Belanja di luar negeri, jual kembali di negara sendiri
Para turis China mencatat rekor pembelian barang-barang mewah tahun ini, menurut perusahaan pengembalian pajak belanja Global Blue dalam sebuah laporan yang dipublikasikan pada bulan April. Lemahnya euro menjadi alasan para turis China berkunjung ke Eropa.
Para pengamat memperkirakan daya beli barang mewah orang China sebesar 45 persen dari pasar global, naik dari nol satu dekade lalu. China berkontribusi terhadap sepertiga total daya beli barang-barang mewah di Eropa.
Apapun reaksi pasar, dampak dari nilai tukar berbeda-beda bagi industri barang mewah ini. Global Blue mengatakan sebanyak 40 persen barang-barang yang dibeli turis China di luar negeri adalah untuk dijual kembali di rumah mereka di pasar gelap, jadi yuan yang lemah mungkin menambah jumlah orang yang belanja di China.
Margin sektor mewah juga biasanya lebih tinggi di Asia, walaupun efek nilai tukar bagi perusahaan-perusahaan yang berbasis di Eropa bisa mengurangi sedikit keuntungan.
“Secara garis besar menurut saya kelihatannya akan berdampak negatif,” kata pengamat barang-barang mewah dari Nomura, Christopher Walker, “(tapi) semakin sulit untuk dimonitor… Semua perusahaan-perusahaan mewah berusaha untuk mengelola harga dan perbedaanya. Dan ini menimbulkan pertanyaan lagi terkait harga dan membuat sulit mengelola bisnis barang mewah.”
Nilai kerugian yang disebabkan oleh kebijakan ini jumlahnya besar dan semakin cepat bertambah.
Organisasi Pariwisata Dunia mengatakan China adalah negara terbesar yang melakukan pariwisata keluar negeri pada tahun 2014, melibatkan uang sejumlah $165 milyar uang, naik 28 persen dari tahun 2013. Padahal pada tahun 1995, pengeluaran pariwisata China hanya sebesar $3,7 milyar.