27.8 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Entrepreneur Muda Harus Kembangkan Pertanian Sumut

FESTIVAL: Kegiatan Youth Agripreneur Festival (YAF) 2019 yang digelar di Polbangtan Medan, baru-baru ini.
FESTIVAL: Kegiatan Youth Agripreneur Festival (YAF) 2019 yang digelar di Polbangtan Medan, baru-baru ini.

SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara yang dekat dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, yang juga merupakan tujuan ekspor bisa mendatangkan devisa dan menaikkan laju perekonomian termasuk di Indonesia.

Maka dari itu, penting untuk terus meningkatkan komoditas unggulan dan peningkatan kualitas serta kuantitas, agar ekspor dari Sumut bisa berkelanjutan.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Dr Idha Widi Arsanti, dalam Youth Agripreneur Festival (YAF) 2019 yang diselenggarakan di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan, baru-baru ini. Kegiatan tersebut diharapkan bisa mendorong para entrepreneur muda di bidang pertanian untuk terus berkarya, dan mengundang para generasi muda berkecimpung di sektor pertanian.

“Sektor pertanian merupakan sektor unggulan terutama di Sumut. Ada beberapa komoditas unggulan, misalnya kopi, tanaman pangan, tanaman hortikultura yang menjadi komoditas yang dikembangkan di provinsi ini. Pertanyaannya adalah siapa yang akan mengelola bisnis pertanian yang cukup menjanjikan di provinsi ini,” ungkap Idha.

Ia mengaku, peserta didik dan lulusan Polbangtan Medan sudah terbukti menjadi agro-sociopreneur.

Karenanya, diharapkan agar semakin banyak generasi-generasi muda yang siap bekerja di sektor pertanian yang mumpuni, dan siap menjadi penggerak sektor pertanian.

“Generasi muda milenial lebih dekat dengan teknologi, maka sektor pertanian akan dapat digerakkan dengan lebih cepat. Beberapa karya inovatif produk-produk unggulan dari mahasiswa ini akan didorong untuk kemudian bisa memenuhi pangsa pasar tertentu. Nilai tambah yang dihasilkan akan cukup bagus,” imbuhnya.

Direktur Polbangtan Medan Ir Yuliana Kansrini mengatakan, kegiatan YAF menjadi wadah mempertemukan para entrepreneur di bidang pertanian dengan pihak perbankan dan stakeholder. Termasuk juga, dalam rangka memperkenalkan produk unggulan entrepreneur tersebut. Sebab, melibatkan semua binaan dari mulai wirausaha di level SMK, beberapa perguruan tinggi dan juga mitra dari beberapa kota lain.

“Ini merupakan kali pertama YAF digelar. Kegiatan ini diawali dengan Gebyar Pramuka, kemudian pelatihan pemanfaatan limbah eceng gondok, pelatihan kewirausahaan, seminar nasional, cipta karya seni kreatifitas mahasiswa dimana mereka berkompetisi menunjukkan bakat dan kebolehannya masing-masing di bidang seni dan olahraga,” kata Yuliana.

Selama ini, sebut dia, pihaknya belum memiliki wadah yang bisa mempertemukan para pengusaha muda pertanian. Maka dari itu, berpikir bagaimana agar bisa melakukan bisnisnya secara berkelanjutan kalau tidak mewadahi dan mempertemukan mereka dengan stakeholder, perbankan, maupun dengan Pemerintah. Apalagi bisnis memang tidak bisa lepas dari yang namanya regulasi. Kegiatan YAF ini punya manfaat besar dan melibatkan banyak pihak,” ujarnya.

Sementara, Staf Ahli Gubernur Sumut Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan, Naufal Mahyar yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, kontribusi sektor pertanian pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 21,40 persen.

Sedangkan penduduk Sumut yang bekerja pada sektor pertanian sebanyak 44,50 persen, dari 5,99 juta penduduk yang tergolong angkatan kerja.

“Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar rumah tangga di Sumut masih meng gantungkan hidupnya di sektor pertanian, sehingga pertumbuhan sektor ini sangat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumut.

Untuk itu, ke depan pembangunan pertanian harus meningkatkan peran generasi muda dalam mengembangkan usaha pertanian lainnya,” ujar Naufal.

Dia menuturkan, berdasarkan data BPS bahwa saat ini petani yang berusia 35 tahun ke bawah berjumlah sekitar 192.473 jiwa atau hanya 14,41 persen dari jumlah petani yang ada di Sumut. Hal ini menggambarkan secara tidak langsung, bahwa usaha pertanian dianggap kurang menarik bagi generasi muda.

“Ke depan, sektor pertanian bukan hanya dituntut untuk meningkatkan produksi tetapi harus mempunyai skema bisnis dan branding petani modern. Untuk itu, pemberdayaan generasi milenial menjadi petani milenial perlu ditingkatkan dan merupakan cikal bakal dari pengembangan wirausahawan muda pertanian. Petani milenial harus mampu membuka lapangan kerja dan menumbuhkan wirausaha muda sehingga merupakan salah satu upaya untuk menekan urbanisasi,” tukasnya. (ris/han)

FESTIVAL: Kegiatan Youth Agripreneur Festival (YAF) 2019 yang digelar di Polbangtan Medan, baru-baru ini.
FESTIVAL: Kegiatan Youth Agripreneur Festival (YAF) 2019 yang digelar di Polbangtan Medan, baru-baru ini.

SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara yang dekat dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, yang juga merupakan tujuan ekspor bisa mendatangkan devisa dan menaikkan laju perekonomian termasuk di Indonesia.

Maka dari itu, penting untuk terus meningkatkan komoditas unggulan dan peningkatan kualitas serta kuantitas, agar ekspor dari Sumut bisa berkelanjutan.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Dr Idha Widi Arsanti, dalam Youth Agripreneur Festival (YAF) 2019 yang diselenggarakan di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan, baru-baru ini. Kegiatan tersebut diharapkan bisa mendorong para entrepreneur muda di bidang pertanian untuk terus berkarya, dan mengundang para generasi muda berkecimpung di sektor pertanian.

“Sektor pertanian merupakan sektor unggulan terutama di Sumut. Ada beberapa komoditas unggulan, misalnya kopi, tanaman pangan, tanaman hortikultura yang menjadi komoditas yang dikembangkan di provinsi ini. Pertanyaannya adalah siapa yang akan mengelola bisnis pertanian yang cukup menjanjikan di provinsi ini,” ungkap Idha.

Ia mengaku, peserta didik dan lulusan Polbangtan Medan sudah terbukti menjadi agro-sociopreneur.

Karenanya, diharapkan agar semakin banyak generasi-generasi muda yang siap bekerja di sektor pertanian yang mumpuni, dan siap menjadi penggerak sektor pertanian.

“Generasi muda milenial lebih dekat dengan teknologi, maka sektor pertanian akan dapat digerakkan dengan lebih cepat. Beberapa karya inovatif produk-produk unggulan dari mahasiswa ini akan didorong untuk kemudian bisa memenuhi pangsa pasar tertentu. Nilai tambah yang dihasilkan akan cukup bagus,” imbuhnya.

Direktur Polbangtan Medan Ir Yuliana Kansrini mengatakan, kegiatan YAF menjadi wadah mempertemukan para entrepreneur di bidang pertanian dengan pihak perbankan dan stakeholder. Termasuk juga, dalam rangka memperkenalkan produk unggulan entrepreneur tersebut. Sebab, melibatkan semua binaan dari mulai wirausaha di level SMK, beberapa perguruan tinggi dan juga mitra dari beberapa kota lain.

“Ini merupakan kali pertama YAF digelar. Kegiatan ini diawali dengan Gebyar Pramuka, kemudian pelatihan pemanfaatan limbah eceng gondok, pelatihan kewirausahaan, seminar nasional, cipta karya seni kreatifitas mahasiswa dimana mereka berkompetisi menunjukkan bakat dan kebolehannya masing-masing di bidang seni dan olahraga,” kata Yuliana.

Selama ini, sebut dia, pihaknya belum memiliki wadah yang bisa mempertemukan para pengusaha muda pertanian. Maka dari itu, berpikir bagaimana agar bisa melakukan bisnisnya secara berkelanjutan kalau tidak mewadahi dan mempertemukan mereka dengan stakeholder, perbankan, maupun dengan Pemerintah. Apalagi bisnis memang tidak bisa lepas dari yang namanya regulasi. Kegiatan YAF ini punya manfaat besar dan melibatkan banyak pihak,” ujarnya.

Sementara, Staf Ahli Gubernur Sumut Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan, Naufal Mahyar yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, kontribusi sektor pertanian pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 21,40 persen.

Sedangkan penduduk Sumut yang bekerja pada sektor pertanian sebanyak 44,50 persen, dari 5,99 juta penduduk yang tergolong angkatan kerja.

“Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar rumah tangga di Sumut masih meng gantungkan hidupnya di sektor pertanian, sehingga pertumbuhan sektor ini sangat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumut.

Untuk itu, ke depan pembangunan pertanian harus meningkatkan peran generasi muda dalam mengembangkan usaha pertanian lainnya,” ujar Naufal.

Dia menuturkan, berdasarkan data BPS bahwa saat ini petani yang berusia 35 tahun ke bawah berjumlah sekitar 192.473 jiwa atau hanya 14,41 persen dari jumlah petani yang ada di Sumut. Hal ini menggambarkan secara tidak langsung, bahwa usaha pertanian dianggap kurang menarik bagi generasi muda.

“Ke depan, sektor pertanian bukan hanya dituntut untuk meningkatkan produksi tetapi harus mempunyai skema bisnis dan branding petani modern. Untuk itu, pemberdayaan generasi milenial menjadi petani milenial perlu ditingkatkan dan merupakan cikal bakal dari pengembangan wirausahawan muda pertanian. Petani milenial harus mampu membuka lapangan kerja dan menumbuhkan wirausaha muda sehingga merupakan salah satu upaya untuk menekan urbanisasi,” tukasnya. (ris/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/