JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) di level 4,25 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap 3,5 persen dan lending facility masih 5 persen. Kebijakan tersebut sekaligus menghentikan pelonggaran moneter yang dilakukan selama dua bulan beruntun.
Bank sentral memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal III 2017 tumbuh lebih baik daripada triwulan sebelumnya. Konsumsi pada kuartal III akan tumbuh. Penopangnya adalah penyaluran gaji ke-13 untuk pegawai negeri sipil (PNS) dan distribusi bantuan sosial.
Juga ada realisasi belanja barang pemerintah yang tinggi. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2017 akan berada pada 5–5,4 persen dengan titik tengah 5,1–5,2 persen. Pertumbuhan ekonomi juga diyakini akan meningkat menjadi 5,1–5,5 persen pada tahun depan.
“Konsumi akan lebih baik pada kuartal IV karena belanja pemerintah akan banyak tersalurkan pada kuartal III dan IV. Itu juga akan berdampak pada konsumsi masyarakat,’’ kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo saat konferensi pers kemarin (19/10).
Secara sektoral, ucap dia, pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan. Menurut dia, daya beli masyarakat saat ini memang tumbuh, tetapi belum maksimal seperti pada periode-periode yang sama dalam beberapa tahun terakhir. Namun, dia yakin hal tersebut akan membaik seiring meningkatnya upah buruh tani dan penjualan eceran yang meningkat.
Selain itu, foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung pada kuartal III cukup tinggi. Hal tersebut mendukung investasi bangunan dari sektor pemerintah yang juga terus tumbuh menjelang akhir tahun.
BI juga mencatat besarnya FDI terkait dengan e-commerce. ”Jadi, kami melihat banyaknya investasi asing untuk masuk ke industri e-commerce Indonesia turut mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga tingkat konsumsi nanti juga terpengaruh,’’ tutur Dody.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menuturkan, investasi untuk infrastruktur dan konstruksi terus bertambah. Namun, hal itu masih belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan maksimal.
’’Sebab, investasi yang baik itu bukan hanya investasi bangunan, tapi semestinya juga diikuti dengan investasi non bangunan. Kami memandang aliran investasi untuk keduanya sama-sama bagus,’’ jelasnya.
Analis FXTM Lukman Otunuga mengungkapkan, BI memang mempunyai pandangan bahwa pemangkasan suku bunga acuan dua kali dalam dua bulan terakhir dirasa sudah cukup. Dengan demikian, BI mungkin mengambil posisi pasif dengan membatasi ruang pelonggaran moneter.
’’Ekonomi Indonesia memasuki Oktober dengan positif, terutama karena Indonesia kembali mencatat surplus perdagangan untuk dua bulan berturut-turut pada September,’’ ungkapnya.
Menurut dia, sentimen terhadap ekonomi Indonesia berpotensi semakin membaik asalkan BI menunjukkan optimisme terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan. (jpg/ram)