 ribu per Kg.
Ketua KPPU M Syarkawi Rauf mengatakan, ada empat hal yang dinilai mampu menurunkan harga daging sapi saat ini. Empat hal tersebut harus langsung dilakukan Presiden Jokowi. Kalau empat hal ini bisa dibenahi dalam jangka pendek dan jangka menengah, Syarkawi yakin, keinginan Pak Jokowi bisa terwujud.
Disebutkan Syarkawi, keempat hal itu yakni pertama, menekan bea masuk impor daging sapi. “Bea masuk impor daging sapi itu harus lebih rendah. Bahkan, kalau perlu tidak ada bea masuk untuk daging sapi,” ungkapnya.
Kedua, proses pemeriksaan di karantina harus menjadi sederhana. Ketiga, terkait dengan pakan yang harus ada intensif bagi perusahaan penggemukan, sehingga ongkos pakan itu tidak terlalu tinggi.
“Dan keempat, berkaitan dengan logistiknya. Ini juga bisa menjadi problem. Karena, ongkos angkut sapi per ekornya Rp250 ribu. Angka ini cukup lumayan mahal, belum lagi dikarantina dan akomodasi lainnya,” ungkap Syarkawi didampingi Kepala KPPU Medan, Abdul Hakim Pasaribu usai memberikan bantuan tenda kepada sejumlah becak motor di kantor KPPU Sumut, Jalan Juanda Ujung, Jumat (10/6).
Disebutkan Syarkawi, terkait kenaikan harga dagang sapi ini, pihaknya sudah melakukan sidak ke rumah potong hewan (RPH) di Tangerang, Jakarta Barat. Tujuannya untuk mengetahui kenapa harga daging sapi di Indonesia sangat mahal. Bahkan, jauh lebih mahal dibanding Malaysia.
Selain itu, ingin memastikan kejadian 2015 tidak terulang lagi pada waktu yang sama, beberapa hari menjelang bulan puasa. Kenyataannya, pasokan RPH relatif stabil. Namun pertanyaannya, kenapa harga masih tinggi?
“Kalau di Indonesia harga daging sapi per Kg sekitar Rp110 ribu hingga Rp120 ribu, sedangkan di Malaysia hanya Rp45 ribu sampai Rp60 ribu. Padahal, sumber dagingnya relatif sama, dan Malaysia mendapatkannya dari Australia,” sebut Syarkawi.