SUMUTPOS.CO – Pasar saham Asia jatuh lagi pada Senin (24/08) di tengah kekhawatiran investor akan melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina.
Nikkei 225 di Jepang, yang merupakan pasar saham terbesar di Asia, turun 2,4% di poin 18.963,53 – level terendah dalam lima bulan.
Investor belum percaya terhadap kemampuan Cina dalam menstabilkan pasarnya meski ada upaya terus-menerus dari Beijing.
Pada akhir pekan, Cina berencana untuk mengizinkan dana pensiun untuk berinvestasi pertama kalinya di pasar saham.
Dalam aturan baru tersebut, dana pensiun boleh berinvestasi sampai maksimal 30% aset bersihnya ke saham-saham yang terdaftar secara domestik.
Langkah ini adalah upaya terbaru dari pemerintah Cina untuk menahan penurunan bursa saham negara tersebut.
Dana tersebut boleh berinvestasi bukan hanya pada saham, tapi juga pada serangkaian instrumen pasar termasuk derivatif. Dengan meningkatkan permintaan atas produk-produk tersebut, pemerintah berharap harganya akan meningkat.
KEHABISAN TRIK
Simon Littlewood, presiden di firma konsultan bisnis ACG Global mengatakan pada BBC bahwa ada kekhawatiran terhadap ekonomi terbesar kedua dunia “sudah kehabisan trik karena dalam beberapa bulan terakhir mereka sudah berusaha membuat ekonomi mereka lebih cair”, namun masih gagal dalam menenangkan pasar.
Dalam beberapa pekan terakhir, indeks saham gabungan Cina turun 12%, sehingga total mengalami penurunan 30% sejak Juni.
Penurunan tajam itu menyebabkan penjualan saham global, dengan Dow Jones di Amerika Serikat mengalami kerugian 6%, dan FTSE 100 di Inggris mencatat kerugian terbesar dalam sepekan mencapai 5% sepanjang tahun ini.
Awal bulan ini, bank sentral Cina mendevaluasi yuan sebagai cara untuk mendorong ekspor.
Di Australia, S&P/ASX turun 2,2% ke level 5.098,80 pada penjualan Senin pagi.
Di Korea Selatan, indeks Kospi mengikuti tren kawasan, dibuka 0,4% lebih rendah pada level 1.869,13.
Dan Senin (24/8) ini, pasar saham di Timur Tengah juga turun drastis. (BBC)