25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Dua Perempuan Indonesia Ikuti Program Google for Startups

 “Di Indonesia, ada jutaan perempuan yang perlu pekerjaan dan ingin berkontribusi secara finansial bagi keluarga mereka. Kalau saja saya bisa menyediakan solusi yang mudah dan terjangkau bagi mereka, saya bisa mengubah masa depan mereka.”

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Membantu bisnis kecil, terutama milik sesama pengusaha wanita, adalah motivasi bagi Sonja Johar, salah satu pendiri Halosis. Situs Halosis menyediakan layanan chatbot untuk membantu penjual di media sosial menjual produk mereka dengan lebih efisien.

Sonja adalah salah satu dari banyak pendiri usaha perempuan di Asia-Pasifik yang mengejar ide-ide besar. Di mana-mana, para pendiri usaha merasakan keadaan yang sulit karena dampak dari Covid-19. Namun keadaannya bahkan lebih sulit bagi perempuan–yang umumnya lebih berperan dalam mengurus keluarga.

Sebagai seorang perempuan yang juga bekerja (dan sedang mengandung!), Sonja lebih termotivasi lagi untuk membantu para pengusaha perempuan karena ia tahu betapa sulitnya menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.

“Hal seperti itu sering kami temui saat memberikan dukungan bagi pendiri usaha perempuan, seperti dalam program Campus for Moms kami. Dampak positifnya bagi ekonomi lokal menjadi berlipat ganda–sesuatu yang bahkan lebih penting mengingat tantangan di masa ini. Di tahun 2019, ada lebih dari 20 unicorn yang didirikan oleh perempuan. Meskipun demikian, perempuan masih sangat kurang terwakili di dalam ekosistem startup. Misalnya, di Korea, jumlah pendiri startup perempuan hanya 9%,” kata Image Dynamics mewakili Google Indonesia, dalam rilisnya.

Itulah sebabnya, Google meluncurkan Immersion: Women Founders — sebuah program bimbingan pengembangan keterampilan selama delapan minggu, bagi startup-startup berpotensi tinggi yang diseleksi dari komunitas startup Asia-Pasifik. Startup yang terpilih akan bermitra dengan mentor Google yang berpengalaman, untuk membantu mereka mengatasi tantangan dalam mengembangkan bisnis; baik memperluas basis pelanggan, menumbuhkan pendapatan, atau membuat persiapan untuk penggalangan dana.

Selain Sonja, dari Indonesia juga ada Afia Fitriati, pendiri Gadjian, bisnis yang bertujuan untuk mengubah manajemen sumber daya manusia untuk UKM Indonesia dengan menyediakan platform untuk mengotomatisasi pekerjaan HR dan admin yang manual dan berulang-ulang.

Dari negara-negara lain, dalam kelompok ini juga ada: Hanna Kim, Grip (Korea): Sebuah platform e-commerce live-streaming di Korea yang mengubah cara orang menjual dan membeli produk. Kemudian Jungeun Lee, Mabo (Korea): Sebuah pionir aplikasi meditasi mindfulness di Korea yang menciptakan ruang aplikasi seluler aman di mana penggunanya tak hanya dapat melakukan meditasi mindfulness sendiri, melainkan juga bisa bergabung dalam komunitas

Khushboo Aggarwal, Zyla (India): Sebuah platform pengelolaan perawatan penyakit kronis digital yang memberikan perawatan real-time dan dipersonalisasi demi menyelamatkan nyawa pasien penyakit kronis.

Kyoko Otawa, Latona (Japan): Menawarkan edge computing untuk kebutuhan manufaktur dan ritel tanpa pramuniaga (unmanned retail) untuk otomatisasi dan penghematan biaya.

Machi Takahashi, Stroly (Japan): Stroly adalah sebuah platform online untuk peta berilustrasi sehingga orang bisa menikmati suasana di berbagai tempat melalui ilustrasi lokal.

“Google for Startups bangga bisa mendukung para pendiri usaha perempuan lewat kemitraan dengan orang-orang, produk, dan program terbaik di Google. Kami mengambil pelajaran dari jaringan Google for Startups global kami yang mendukung para pendiri usaha perempuan di Kanada dan AS, serta di Eropa untuk menyusun program pertama kami di Asia yang disesuaikan bagi para pendiri usaha perempuan inovatif di Asia,” kata Google. (rel)

 “Di Indonesia, ada jutaan perempuan yang perlu pekerjaan dan ingin berkontribusi secara finansial bagi keluarga mereka. Kalau saja saya bisa menyediakan solusi yang mudah dan terjangkau bagi mereka, saya bisa mengubah masa depan mereka.”

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Membantu bisnis kecil, terutama milik sesama pengusaha wanita, adalah motivasi bagi Sonja Johar, salah satu pendiri Halosis. Situs Halosis menyediakan layanan chatbot untuk membantu penjual di media sosial menjual produk mereka dengan lebih efisien.

Sonja adalah salah satu dari banyak pendiri usaha perempuan di Asia-Pasifik yang mengejar ide-ide besar. Di mana-mana, para pendiri usaha merasakan keadaan yang sulit karena dampak dari Covid-19. Namun keadaannya bahkan lebih sulit bagi perempuan–yang umumnya lebih berperan dalam mengurus keluarga.

Sebagai seorang perempuan yang juga bekerja (dan sedang mengandung!), Sonja lebih termotivasi lagi untuk membantu para pengusaha perempuan karena ia tahu betapa sulitnya menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga.

“Hal seperti itu sering kami temui saat memberikan dukungan bagi pendiri usaha perempuan, seperti dalam program Campus for Moms kami. Dampak positifnya bagi ekonomi lokal menjadi berlipat ganda–sesuatu yang bahkan lebih penting mengingat tantangan di masa ini. Di tahun 2019, ada lebih dari 20 unicorn yang didirikan oleh perempuan. Meskipun demikian, perempuan masih sangat kurang terwakili di dalam ekosistem startup. Misalnya, di Korea, jumlah pendiri startup perempuan hanya 9%,” kata Image Dynamics mewakili Google Indonesia, dalam rilisnya.

Itulah sebabnya, Google meluncurkan Immersion: Women Founders — sebuah program bimbingan pengembangan keterampilan selama delapan minggu, bagi startup-startup berpotensi tinggi yang diseleksi dari komunitas startup Asia-Pasifik. Startup yang terpilih akan bermitra dengan mentor Google yang berpengalaman, untuk membantu mereka mengatasi tantangan dalam mengembangkan bisnis; baik memperluas basis pelanggan, menumbuhkan pendapatan, atau membuat persiapan untuk penggalangan dana.

Selain Sonja, dari Indonesia juga ada Afia Fitriati, pendiri Gadjian, bisnis yang bertujuan untuk mengubah manajemen sumber daya manusia untuk UKM Indonesia dengan menyediakan platform untuk mengotomatisasi pekerjaan HR dan admin yang manual dan berulang-ulang.

Dari negara-negara lain, dalam kelompok ini juga ada: Hanna Kim, Grip (Korea): Sebuah platform e-commerce live-streaming di Korea yang mengubah cara orang menjual dan membeli produk. Kemudian Jungeun Lee, Mabo (Korea): Sebuah pionir aplikasi meditasi mindfulness di Korea yang menciptakan ruang aplikasi seluler aman di mana penggunanya tak hanya dapat melakukan meditasi mindfulness sendiri, melainkan juga bisa bergabung dalam komunitas

Khushboo Aggarwal, Zyla (India): Sebuah platform pengelolaan perawatan penyakit kronis digital yang memberikan perawatan real-time dan dipersonalisasi demi menyelamatkan nyawa pasien penyakit kronis.

Kyoko Otawa, Latona (Japan): Menawarkan edge computing untuk kebutuhan manufaktur dan ritel tanpa pramuniaga (unmanned retail) untuk otomatisasi dan penghematan biaya.

Machi Takahashi, Stroly (Japan): Stroly adalah sebuah platform online untuk peta berilustrasi sehingga orang bisa menikmati suasana di berbagai tempat melalui ilustrasi lokal.

“Google for Startups bangga bisa mendukung para pendiri usaha perempuan lewat kemitraan dengan orang-orang, produk, dan program terbaik di Google. Kami mengambil pelajaran dari jaringan Google for Startups global kami yang mendukung para pendiri usaha perempuan di Kanada dan AS, serta di Eropa untuk menyusun program pertama kami di Asia yang disesuaikan bagi para pendiri usaha perempuan inovatif di Asia,” kata Google. (rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/