MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengusaha Sumatera Utara mulai melakukan aksi melihat dan menunggu untuk berinvestasi menjelang adanya pemilihan gubernur di 2018. “Laporan dari sejumlah pengusaha mereka mulai melakukan aksi ‘wait and see’ untuk berinvestasi di Sumut karena akan ada Pilgub dan termasuk pilkada serentak di sejumlah kabupaten/ kota Sumut,” ujar anggota DPR RI Effendi MS Simbolon dalam keterangan yang diterima di Medan, Kamis.
Pengusaha beralasan aksi menahan investaai itu khususnya untuk tahun 2018 karena khawatir dengan dampak negatif pilkada di daerah. Dampak negatif itu seperti ada kerusuhan hingga kebijakan politik yang dilakukan Pemprov Sumut sebelum dan sesudah pilgub.
“Jadi agar pertumbuhan ekonomi tetap bagus di tahun ini dan di 2018, Pemprov Sumut harus bisa menjamin stabilitas politik dan ekonomi ,” ujar Effendi yang terus mendapat dukungan kuat untuk maju sebagai calon Gubernur Sumut periode 2018-2023.
Pemprov Sumut diminta tetap konsentrasi menjalankan roda pembangunan dengan anggaran yang sudah ditetapkan. Serta komitmen dengan janji-janji pilkadanya.
Bukan pula sebaliknya menjadikan anggaran untuk kepentingan politik pribadi.”Stabilitas ekonomi dan kepastian hukum juga harus terjaga hingga pasca penetapan calon gubernur terpilih,” katanya.
Pada 2016, pertumbuhan ekonomi Sumut sebesar 5,18 persen. Pada 2017, pertumbuhan ekonomi Sumut ditargetkan bisa berkisar 5,20 persen dan data Badan Pusat Statistik menunjukkan hingga triwulan II secara “year on year” masih 5,09 persen. Melihat adanya pengaruh Pilgub Sumut terhadap geliat ekonomi, maka diharapkan agenda politik bisa berlangsung aman dan lancar.
Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo mengakui adanya prediksi bahwa pertumbuhan perekonomian daerah itu akan terpengaruh dengan adanya pemilihan gubernur yang akan digelar pada tahun 2018. Prediksi itu mengacu pada pilgub sebelum-sebelumnya.
Pada Pilgub Sumut 2013, misalnya pertumbuhan ekonomi Sumut turun menjadi 6,08 persen dari 2012 yang telah mencapai 6,45 persen. “Di Sumut sedikit berbeda dengan daerah lain. Biasanya pengusaha akan melakukan aksi menunggu untuk berinvestasi dengan dalih khawatir keamanan dan melihat siapa yang terpilih,” ujar Wahyu yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Dengan adanya ‘wait and see’ pengusaha dalam berinvestasi, maka ada kekhawatiran pertumbuhan ekonomi daerah itu stagnan atau tumbuh melambat. Pada 2017, pertumbuhan ekonomi Sumut ditargetkan bisa berkisar 5,2 persen yang hingga triwulan II secara “year on year” sudah 5,09 persen.
Pada 2016, pertumbuhan ekonomi Sumut sebesar 5,18 persen. Melihat adanya pengaruh pilgub Sumut terhadap geliat ekonomi, maka diharapkan agenda politik itu bisa berlangsung aman dan lancar.
Melihat beberapa nama yang sudah mencuat untuk menjadi calon kepala daerah di 2018, khususnya di Pilgubsu, Akademisi dari Universitas Sumatera Utara itu menambahkan, yang dibutuhkan oleh pelaku usaha dan masyarakat adalah sosok gubernur yang memiliki integritas. “Artinya, tidak lagi korupsi baik yang terjadi di jajaran kepala dinas, kepala daerah. Karena korupsi itu cerminan ekonomi yang tidak efisien,” katanya.
Integritas, menurutnya, tidak harus datang dari sosok atau figur TNI atau Polri. Menurutnya, semua bisa memiliki integritas, sekalipun politikus. “Yang penting pro kepada investasi. Harus ada komitmen dan memegang kepercayaan. Siapapun dia, yang pantas memimpin Sumut,” pungkasnya. (ila)