26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Investasi Warga Sumut Tinggi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Membaik

MEDAN-  Trend investasi di Indonesia sudah menunjukkan pertumbuhan middle class yang merupakan pendorong utama perekonomian.
Hal ini dikatakan Head of Wealth Management HSBC Bank Steven Suryana dalam acara Ekonomi Out Look 2012 yang diadakan di Aryaduta Hotel Medan, Rabu (8/2).

Menurutnya, tingginya minat berinvestasi di Indonesia tahun 2012 ini bukan tanpa alasan. Sebab, tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk Sumut berada pada performa yang baik.
Kesadaran masyarakat dalam berinvestasi juga ditunjukkan pengusaha muda di Sumut. “Secara nasional, dunia menganggap Indonesia sebagai mutiara ekonomi di Asia,” ujarnya.

Dikatakannya, potensi yang menjadikan Indonesia sebagai pertumbuhan ekonomi yang baik didukung dengan kenaikan pendapatan per kapita, peningkatan konsumsi masyarakat, dan Indonesia akan mengalami kenaikan dalam jumlah investasi, baik investasi langsung ke sektor riil (FDI) maupun sektor permodalan.

“Sedangkan faktor penunjang investasi antara lain disahkannya UU pembebasan tanah (land bill) dan perbaikan rasio utang negara terhadap total ekonomi yang diikuti oleh kenaikan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s,” tambahnya.
Karena itu, Steven menekankan kalau tahun ini sangat cocok untuk memulai investasi, baik dalam saham maupun berbentuk tabungan dan deposito.
Dijelaskannya, ada berbagai macam produk investasi yang tersedia, seperti tabungan dan deposito, saham, obligasi pemerintah, produk reksadana, dan lainnya. “Untuk reksadana kita lihat resiko yang akan didapat oleh masyarakat. Tapi masyarakat masih menganggap resiko yang didapat dari investasi masih tinggi,” bilang Steven.

Diakuinya, resiko dalam bermain saham tentu ada, tapi tidak tinggi seperti yang diprediksi nasabah. “Resiko dapat kita perkecil dengan seleksi produk. Misalnya, dalam memilih saham diverifikasi. Sedangkan resiko yang paling besar bila perusahaan bangkrut,” ungkap Steven.
Steven menjelaskan, masyarakat Indonesia yang sadar akan investasi baru sekitar 33 persen. Sedangkan kesadaran masyarakat di Cina sudah sekitar 96 persen. “Pengetahuan masyarakat akan investasi masih lemah, karena itu, dengan ekonomi outlook ini untuk memberikan pemahaman akan investasi,” papar Steven.

Sementara, Senior Vice President, Branch Manager HSBC Region Medan, Martalina Pola mengatakan, di Sumut kesadaran masyarakat untuk berinvestasi sudah termasuk tinggi. Sebanyak 40 persen nasabah HSBC di Medan, sudah memasuki lahan investasi.
Sedangkan nilai total pada Desember 2011 jumlah nominal Rp160 triliun. “Investasi memberikan nilai plus untuk kita, bahkan memberikan jalan pembuka,” ungkapnya. (ram)

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Membaik

MEDAN-  Trend investasi di Indonesia sudah menunjukkan pertumbuhan middle class yang merupakan pendorong utama perekonomian.
Hal ini dikatakan Head of Wealth Management HSBC Bank Steven Suryana dalam acara Ekonomi Out Look 2012 yang diadakan di Aryaduta Hotel Medan, Rabu (8/2).

Menurutnya, tingginya minat berinvestasi di Indonesia tahun 2012 ini bukan tanpa alasan. Sebab, tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk Sumut berada pada performa yang baik.
Kesadaran masyarakat dalam berinvestasi juga ditunjukkan pengusaha muda di Sumut. “Secara nasional, dunia menganggap Indonesia sebagai mutiara ekonomi di Asia,” ujarnya.

Dikatakannya, potensi yang menjadikan Indonesia sebagai pertumbuhan ekonomi yang baik didukung dengan kenaikan pendapatan per kapita, peningkatan konsumsi masyarakat, dan Indonesia akan mengalami kenaikan dalam jumlah investasi, baik investasi langsung ke sektor riil (FDI) maupun sektor permodalan.

“Sedangkan faktor penunjang investasi antara lain disahkannya UU pembebasan tanah (land bill) dan perbaikan rasio utang negara terhadap total ekonomi yang diikuti oleh kenaikan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s,” tambahnya.
Karena itu, Steven menekankan kalau tahun ini sangat cocok untuk memulai investasi, baik dalam saham maupun berbentuk tabungan dan deposito.
Dijelaskannya, ada berbagai macam produk investasi yang tersedia, seperti tabungan dan deposito, saham, obligasi pemerintah, produk reksadana, dan lainnya. “Untuk reksadana kita lihat resiko yang akan didapat oleh masyarakat. Tapi masyarakat masih menganggap resiko yang didapat dari investasi masih tinggi,” bilang Steven.

Diakuinya, resiko dalam bermain saham tentu ada, tapi tidak tinggi seperti yang diprediksi nasabah. “Resiko dapat kita perkecil dengan seleksi produk. Misalnya, dalam memilih saham diverifikasi. Sedangkan resiko yang paling besar bila perusahaan bangkrut,” ungkap Steven.
Steven menjelaskan, masyarakat Indonesia yang sadar akan investasi baru sekitar 33 persen. Sedangkan kesadaran masyarakat di Cina sudah sekitar 96 persen. “Pengetahuan masyarakat akan investasi masih lemah, karena itu, dengan ekonomi outlook ini untuk memberikan pemahaman akan investasi,” papar Steven.

Sementara, Senior Vice President, Branch Manager HSBC Region Medan, Martalina Pola mengatakan, di Sumut kesadaran masyarakat untuk berinvestasi sudah termasuk tinggi. Sebanyak 40 persen nasabah HSBC di Medan, sudah memasuki lahan investasi.
Sedangkan nilai total pada Desember 2011 jumlah nominal Rp160 triliun. “Investasi memberikan nilai plus untuk kita, bahkan memberikan jalan pembuka,” ungkapnya. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/