Sebab, air kolam yang berada di luar ruang menjadi cepat panas ketika siang hari, dan berubah menjadi dingin dengan penurunan suhu hingga 11 derajat celsius pada malam hari membuat benih-benih ikan tidak berkembang baik di wilayah ini. “Perubahan suhu air untuk mengembangkan benih ikan itu tidak boleh lebih dari lima derajat celsius, suhu pun harus dijaga supaya stabil,” kata Gus.
Selain perubahan suhu ekstrim, persoalan lain yang dihadapi di wilayah technopark ini adalah angin yang sangat kencang yang datang sewaktu-waktu hingga mampu menerbangkan atap rumah. Kekuatan angin ini, mempengaruhi benih-benih ikan yang dikembangkan di kolam luar ruangan. “Oleh tim peneliti Limnologi LIPI menciptakan teknologi kubah yang terbuat dari polycarbonate dan rangka besi yang didesain sedemikian rupa untuk memastikan suhu air stabil dan angin tidak mengganggu benih di dalam kolam. Polycarbonate yang transparan dan dipasang membentuk kubah dengan kemiringan sekitar 45 derajat membuat cahaya matahari tetap masuk ke dalam kubah, namun tidak membuat suhu air menjadi terlalu tinggi.
Saat malam tiba, lanjut Gus, kubah tersebut juga mampu menahan suhu dalam ruangan tersebut tidak turun drastis dan tetap hangat sehingga suhu air tidak turun drastis. LIPI yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Samosir mengembangkan Technopark Samosir, menargetkan peningkatan produksi benih ikan mas dan ikan konsumsi lainnya seperti nila dan lele hingga lima juta per tahun dengan memanfaatkan 43 kolam ikan di lahan seluas tiga hektare (ha) milik di Kecamatan Harian Boho.
“Di sini pun kita sedang mengembangkan benih ikan. Melihat kondisi pembibitan tahap awal sudah ada ratusan ribu ekor bibit ikan kita hasilkan. Ke depan akan terus ditingkatkan,” pungkasnya. (ila)