31.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Tak Ada Perubahan Bila Tol Medan-Tebing Dijual ke Asing, Saham Mayoritas Tetap Milik Jasa Marga

PINTU TOL: Suasana pintu tol Tebingtinggi difoto dari ketinggian. Tol Medan-Tebingtinggi menjadi salah satu tol yang diminati investor asing.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Jasa Marga Kualanamu Tebingtinggi (JMKT) mengaku belum mengatahui investor asing dari mana yang mau membeli ruas tol Medan-Kualanamu-Tebingtinggi (MKTT). Begitupun mengenai kabar PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang telah mendivestasikan 9 ruas tol yang dimiliki sejak 2017, di mana salah satunya ruas MKTT, bukanlah menjadi persoalan.

“Tak ada masalah, karena hanya sebagian saham saja yang dijual. Saham mayoritas kan tetap milik BUMN kita,” kata Direktur Teknik dan Operasi PT JMKT, Hadi Susanto menjawab Sumut Pos, Rabu (21/8).

Ia mengilustrasikan proses pembelian saham itu hanya tinggal memindahkan dari PT JMKT ke calon investor. Namun saham mayoritasnya, tetap milik PT JMKT sebagai bagian dari BUMN Indonesia. “Jadi hanya perubahan saham saja ke anak perusahaan lainnya. Misalkan dari PT JMKT ke PT PP atau sebaliknya, ditambah siapa pembelinya. Tapi kami belum tahu siapa calon pembelinya, belum dapat kabar soal itu,” katanya.

Hadi mengatakan, setiap tahun proyek infrastruktur seperti jalan tol memang dijual ke para investor. Sebab, pihaknya merupakan perusahaan yang murni bergerak di bidang konstruksi. “Biasanya kalau sudah beroperasi, sesuai dengan FS (fisibility study)-nya untuk diinventasi ke pihak lain lagi. PT PP juga sama, dijual untuk buka investasi lain tergantung kebutuhan proyek pemerintah. Jadi laku setelah FS dijual lagi sehingga modalnya balik,” terangnya.

Kata dia, sama sekali tidak ada perubahan saham walaupun nanti ada investor yang membeli ruas tol MKTT. “Yang lain sahamnya hanya minoritas. Hanya kepemilikan saja yang berubah. Tapi tetap Jasa Marga pemilik saham mayoritasnya. Biasanya 55 persen dibanding 45 persen,” katanya.

Ketua Komisi D DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan mendukung rencana pembelian ruas tol MKTT oleh investor asing. Menurutnya, investasi jalan tol memang sangat besar dan keterlibatan investor tentu dibutuhkan. “Kita dukung agar infrastruktur kita segera terintegrasi. Investasi jalan tol memang sangat besar, sehingga melibatkan investor sangat dibutuhkan,” katanya.

Kata dia, upaya tersebut adalah hal biasa. Terlebih BUMN Indonesia menurutnya sudah banyak membeli saham di negara lain. “Investor sama saja dengan BUMN, urusannya soal pembiayaan infrastrukturnya. Investasi terbesar itu di infrastruktur, sedang tanah tetap milik negara kita,” katanya.

Diketahui, sebanyak 9 ruas tol yang didivestasikan tersebut bakal dijual namun baru 5 ruas yang diminati investor. Tak cuma investor lokal, investor asing pun berebut lima tol yang akan dijual Waskita Karya tersebut.

Haris Gunawan, Direktur Keuangan Waskita Karya menyebut, pihaknya memang sudah mengantongi izin dari Kementerian BUMN untuk mendivestasi 9 ruas tol tersebut, diantaranya Tol MKTT, Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Pasuruan-Probolinggo, ruas tol Semarang-Batang, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono hingga ruas tol Becakayu. Meski begitu, Haris belum bisa memberikan detail terkait valuasi penjualan 5 tol tersebut, sebab saat ini masih dilakukan proses due diligence.

“Kami belum bisa sampaikan berapa nilai valuasi dari 5 tol kami. Tapi yang jelas, 2 investor ini serius. Satu sudah advance, dan ini jadi target kita tahun ini,” kata Haris ditemui usai melakukan public expose di Gedung Bursa Efek, Jakarta Selatan, Selasa (20/8).

Meski enggan menyebutkan kelima ruas yang dimaksud, namun Haris memastikan untuk ruas Becakayu tidak akan dilego pada tahun ini. “Target untuk kelima ruas ini dieksekuis semester dua. Kenapa semester dua? Karena kita harapkan mereka ajukan final binding offer,” ujarnya.

Haris mengatakan, dana hasil penjualan itu bakal digunakan untuk melakukan investasi di ruas tol baru. Selain itu, penjualan ruas-ruas tol tersebut, bakal membuat beban utang perusahaan menjadi berkurang. Hal ini juga telah dihitung sesuai dengan divestasi yang dilakukan perseroan.

Hingga semester I-2019, total nilai liabilitas atau utang Waskita Karya mencapai Rp 103,72 triliun. Terdiri dari utang jangka pendek Rp 56,61 triliun dan utang jangka panjang Rp 47,1 triliun.

Terkait utang yang menggunung tersebut, Waskita Karya menjelaskan, pihaknya bakal menerima pembayaran dari sejumlah proyek turnkey yang dikerjakannya dan sejumah pembayaran lainnya. Total nilai penerimaan ini diperkirakan akan mencapai Rp33,2 triliun.

Ia mengatakan, total utang perusahaan sejak 2015-2018 memang menggunung lantaran perusahaan banyak menggarap proyek-proyek yang bersifat turnkey yang pembayarannya diterima setelah proyek selesai. Tiingginya tingkat utang disebabkan karena kebutuhan dana untuk menalangi pengerjaan proyek terlebih dahulu. Sehingga tingkat utang ini akan segera turun setelah perusahaan menerima pembayaran dari owner proyek. (prn)

PINTU TOL: Suasana pintu tol Tebingtinggi difoto dari ketinggian. Tol Medan-Tebingtinggi menjadi salah satu tol yang diminati investor asing.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Jasa Marga Kualanamu Tebingtinggi (JMKT) mengaku belum mengatahui investor asing dari mana yang mau membeli ruas tol Medan-Kualanamu-Tebingtinggi (MKTT). Begitupun mengenai kabar PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang telah mendivestasikan 9 ruas tol yang dimiliki sejak 2017, di mana salah satunya ruas MKTT, bukanlah menjadi persoalan.

“Tak ada masalah, karena hanya sebagian saham saja yang dijual. Saham mayoritas kan tetap milik BUMN kita,” kata Direktur Teknik dan Operasi PT JMKT, Hadi Susanto menjawab Sumut Pos, Rabu (21/8).

Ia mengilustrasikan proses pembelian saham itu hanya tinggal memindahkan dari PT JMKT ke calon investor. Namun saham mayoritasnya, tetap milik PT JMKT sebagai bagian dari BUMN Indonesia. “Jadi hanya perubahan saham saja ke anak perusahaan lainnya. Misalkan dari PT JMKT ke PT PP atau sebaliknya, ditambah siapa pembelinya. Tapi kami belum tahu siapa calon pembelinya, belum dapat kabar soal itu,” katanya.

Hadi mengatakan, setiap tahun proyek infrastruktur seperti jalan tol memang dijual ke para investor. Sebab, pihaknya merupakan perusahaan yang murni bergerak di bidang konstruksi. “Biasanya kalau sudah beroperasi, sesuai dengan FS (fisibility study)-nya untuk diinventasi ke pihak lain lagi. PT PP juga sama, dijual untuk buka investasi lain tergantung kebutuhan proyek pemerintah. Jadi laku setelah FS dijual lagi sehingga modalnya balik,” terangnya.

Kata dia, sama sekali tidak ada perubahan saham walaupun nanti ada investor yang membeli ruas tol MKTT. “Yang lain sahamnya hanya minoritas. Hanya kepemilikan saja yang berubah. Tapi tetap Jasa Marga pemilik saham mayoritasnya. Biasanya 55 persen dibanding 45 persen,” katanya.

Ketua Komisi D DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan mendukung rencana pembelian ruas tol MKTT oleh investor asing. Menurutnya, investasi jalan tol memang sangat besar dan keterlibatan investor tentu dibutuhkan. “Kita dukung agar infrastruktur kita segera terintegrasi. Investasi jalan tol memang sangat besar, sehingga melibatkan investor sangat dibutuhkan,” katanya.

Kata dia, upaya tersebut adalah hal biasa. Terlebih BUMN Indonesia menurutnya sudah banyak membeli saham di negara lain. “Investor sama saja dengan BUMN, urusannya soal pembiayaan infrastrukturnya. Investasi terbesar itu di infrastruktur, sedang tanah tetap milik negara kita,” katanya.

Diketahui, sebanyak 9 ruas tol yang didivestasikan tersebut bakal dijual namun baru 5 ruas yang diminati investor. Tak cuma investor lokal, investor asing pun berebut lima tol yang akan dijual Waskita Karya tersebut.

Haris Gunawan, Direktur Keuangan Waskita Karya menyebut, pihaknya memang sudah mengantongi izin dari Kementerian BUMN untuk mendivestasi 9 ruas tol tersebut, diantaranya Tol MKTT, Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Pasuruan-Probolinggo, ruas tol Semarang-Batang, Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono hingga ruas tol Becakayu. Meski begitu, Haris belum bisa memberikan detail terkait valuasi penjualan 5 tol tersebut, sebab saat ini masih dilakukan proses due diligence.

“Kami belum bisa sampaikan berapa nilai valuasi dari 5 tol kami. Tapi yang jelas, 2 investor ini serius. Satu sudah advance, dan ini jadi target kita tahun ini,” kata Haris ditemui usai melakukan public expose di Gedung Bursa Efek, Jakarta Selatan, Selasa (20/8).

Meski enggan menyebutkan kelima ruas yang dimaksud, namun Haris memastikan untuk ruas Becakayu tidak akan dilego pada tahun ini. “Target untuk kelima ruas ini dieksekuis semester dua. Kenapa semester dua? Karena kita harapkan mereka ajukan final binding offer,” ujarnya.

Haris mengatakan, dana hasil penjualan itu bakal digunakan untuk melakukan investasi di ruas tol baru. Selain itu, penjualan ruas-ruas tol tersebut, bakal membuat beban utang perusahaan menjadi berkurang. Hal ini juga telah dihitung sesuai dengan divestasi yang dilakukan perseroan.

Hingga semester I-2019, total nilai liabilitas atau utang Waskita Karya mencapai Rp 103,72 triliun. Terdiri dari utang jangka pendek Rp 56,61 triliun dan utang jangka panjang Rp 47,1 triliun.

Terkait utang yang menggunung tersebut, Waskita Karya menjelaskan, pihaknya bakal menerima pembayaran dari sejumlah proyek turnkey yang dikerjakannya dan sejumah pembayaran lainnya. Total nilai penerimaan ini diperkirakan akan mencapai Rp33,2 triliun.

Ia mengatakan, total utang perusahaan sejak 2015-2018 memang menggunung lantaran perusahaan banyak menggarap proyek-proyek yang bersifat turnkey yang pembayarannya diterima setelah proyek selesai. Tiingginya tingkat utang disebabkan karena kebutuhan dana untuk menalangi pengerjaan proyek terlebih dahulu. Sehingga tingkat utang ini akan segera turun setelah perusahaan menerima pembayaran dari owner proyek. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/