25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Hati-hati Pilih Penganan Khas Ramadan di Pasar Tradisional

Foto: Sopian/Sumut Pos Sejumlah penganan berwarna cerah khas ramadan, dijual di Pasar Gambir Kota Tebingtinggi. Namun muncul dugaan mengandung bahan pewarna yang tidak aman dan bahan pengawet, Kamis (18/6).
Foto: Sopian/Sumut Pos
Sejumlah penganan berwarna cerah khas ramadan, dijual di Pasar Gambir Kota Tebingtinggi. Namun muncul dugaan mengandung bahan pewarna yang tidak aman dan bahan pengawet, Kamis (18/6).

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Penganan khas bulan ramadan mulai bermunculan di pasar tradisional Kota Tebingtinggi. Seperti lengkong, cendol, mata ikan, tape, kolang-kaling, dan sebagainya. Warnanya cerah mengundang selera. Tetapi pembeli diimbau hati-hati saat memilih, kalau-kalau penganan cerah itu mengandung zat pewarna pakaian dan bahan pengawet.

Amatan di Pasar Tradisional Gambir Kota Tebingtinggi, Kamis (18/6) berbagai penganan khas ramadan ramai dijual. Lengkong (cincau) terlihat hitam mengkilap, cendol berwarna hijau, mata ikan berwarna campuran hijau, merah dan putih, kolang-kaling berwarna putih cerah dan tak berbau.

”Untuk memilih penganan yang aman dikonsumsi, ada beberapa tips. Jika memakai pewarna alami, warna lengkong (cincau), cendol, mata ikan dan kolang-kaling akan terlihat kurang cerah. Sedangkan jika menggunakan pewarna tekstil, tampilan warnannya sangat cerah,” kata seorang ibu-ibu kepada Sumut Pos.

Untuk mengenali penggunaan bahan pengawet, apabila penganan tersebut diraba, teksturnya akan licin dan kenyal serta tidak ada bau. ”Sedangkan yang alami, jika diraba teksur makanan tidak kenyal alias lembek, dan jika lewat satu hari akan mudah basi,” katanya.

Seorang pedagang musiman berinisial MI (52) di Pasar Tradisional Gambir, mengatakan penganan khas ramadan yang dijualnya dipasok agen dari Kota Medan. Apakah penganan yang dijualnya mengandung pewarna buatan atau bahan pengawet? MI mengaku tidak mengetahuinya. “Saya hanya menjual saja. Bahan dipasok agen dari Medan. Setiap tahun begini,“ terangnya.

Rina (45), warga Jalan KF Tandean Kota Tebingtinggi mengaku takut membeli makanan berbuka puasa untuk anak-anak di rumah, meski sangat digemari oleh anak-anaknya. “Sementara ini saya belum membeli cincau, cendol, mata ikan, atau kolang-kaling. Saya lebih memilih jenis buah-buahan,“cetusnya.

Kadis Koperindag Tebingtinggi, Syahnan Hasibuan, melalui telepon selulernya mengatakan, dalam waktu dekat ini tim dari Dinas Kouperindag, Dinas Kesehatan dan pihak BPOM akan melakukan razia makanan, baik di pasar-pasar tradisional maupun pusat-pusat perbelajaan. (ian)

Foto: Sopian/Sumut Pos Sejumlah penganan berwarna cerah khas ramadan, dijual di Pasar Gambir Kota Tebingtinggi. Namun muncul dugaan mengandung bahan pewarna yang tidak aman dan bahan pengawet, Kamis (18/6).
Foto: Sopian/Sumut Pos
Sejumlah penganan berwarna cerah khas ramadan, dijual di Pasar Gambir Kota Tebingtinggi. Namun muncul dugaan mengandung bahan pewarna yang tidak aman dan bahan pengawet, Kamis (18/6).

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Penganan khas bulan ramadan mulai bermunculan di pasar tradisional Kota Tebingtinggi. Seperti lengkong, cendol, mata ikan, tape, kolang-kaling, dan sebagainya. Warnanya cerah mengundang selera. Tetapi pembeli diimbau hati-hati saat memilih, kalau-kalau penganan cerah itu mengandung zat pewarna pakaian dan bahan pengawet.

Amatan di Pasar Tradisional Gambir Kota Tebingtinggi, Kamis (18/6) berbagai penganan khas ramadan ramai dijual. Lengkong (cincau) terlihat hitam mengkilap, cendol berwarna hijau, mata ikan berwarna campuran hijau, merah dan putih, kolang-kaling berwarna putih cerah dan tak berbau.

”Untuk memilih penganan yang aman dikonsumsi, ada beberapa tips. Jika memakai pewarna alami, warna lengkong (cincau), cendol, mata ikan dan kolang-kaling akan terlihat kurang cerah. Sedangkan jika menggunakan pewarna tekstil, tampilan warnannya sangat cerah,” kata seorang ibu-ibu kepada Sumut Pos.

Untuk mengenali penggunaan bahan pengawet, apabila penganan tersebut diraba, teksturnya akan licin dan kenyal serta tidak ada bau. ”Sedangkan yang alami, jika diraba teksur makanan tidak kenyal alias lembek, dan jika lewat satu hari akan mudah basi,” katanya.

Seorang pedagang musiman berinisial MI (52) di Pasar Tradisional Gambir, mengatakan penganan khas ramadan yang dijualnya dipasok agen dari Kota Medan. Apakah penganan yang dijualnya mengandung pewarna buatan atau bahan pengawet? MI mengaku tidak mengetahuinya. “Saya hanya menjual saja. Bahan dipasok agen dari Medan. Setiap tahun begini,“ terangnya.

Rina (45), warga Jalan KF Tandean Kota Tebingtinggi mengaku takut membeli makanan berbuka puasa untuk anak-anak di rumah, meski sangat digemari oleh anak-anaknya. “Sementara ini saya belum membeli cincau, cendol, mata ikan, atau kolang-kaling. Saya lebih memilih jenis buah-buahan,“cetusnya.

Kadis Koperindag Tebingtinggi, Syahnan Hasibuan, melalui telepon selulernya mengatakan, dalam waktu dekat ini tim dari Dinas Kouperindag, Dinas Kesehatan dan pihak BPOM akan melakukan razia makanan, baik di pasar-pasar tradisional maupun pusat-pusat perbelajaan. (ian)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/