30.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

OJK Bursa Incar Perusahaan

Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Regulator pasar modal bahu membahu meningkatkan kedalaman pasar modal terutama dari sisi peningkatan jumlah perusahaan tercatat (emiten). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengincar 10 ribu perusahaan skala menengah (mid size) untuk mencari modal jangka panjang dari proses Initial Public Offering (IPO).

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad, berkomitmen untuk meningkatkan kedalaman pasar modal tidak hanya dari aspek investor tetapi juga dari perusahaan yang IPO. “Upaya pengembangan pasar modal terus kita lakukan melalui berbagai pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur untuk pengembangan pasar surat utang. Tentu saja ini bagian penting untuk mendukung pasar modal di Indonesia,” ujarnya di sela business meeting 2014, “Entering The Market” di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, kemarin.

Muliaman mengatakan jumlah emiten di BEI saat ini masih sangat minim jika dibandingkan jumlah perusahaan yang eksis dan turut membangun perekonomian di Indonesia. Pihaknya memerkirakan ada 10 ribu perusahaan level menengah yang bisa diprospek untuk melantai di bursa. “Bisa 100 perusahaan saja atau hanya 1 persennya, atau bahkan 5 persen setahun, sudah baik untuk menambah emiten dalam waktu dekat ini,” pikirnya.

Pihaknya mengaku sudah berupaya menjaring berbagai perusahaan dengan memfilter melalui pendekatan dengan beberapa asosiasi terutama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) serta nasabah bank kategori korporasi yang melakukan pinjaman dalam jumlah besar. “Potensinya sangat besar. Tinggal kita konsisten sosialisasi agar persepsi mereka yang masih mengira pasar modal itu susah dan sebagainya harus diubah secepatnya,” tekad Muliaman.

Meski begitu regulator juga tidak bisa mengabaikan aspek kualitas dari perusahaan yang ingin masuk bursa. Sehingga walaupun semangatnya meningkatkan dari sisi kuantitas, kriteria kualitas tetap menjadi pertimbangan utama. “Jadi kan ada dua yang kita pertimbangkan. Pertama isu perlindungan terhadap investor. Kedua mempermudah perusahaan masuk bursa. Keduanya ini harus seimbang dan objektifnya ingin kita capai,” paparnya.

Dengan bertambahnya emiten berkualitas diyakini akan mendorong kontribusi pasar modal terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini nilai kapitalisasi pasar modal terhadap Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia sekitar 62 persen. Jauh dibandingkan negara unggulan di regional seperti Singapura yang nilai kapitalisasi pasarnya sudah tiga kali lipat dari PDB, begitu juga Thailand dan Malaysia yang sudah sekitar dua kali lipat. “Kita masih sekitar setengahnya dari PDB. Artinya ruang untuk tumbuh masih besar. Jadi sangat menjanjikan,” tegasnya.

Direktur Utama BEI, Ito Warsito, mengatakan saat ini sudah terdapat 489 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar saham sekitar Rp 4.800 triliun. Nilai yang terakumulasi dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) itu pernah menyentuh angka tertinggi sekitar Rp 5.000 “triliun pada Mei 2013. “Maka menurut saya ini timing sangat bagus bagi calon emiten untuk IPO,” ujarnya.

Di tempat yang sama ketua Kadin, Suryo Bambang Sulisto, mengatakan pada dasarnya semua perusahaan di Indonesia otomatis menjadi anggota Kadin. Pihaknya merasa sebagai sumber paling besar untuk menambah perusahaan tercatat di BEI. “Tapi OJK dan BEI harus lebih sering jelaskan ke anggota kita apa manfaatnya IPO? Ada insentif khusus apa? Apakah keringanan fiskal atau moneter? Ini mungkin belum diketahui banyak pengusaha,” ungkapnya.

Sejauh ini Suryo menilai terdapat sedikitnya 50 perusahaan dari total 10 ribu itu yang ada di bawahnya memenuhi kriteria untuk melakukan IPO. Dia meminta regulator pasar modal lebih giat melakukan sosialisasi dan menciptakan pemahaman pentingnya bagi perusahaan mencatatkan saham di bursa. “Masih ada persepsi masuk pasar modal itu sulit. Harus untung berturut-turut, modal harus besar, dan sebagainya. Yang jelas itu kan untuk pendanaan jangka panjang. Dengan pendanaan ketat seperti sekarang, sulit cari modal di bank. Jadi seharusnya IPO ini menarik,” yakinnya.

Terlebih dominasi perusahaan di Indonesia adalah perusahaan keluarga sehingga masih ada ketakutan tersendiri dan banyak pertimbangan jika harus menjadi perusahaan publik. “Tapi bukan tidak bisa. Coba saja ke daerah-daerah itu banyak sekali perusahaan keluarga. Maka menurut saya, tambahan 50 perusahaan masuk bursa setahun itu sedikit sekali,” ucapnya.(gen)

Jumlah Emiten di Beberapa Bursa Asia:

India: 5.318 emiten

Jepang: 3.406

Australia: 1.942

Korea Selatan: 1.802

Tiongkok (Shenzen); 1.578

Malaysia: 898

Singapura: 771

Thailand: 585

Indonesia: 489

Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Regulator pasar modal bahu membahu meningkatkan kedalaman pasar modal terutama dari sisi peningkatan jumlah perusahaan tercatat (emiten). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengincar 10 ribu perusahaan skala menengah (mid size) untuk mencari modal jangka panjang dari proses Initial Public Offering (IPO).

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad, berkomitmen untuk meningkatkan kedalaman pasar modal tidak hanya dari aspek investor tetapi juga dari perusahaan yang IPO. “Upaya pengembangan pasar modal terus kita lakukan melalui berbagai pembangunan infrastruktur, termasuk infrastruktur untuk pengembangan pasar surat utang. Tentu saja ini bagian penting untuk mendukung pasar modal di Indonesia,” ujarnya di sela business meeting 2014, “Entering The Market” di Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, kemarin.

Muliaman mengatakan jumlah emiten di BEI saat ini masih sangat minim jika dibandingkan jumlah perusahaan yang eksis dan turut membangun perekonomian di Indonesia. Pihaknya memerkirakan ada 10 ribu perusahaan level menengah yang bisa diprospek untuk melantai di bursa. “Bisa 100 perusahaan saja atau hanya 1 persennya, atau bahkan 5 persen setahun, sudah baik untuk menambah emiten dalam waktu dekat ini,” pikirnya.

Pihaknya mengaku sudah berupaya menjaring berbagai perusahaan dengan memfilter melalui pendekatan dengan beberapa asosiasi terutama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) serta nasabah bank kategori korporasi yang melakukan pinjaman dalam jumlah besar. “Potensinya sangat besar. Tinggal kita konsisten sosialisasi agar persepsi mereka yang masih mengira pasar modal itu susah dan sebagainya harus diubah secepatnya,” tekad Muliaman.

Meski begitu regulator juga tidak bisa mengabaikan aspek kualitas dari perusahaan yang ingin masuk bursa. Sehingga walaupun semangatnya meningkatkan dari sisi kuantitas, kriteria kualitas tetap menjadi pertimbangan utama. “Jadi kan ada dua yang kita pertimbangkan. Pertama isu perlindungan terhadap investor. Kedua mempermudah perusahaan masuk bursa. Keduanya ini harus seimbang dan objektifnya ingin kita capai,” paparnya.

Dengan bertambahnya emiten berkualitas diyakini akan mendorong kontribusi pasar modal terhadap perekonomian Indonesia. Saat ini nilai kapitalisasi pasar modal terhadap Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia sekitar 62 persen. Jauh dibandingkan negara unggulan di regional seperti Singapura yang nilai kapitalisasi pasarnya sudah tiga kali lipat dari PDB, begitu juga Thailand dan Malaysia yang sudah sekitar dua kali lipat. “Kita masih sekitar setengahnya dari PDB. Artinya ruang untuk tumbuh masih besar. Jadi sangat menjanjikan,” tegasnya.

Direktur Utama BEI, Ito Warsito, mengatakan saat ini sudah terdapat 489 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar saham sekitar Rp 4.800 triliun. Nilai yang terakumulasi dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) itu pernah menyentuh angka tertinggi sekitar Rp 5.000 “triliun pada Mei 2013. “Maka menurut saya ini timing sangat bagus bagi calon emiten untuk IPO,” ujarnya.

Di tempat yang sama ketua Kadin, Suryo Bambang Sulisto, mengatakan pada dasarnya semua perusahaan di Indonesia otomatis menjadi anggota Kadin. Pihaknya merasa sebagai sumber paling besar untuk menambah perusahaan tercatat di BEI. “Tapi OJK dan BEI harus lebih sering jelaskan ke anggota kita apa manfaatnya IPO? Ada insentif khusus apa? Apakah keringanan fiskal atau moneter? Ini mungkin belum diketahui banyak pengusaha,” ungkapnya.

Sejauh ini Suryo menilai terdapat sedikitnya 50 perusahaan dari total 10 ribu itu yang ada di bawahnya memenuhi kriteria untuk melakukan IPO. Dia meminta regulator pasar modal lebih giat melakukan sosialisasi dan menciptakan pemahaman pentingnya bagi perusahaan mencatatkan saham di bursa. “Masih ada persepsi masuk pasar modal itu sulit. Harus untung berturut-turut, modal harus besar, dan sebagainya. Yang jelas itu kan untuk pendanaan jangka panjang. Dengan pendanaan ketat seperti sekarang, sulit cari modal di bank. Jadi seharusnya IPO ini menarik,” yakinnya.

Terlebih dominasi perusahaan di Indonesia adalah perusahaan keluarga sehingga masih ada ketakutan tersendiri dan banyak pertimbangan jika harus menjadi perusahaan publik. “Tapi bukan tidak bisa. Coba saja ke daerah-daerah itu banyak sekali perusahaan keluarga. Maka menurut saya, tambahan 50 perusahaan masuk bursa setahun itu sedikit sekali,” ucapnya.(gen)

Jumlah Emiten di Beberapa Bursa Asia:

India: 5.318 emiten

Jepang: 3.406

Australia: 1.942

Korea Selatan: 1.802

Tiongkok (Shenzen); 1.578

Malaysia: 898

Singapura: 771

Thailand: 585

Indonesia: 489

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/