26 C
Medan
Tuesday, October 22, 2024
spot_img

Hitungan Tarif Jalan Tol Dinilai Parsial

Karenanya Aripay berharap pemerintah mempertimbangkan aspek sosial dan kemanfaatan jalan tol ini terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat secara menyeluruh, bukan untuk golongan tertentu yang punya modal serta kemampuan yang besar. Sebab menurutnya, Tol Belmera juga dibangun atas dasar kebutuhan orang banyak, bukan hanya fungsi komersil.

Pengamat transportasi di Sumut, Medis Sejahtera Surbakti meminta agar Jasa Marga mengkaji ulang tarif kedua ruas tol prestius pertama di luar Pulau Jawa tersebut. “Ya, saya pikir memang harus dikaji ulang. Karena memang masih dianggap terlalu mahal,” kata Medis Sejahtera Surbakti kepada Sumut Pos, Selasa (17/10).

“Ada tarik ulur di situ. Antara break event point atau peruntungan mana yang ingin dicari? Atau lalu lintas kita yang dimenangkan. Kalau itu (lalu lintas) mau dimenangkan, harusnya tarif itu turun,” katanya.

Sebagai pengguna jalan tol, Medis mengaku tarif tol harus murah. Akan tetapi aspek kedua yakni persoalan nilai waktu yang berbeda-beda pandangan. “Mungkin kejadian mereka ke arah itu. Sehingga di Sumut ini dihitung waktunya sudah cukup ketika melintasi jalan tol. Artinya pengurangan waktu sekian puluh menit, senilai harga tol yang kita bayarkan,” kata Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara itu.

Ia menambahkan, perlu juga dikaji nilai waktu pengguna jalan tol di Sumut baru-baru ini sudah sesuai dengan yang diterbitkan pihak jalan tol. “Jangan-jangan terlalu mahal sehingga lebih sedikit yang masuk ke jalan tol itu,” katanya.

Jika dibandingkan tarif tol di Sumut dengan daerah lain, ia menilai perbedaan itu ada pada volume pengguna jalan tol, sehingga tarif per kilometernya lebih murah. “Mereka mungkin memperkirakan volume kita lebih sedikit sehingga tarifnya tinggi. Kedua aspek inilah yang saya pikir dijadikan indikator pihak jalan tol dalam menentukan tarif. Kita berharap tarif ini bisa dikaji ulang berdasarkan aspek-aspek tersebut,” pungkasnya. (bal/prn/adz)

Karenanya Aripay berharap pemerintah mempertimbangkan aspek sosial dan kemanfaatan jalan tol ini terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat secara menyeluruh, bukan untuk golongan tertentu yang punya modal serta kemampuan yang besar. Sebab menurutnya, Tol Belmera juga dibangun atas dasar kebutuhan orang banyak, bukan hanya fungsi komersil.

Pengamat transportasi di Sumut, Medis Sejahtera Surbakti meminta agar Jasa Marga mengkaji ulang tarif kedua ruas tol prestius pertama di luar Pulau Jawa tersebut. “Ya, saya pikir memang harus dikaji ulang. Karena memang masih dianggap terlalu mahal,” kata Medis Sejahtera Surbakti kepada Sumut Pos, Selasa (17/10).

“Ada tarik ulur di situ. Antara break event point atau peruntungan mana yang ingin dicari? Atau lalu lintas kita yang dimenangkan. Kalau itu (lalu lintas) mau dimenangkan, harusnya tarif itu turun,” katanya.

Sebagai pengguna jalan tol, Medis mengaku tarif tol harus murah. Akan tetapi aspek kedua yakni persoalan nilai waktu yang berbeda-beda pandangan. “Mungkin kejadian mereka ke arah itu. Sehingga di Sumut ini dihitung waktunya sudah cukup ketika melintasi jalan tol. Artinya pengurangan waktu sekian puluh menit, senilai harga tol yang kita bayarkan,” kata Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara itu.

Ia menambahkan, perlu juga dikaji nilai waktu pengguna jalan tol di Sumut baru-baru ini sudah sesuai dengan yang diterbitkan pihak jalan tol. “Jangan-jangan terlalu mahal sehingga lebih sedikit yang masuk ke jalan tol itu,” katanya.

Jika dibandingkan tarif tol di Sumut dengan daerah lain, ia menilai perbedaan itu ada pada volume pengguna jalan tol, sehingga tarif per kilometernya lebih murah. “Mereka mungkin memperkirakan volume kita lebih sedikit sehingga tarifnya tinggi. Kedua aspek inilah yang saya pikir dijadikan indikator pihak jalan tol dalam menentukan tarif. Kita berharap tarif ini bisa dikaji ulang berdasarkan aspek-aspek tersebut,” pungkasnya. (bal/prn/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/