32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Hadapi Risiko Kurs, Gaji Karyawan Lion Air di Bawah UMR

Ilustrasi. FOTO: THOMAS KUKUH/jpnn.
Ilustrasi. FOTO: THOMAS KUKUH/jpnn.

SUMUTPOS.CO – Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Sudjatmiko ikut angkat bicara terkait permasalahan pelik yang menimpa maskapai Lion Air. Dia juga menduga bahwa maskapai Singa Merah itu sedang mengalami kesulitan finansial.

Menurutnya, risiko kurs dalam melakukan pembelian ratusan pesawat Airbus dan Boeing memang harus dialami Lion Air. ”Jika dulu pesan di kisaran Rp 10 ribu per USD, ada kelebihan pembayaran sekitar 30 persen yang harus dikeluarkan saat pembayaran. Hal itu pasti berdampak pada keuangan mereka,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

Hampir seluruh pendapatan yang diraih Lion Group berdenominasi rupiah, sedangkan sebagian besar beban utang berupa USD. ”Sementara Lion belum terlihat berupaya menggali pendanaan eksternal. Misalnya, menerbitkan surat utang berdenominasi USD untuk mengimbangi,” ujar Ahmad.

Bagaimana dengan karyawan Lion Air? Seorang pramugari Lion Air yang tidak mau disebutkan namanya mengaku tidak tahu kondisi perusahaan secara keseluruhan. Hanya, dia mengakui bahwa selama ini karyawan Lion Air, terutama awak kabin, resah de­ngan sistem penggajian yang diberikan manajemen. “Gaji pokok kita di bawah UMR (upah minimum regional), hanya uang terbang yang besar,” tambahnya.

Perempuan 25 tahun itu mengaku dalam sehari bisa terbang lima kali dan sebulan bisa 100 jam terbang. Uang terbang yang didapat rata-rata Rp 10 juta-Rp 13 juta dalam sebulan. Sayang, manajemen Lion Air tidak pernah memberikan slip gaji dan uang terbang tersebut. “Aku sudah empat tahun di Lion Air, tidak pernah dapat slip gaji, jadi susah kalau mau cari utang,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengaku, sejumlah penerbangan Lion Air terlambat murni karena masalah teknis, bukan karena maskapainya sedang mengalami permasalahan internal, baik terkait sumber daya manusia (SDM) maupun keuangan. “Tidak ada itu. Semuanya baik-baik saja. Keuangan baik, karyawan sejahtera. Jadi, nggak usah dikait-kaitkan ke hal-hal lain,” jelasnya melalui pesan pendek. (gen/byu/bil/wir/c5/c10/kim)

Ilustrasi. FOTO: THOMAS KUKUH/jpnn.
Ilustrasi. FOTO: THOMAS KUKUH/jpnn.

SUMUTPOS.CO – Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Sudjatmiko ikut angkat bicara terkait permasalahan pelik yang menimpa maskapai Lion Air. Dia juga menduga bahwa maskapai Singa Merah itu sedang mengalami kesulitan finansial.

Menurutnya, risiko kurs dalam melakukan pembelian ratusan pesawat Airbus dan Boeing memang harus dialami Lion Air. ”Jika dulu pesan di kisaran Rp 10 ribu per USD, ada kelebihan pembayaran sekitar 30 persen yang harus dikeluarkan saat pembayaran. Hal itu pasti berdampak pada keuangan mereka,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

Hampir seluruh pendapatan yang diraih Lion Group berdenominasi rupiah, sedangkan sebagian besar beban utang berupa USD. ”Sementara Lion belum terlihat berupaya menggali pendanaan eksternal. Misalnya, menerbitkan surat utang berdenominasi USD untuk mengimbangi,” ujar Ahmad.

Bagaimana dengan karyawan Lion Air? Seorang pramugari Lion Air yang tidak mau disebutkan namanya mengaku tidak tahu kondisi perusahaan secara keseluruhan. Hanya, dia mengakui bahwa selama ini karyawan Lion Air, terutama awak kabin, resah de­ngan sistem penggajian yang diberikan manajemen. “Gaji pokok kita di bawah UMR (upah minimum regional), hanya uang terbang yang besar,” tambahnya.

Perempuan 25 tahun itu mengaku dalam sehari bisa terbang lima kali dan sebulan bisa 100 jam terbang. Uang terbang yang didapat rata-rata Rp 10 juta-Rp 13 juta dalam sebulan. Sayang, manajemen Lion Air tidak pernah memberikan slip gaji dan uang terbang tersebut. “Aku sudah empat tahun di Lion Air, tidak pernah dapat slip gaji, jadi susah kalau mau cari utang,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengaku, sejumlah penerbangan Lion Air terlambat murni karena masalah teknis, bukan karena maskapainya sedang mengalami permasalahan internal, baik terkait sumber daya manusia (SDM) maupun keuangan. “Tidak ada itu. Semuanya baik-baik saja. Keuangan baik, karyawan sejahtera. Jadi, nggak usah dikait-kaitkan ke hal-hal lain,” jelasnya melalui pesan pendek. (gen/byu/bil/wir/c5/c10/kim)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/