25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

11 Investor Tertarik Kembangkan Bandara Internasional Hang Nadim Batam

Bandara Internasional Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau butuh pengembangan fasilitas. Saat ini, sudah ada 11 investor yang menyatakan bersedia ambil bagian.

BATAM, SUMUTPOS.CO – Tumbuh pesatnya wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) di Batam, Kepulauan Riau memaksa Bandara Internasional Hang Nadim harus dikembangkan fasilitasnya. Saat ini, tercatat sudah ada 11 investor yang menyatakan bersedia ambil bagian dalam tender pengembangan dan pengelolaan bandara terbesar di Batam itu yang akan dilelang akhir 2017 ini.

“Kesebelas investor tersebut antara lain Incheon dari Korea Selatan, GMR Group dari India, GVK Mumbai dari India, Mitsui dari Jepang, Vinci dari Prancis, Angkasa Pura II dari Indonesia, Regnum Resource dari Singapura, Zurich Airport dari Swiss, dan Munich Airport dari Jerman. Dua lagi perusahaan konsorsium asal Cina dan satu dari grup perusahaan lokal Indonesia,” ujar Pelaksana Harian Direktur Hang Nadim, Dendi Gustinandar, Selasa (18/7).

Dendi menjelaskan, sebagian besar dari investor-investor tersebut merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan. Namun ada juga yang bergerak di bidang manufaktur seperti Matsui atau GVK yang bergerak di bidang komunikasi.

“Kesebelas investor ini telah mendapatkan penjelasan langsung dari BP Batam mengenai keuntungan yang diperoleh ketika mengembangkan bandar udara Hang Nadim Batam. Status tanah seluas 1.762 hektar jelas. Kami sudah mempersiapkannya agar bisa dikembangkan sesuai keinginan BP Batam,” kata Dendi.

Sementara, lanjut Dendi, untuk investor yang telah mengembangkan ekspansinya di Batam saat ini, yakni Garuda Maintenance Facility (GMF) sudah menyetujui untuk menggunakan lahan seluas 23 hektar di samping lahan milik Lion Air seluas 29 hektare.

“Dengan demikian maka Hang Nadim akan menjadi cluster industri. Saat ini GMF tengah mempersiapkan tim pengukur yang akan datang ke Batam untuk melakukan tugasnya,” ujar  Dendi.

Bandara Internasional Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau. Angka penumpang yang melalui Hang Nadim sudah mencapai lebih dari 6 juta setahun.

Dendi menambahkan, angka penumpang yang melalui Hang Nadim sudah mencapai lebih dari 6 juta setahun. “Tumbuh 10 persen tiap tahunnya. Dengan data tersebut perlu ditingkatkan kapasitas bandara untuk menampung jumlah wisatawan yang datang ke Batam,” ujar Dendi.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik perkembangan dan perluasan Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Mantan Dirut PT Telkom itu menuturkan, sekitar 75 persen kedatangan wisman ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara sehingga tersedianya seats pesawat yang cukup menjadi kunci untuk mencapai target 2017 hingga 2019 mendatang.

“Kini kapasitas seats hanya tersedia sebanyak 19,5 juta oleh perusahaan maskapai penerbangan Indonesia dan asing, yakni hanya cukup untuk menenuhi target kunjungan 12 juta wisman pada 2016. Sedangkan untuk target 15 juta wisman tahun 2017 masih membutuhkan tambahan 4 juta seat,” ujar Menpar Arief yahya.

Demi mencapai target pariwisata 2018 sebanyak 18 juta wisman, membutuhkan tambahan 3,5 juta seat atau menjadi 7,5 juta seat. Sedangkan untuk mendukung target 20 juta wisman pada 2019 perlu tambahan 3 juta seat atau totalnya menjadi 10,5 juta seat.

“Dalam memenuhi kebutuhan seats, kita lakukan peningkatan kapasitas airport dengan strategi tanpa pembangunan fisik bandara, pengembangan bandara secara terbatas, dan pembangunan bandara baru,” kata Menpar Arief Yahya. (rel)

Bandara Internasional Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau butuh pengembangan fasilitas. Saat ini, sudah ada 11 investor yang menyatakan bersedia ambil bagian.

BATAM, SUMUTPOS.CO – Tumbuh pesatnya wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) di Batam, Kepulauan Riau memaksa Bandara Internasional Hang Nadim harus dikembangkan fasilitasnya. Saat ini, tercatat sudah ada 11 investor yang menyatakan bersedia ambil bagian dalam tender pengembangan dan pengelolaan bandara terbesar di Batam itu yang akan dilelang akhir 2017 ini.

“Kesebelas investor tersebut antara lain Incheon dari Korea Selatan, GMR Group dari India, GVK Mumbai dari India, Mitsui dari Jepang, Vinci dari Prancis, Angkasa Pura II dari Indonesia, Regnum Resource dari Singapura, Zurich Airport dari Swiss, dan Munich Airport dari Jerman. Dua lagi perusahaan konsorsium asal Cina dan satu dari grup perusahaan lokal Indonesia,” ujar Pelaksana Harian Direktur Hang Nadim, Dendi Gustinandar, Selasa (18/7).

Dendi menjelaskan, sebagian besar dari investor-investor tersebut merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan. Namun ada juga yang bergerak di bidang manufaktur seperti Matsui atau GVK yang bergerak di bidang komunikasi.

“Kesebelas investor ini telah mendapatkan penjelasan langsung dari BP Batam mengenai keuntungan yang diperoleh ketika mengembangkan bandar udara Hang Nadim Batam. Status tanah seluas 1.762 hektar jelas. Kami sudah mempersiapkannya agar bisa dikembangkan sesuai keinginan BP Batam,” kata Dendi.

Sementara, lanjut Dendi, untuk investor yang telah mengembangkan ekspansinya di Batam saat ini, yakni Garuda Maintenance Facility (GMF) sudah menyetujui untuk menggunakan lahan seluas 23 hektar di samping lahan milik Lion Air seluas 29 hektare.

“Dengan demikian maka Hang Nadim akan menjadi cluster industri. Saat ini GMF tengah mempersiapkan tim pengukur yang akan datang ke Batam untuk melakukan tugasnya,” ujar  Dendi.

Bandara Internasional Hang Nadim di Batam, Kepulauan Riau. Angka penumpang yang melalui Hang Nadim sudah mencapai lebih dari 6 juta setahun.

Dendi menambahkan, angka penumpang yang melalui Hang Nadim sudah mencapai lebih dari 6 juta setahun. “Tumbuh 10 persen tiap tahunnya. Dengan data tersebut perlu ditingkatkan kapasitas bandara untuk menampung jumlah wisatawan yang datang ke Batam,” ujar Dendi.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik perkembangan dan perluasan Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Mantan Dirut PT Telkom itu menuturkan, sekitar 75 persen kedatangan wisman ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara sehingga tersedianya seats pesawat yang cukup menjadi kunci untuk mencapai target 2017 hingga 2019 mendatang.

“Kini kapasitas seats hanya tersedia sebanyak 19,5 juta oleh perusahaan maskapai penerbangan Indonesia dan asing, yakni hanya cukup untuk menenuhi target kunjungan 12 juta wisman pada 2016. Sedangkan untuk target 15 juta wisman tahun 2017 masih membutuhkan tambahan 4 juta seat,” ujar Menpar Arief yahya.

Demi mencapai target pariwisata 2018 sebanyak 18 juta wisman, membutuhkan tambahan 3,5 juta seat atau menjadi 7,5 juta seat. Sedangkan untuk mendukung target 20 juta wisman pada 2019 perlu tambahan 3 juta seat atau totalnya menjadi 10,5 juta seat.

“Dalam memenuhi kebutuhan seats, kita lakukan peningkatan kapasitas airport dengan strategi tanpa pembangunan fisik bandara, pengembangan bandara secara terbatas, dan pembangunan bandara baru,” kata Menpar Arief Yahya. (rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/