25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Bayar Gas Bumi Dicicil, Warga Medan Puji PGN

MEDAN, SUMUTPOS.CO –  Penggunaan gas bumi untuk rumah tangga sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di Kota Medan, terutama di Kecamatan Medan Denai dan Medan Area. Tidak heran, bila kini masyarakat di kota ketiga terbesar di Indonesia ini mulai mempertanyakan kembali kapan program ini akan dijalankan kembali.

Warga Jalan Srikandi Kecamatan Medan Denai, Safrin Octora sangat merasakan manfaat yang dirasakannya karena program pemerintah ini. Setidaknya, kini koleksi bukunya terus bertambah.

“Saya staf pengajar. Jadi, kalau ada uang berlebih, saya pasti akan membeli buku,” ujar pria yang bekerja di Universitas Sumatera Utara ini, Minggu (23/2).

Safrin menjelaskan, dirinya membaca diberbagai media tentang kelebihan menggunakan gas bumi. Ketika di daerahnya sedang ada pembangunan untuk jaringan pipa Jarga (Jaringan Gas), Safrin segera mendaftarkan diri. Bahkan, dirinya  ke kantor Perusahaan Gas Negara (PGN) Medan yang terletak di Jalan Imam Bonjol Medan.

“Saat survei saya dan istri tidak ada di rumah, karena kami berdua bekerja. Dan survei itu ternyata dilakukan pada pagi hari. Karena takut kehilangan momen, saya putuskan untuk mendaftarkan diri. Alhamdulillah berhasil, karena survei masih berjalan,” lanjutnya.

Safrin mengatakan ada berbagai manfaat yang dirasakannya, seperti pengeluaran untuk bahan bakar berkurang hingga 50 persen. Dan tentu saja, efisiensi waktu yang membuat dirinya tidak terlalu was-was karena gas habis.

“Dan yang paling saya senangi, apinya normal, tidak terlalu besar dan kecil,” lanjutnya.

Kini, beberapa warga tepatnya tetangga Safrin mulai bertanya, akankah program ini akan datang lagi? Karena pada umumnya yang menolak kemarin menyesal, apalagi warga yang sudah eksisting tidak perlu kerepotan lagi harus mencari gas melon.

Rasa senang Safrin pun semakin terlihat saat PGN memutuskan memberikan cicilan kepada pelanggan Jargas. Seperti diketahui, selama empat bulan, pelanggan rumah tangga di Medan belum mendapatkan struk pembayaran.

Rasa senang Safrin pada PGN pun ditunjukkannya dengan menuliskan dalam media sosialnya. Bukan hanya memuji, Safrin mengatakan PGN memberikan kemudahan pada masyarakat.

“Masuknya jaringan gas ke rumah-rumah warga pada dasarnya sangat memberi berkah. Ada tetangga yang cerita jarang mandi pakai air panas, namun ketika jaringan gas PGN telah masuk ke rumah mandi air panas di pagi hari adalah suatu kebiasaan baru. Sehingga ketika sholat subuh yang selama ini belum mandi, saat ini telah segar karena selalu mandi pagi sebelum pergi ke mesjid,” lanjutnya.

Berikut tulisan Safrin di Media Sosial

“Kebahagian warga dengan masuknya jaringan gas ditambah lagi sampai beberapa bulan ke depan setelah jaringan gas masuk, tidak ada tagihan rekening yang datang. Katanya PGN akan mengirimkan tagihan melalui SMS, namun setelah 3-4 bulan hal itu urung terjadi. Sehingga dianggap banyak warga, PGN sedang melakukan promosi pemakaian gas untuk beberapa bulan, meski meter gas tetap berjalan sesuai dengan banyaknya gas yang terpakai. 

Namun belum adanya tagihan dan dianggap sebagian warga sebagai promosi ternyata hanya mimpi di siang bolong. Seperti kata pepatah “tidak ada makan siang yang gratis”. Begitu juga dengan gas yang telah dipakai. Tiba-tiba masuk sebuah SMS dari PGN di hp ku.  Isinya pemakaian gas Anda untuk bulan Oktober 2019 sebanyak 48 meter dengan tagihan Rp. 306.250 (plus cicilan)ii. Duch, mahal sekali, gumam ku dalam hati, sambil terus membaca SMS tersebut, yang lanjutan isinya tertulis, “pembayaran paling lambat tanggal 20 Nov 2019”.

Sebelum 20 November, sebagai warga negara yang baik aku telah pergi ke gerai pusat belanja dengan membawa uang sebanyak Rp.310.000,-. Lalu aku menyebutkan nomor pelanggan PGN yang tertera pada SMS di hp. Si kasir lalu menyebutkan sejumlah uang yang harus ku bayar. “91.500”, kata si kasir.

Mendengar itu aku terkejut. Ku baca lagi SMS dari PGN itu. Jelas disitu tertulis Rp. 306.250,-. Tapi seperti prilaku pelanggan di negara kita, aku cepat-cepat mem bayar sejumlah yang yang disebut si kasir.  Biasanya pelanggan akan protes ketika jumlah yang harus dibayar lebih besar dari yang tertera di SMS. Kalau lebih kecil, kebanyakan pelanggan diam. Termasuk aku. Lumayan kan masih tersisa Rp.200.000 lebih dari apa yang harus dibayar. Hari itu aku pulang dengan bersenandung. Bukan bersenandung rindu, tetapi bersenandung gembira.

Bulan Desember datang lagi. Pada tanggal 6 Desember, SMS dari PGN masuk lagi. Isinya “pemakaian gas Anda untuk bulan Nov 2019 sebanyak 5 meter dengan jumlah tagihan sebesar Rp 32.250,-“. Hm semakin kecil, kata ku. 

Pada hari yang telah kutentukan, aku berangkat ke gerai yang telah di tentukan PGN untuk membayar tagihan yang ada. Kali ini aku tidak membawa uang hanya sebesar tagihan, melainkan membawa lebih banyak. Ini ku lakukan, karena perasaan ku tidak mungkin lah aku membayar cuma Rp.32.250 seperti yang tertera di SMS PGN. Bagaimana dengan tagihan yang pernah di SMS PGN sebesar Rp.306.250,- sementara aku membayar baru Rp..91.500,- ?

Gratis ? Rasanya nggak mungkin. Meski PGN itu perusahaan milik negara, namun keberadaan perusahaannya sebagai BUMN, pasti juga mencari keuntungan. Lagi pula tidak zaman lagi rakyat diberi kemudahan. Artinya rakyat diajarkan untuk bertanggung jawab melalui pembayaran, sedangkan perusahaan memberikan pelayanan yang prima. Simbiose mutualistis, yang tepat ku rasa.

Aku lalu menyebutkan nomor pelanggan PGN kepada si kasir. Setelah sedikit mengutak-atik kpmputernya si kasir menyebutkan sejumlah uang yang harus ku bayar. “85.250”, kata si kasir. Aku lalu membayar sejumlah uang yang telah disebut si kasir,  tanpa perlu untuk memprotes. Cuma hati kecil terus bertanya-tanya. Di SMS tagihan sebesar Rp.32.350 yang dibayar Rp.85.250.

Sesampainya di rumah, aku langsung menghubungi nomor pelanggan PGN yang bisa dihubungi selama 24 jam. Tidak sampai 2 menit, aku telepon ku langsung mendapat sambungan dari customer service PGN. Aku langsung, bertanya perihal yang ku alami beberapa bulan ini.

Si customer service seorang pria, menjawab semua pertanyaan ku dengan santun. Jumlah Rp.306.250 yang tertera pada SMS pertama adalah total tagihan yang harus ku bayar selama beberapa bulan jaringan gas telah aktif. Namun PGN membuat kebijakan, tagihan sebesar itu tidak diminta sekaligus, tetapi di pecah untuk beberapa bulan. Sehingga meskipun pada bulan berjalan pemakaian gas pelanggan kecil, namun tagihan yang diajukan tidak sebesar pemakaian saja, melainkan ditambahkan dengan sejumlah cicilan. Dengan demikian setelah beberap ketika cicilan ini habis, barulah tagihan disesuaikan dengan besarnya pemakaian, kata si customer service menutup pembicaraan kami.

Mendengar penjelasan si customer service tersebut, aku menjadi terkagum-kagum dengan solusi tagihan yang dilakukan oleh PGN tersebut. Solusi yang tepat dan tidak memberatkan pelanggan. PGN dapat pemasukan, namun rakyat tidak terasa berat. 

Jadi kalau disuruh untuk memilih perusahaan publik yang tidak semata mementingkan bisnis ataupun pendapatan semata, aku akan mengusulkan PGN, Perusahaan Gas Negara. 

PGN, gas dari bumi tanah air, untuk kesejateraan masyarakat.” (ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO –  Penggunaan gas bumi untuk rumah tangga sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di Kota Medan, terutama di Kecamatan Medan Denai dan Medan Area. Tidak heran, bila kini masyarakat di kota ketiga terbesar di Indonesia ini mulai mempertanyakan kembali kapan program ini akan dijalankan kembali.

Warga Jalan Srikandi Kecamatan Medan Denai, Safrin Octora sangat merasakan manfaat yang dirasakannya karena program pemerintah ini. Setidaknya, kini koleksi bukunya terus bertambah.

“Saya staf pengajar. Jadi, kalau ada uang berlebih, saya pasti akan membeli buku,” ujar pria yang bekerja di Universitas Sumatera Utara ini, Minggu (23/2).

Safrin menjelaskan, dirinya membaca diberbagai media tentang kelebihan menggunakan gas bumi. Ketika di daerahnya sedang ada pembangunan untuk jaringan pipa Jarga (Jaringan Gas), Safrin segera mendaftarkan diri. Bahkan, dirinya  ke kantor Perusahaan Gas Negara (PGN) Medan yang terletak di Jalan Imam Bonjol Medan.

“Saat survei saya dan istri tidak ada di rumah, karena kami berdua bekerja. Dan survei itu ternyata dilakukan pada pagi hari. Karena takut kehilangan momen, saya putuskan untuk mendaftarkan diri. Alhamdulillah berhasil, karena survei masih berjalan,” lanjutnya.

Safrin mengatakan ada berbagai manfaat yang dirasakannya, seperti pengeluaran untuk bahan bakar berkurang hingga 50 persen. Dan tentu saja, efisiensi waktu yang membuat dirinya tidak terlalu was-was karena gas habis.

“Dan yang paling saya senangi, apinya normal, tidak terlalu besar dan kecil,” lanjutnya.

Kini, beberapa warga tepatnya tetangga Safrin mulai bertanya, akankah program ini akan datang lagi? Karena pada umumnya yang menolak kemarin menyesal, apalagi warga yang sudah eksisting tidak perlu kerepotan lagi harus mencari gas melon.

Rasa senang Safrin pun semakin terlihat saat PGN memutuskan memberikan cicilan kepada pelanggan Jargas. Seperti diketahui, selama empat bulan, pelanggan rumah tangga di Medan belum mendapatkan struk pembayaran.

Rasa senang Safrin pada PGN pun ditunjukkannya dengan menuliskan dalam media sosialnya. Bukan hanya memuji, Safrin mengatakan PGN memberikan kemudahan pada masyarakat.

“Masuknya jaringan gas ke rumah-rumah warga pada dasarnya sangat memberi berkah. Ada tetangga yang cerita jarang mandi pakai air panas, namun ketika jaringan gas PGN telah masuk ke rumah mandi air panas di pagi hari adalah suatu kebiasaan baru. Sehingga ketika sholat subuh yang selama ini belum mandi, saat ini telah segar karena selalu mandi pagi sebelum pergi ke mesjid,” lanjutnya.

Berikut tulisan Safrin di Media Sosial

“Kebahagian warga dengan masuknya jaringan gas ditambah lagi sampai beberapa bulan ke depan setelah jaringan gas masuk, tidak ada tagihan rekening yang datang. Katanya PGN akan mengirimkan tagihan melalui SMS, namun setelah 3-4 bulan hal itu urung terjadi. Sehingga dianggap banyak warga, PGN sedang melakukan promosi pemakaian gas untuk beberapa bulan, meski meter gas tetap berjalan sesuai dengan banyaknya gas yang terpakai. 

Namun belum adanya tagihan dan dianggap sebagian warga sebagai promosi ternyata hanya mimpi di siang bolong. Seperti kata pepatah “tidak ada makan siang yang gratis”. Begitu juga dengan gas yang telah dipakai. Tiba-tiba masuk sebuah SMS dari PGN di hp ku.  Isinya pemakaian gas Anda untuk bulan Oktober 2019 sebanyak 48 meter dengan tagihan Rp. 306.250 (plus cicilan)ii. Duch, mahal sekali, gumam ku dalam hati, sambil terus membaca SMS tersebut, yang lanjutan isinya tertulis, “pembayaran paling lambat tanggal 20 Nov 2019”.

Sebelum 20 November, sebagai warga negara yang baik aku telah pergi ke gerai pusat belanja dengan membawa uang sebanyak Rp.310.000,-. Lalu aku menyebutkan nomor pelanggan PGN yang tertera pada SMS di hp. Si kasir lalu menyebutkan sejumlah uang yang harus ku bayar. “91.500”, kata si kasir.

Mendengar itu aku terkejut. Ku baca lagi SMS dari PGN itu. Jelas disitu tertulis Rp. 306.250,-. Tapi seperti prilaku pelanggan di negara kita, aku cepat-cepat mem bayar sejumlah yang yang disebut si kasir.  Biasanya pelanggan akan protes ketika jumlah yang harus dibayar lebih besar dari yang tertera di SMS. Kalau lebih kecil, kebanyakan pelanggan diam. Termasuk aku. Lumayan kan masih tersisa Rp.200.000 lebih dari apa yang harus dibayar. Hari itu aku pulang dengan bersenandung. Bukan bersenandung rindu, tetapi bersenandung gembira.

Bulan Desember datang lagi. Pada tanggal 6 Desember, SMS dari PGN masuk lagi. Isinya “pemakaian gas Anda untuk bulan Nov 2019 sebanyak 5 meter dengan jumlah tagihan sebesar Rp 32.250,-“. Hm semakin kecil, kata ku. 

Pada hari yang telah kutentukan, aku berangkat ke gerai yang telah di tentukan PGN untuk membayar tagihan yang ada. Kali ini aku tidak membawa uang hanya sebesar tagihan, melainkan membawa lebih banyak. Ini ku lakukan, karena perasaan ku tidak mungkin lah aku membayar cuma Rp.32.250 seperti yang tertera di SMS PGN. Bagaimana dengan tagihan yang pernah di SMS PGN sebesar Rp.306.250,- sementara aku membayar baru Rp..91.500,- ?

Gratis ? Rasanya nggak mungkin. Meski PGN itu perusahaan milik negara, namun keberadaan perusahaannya sebagai BUMN, pasti juga mencari keuntungan. Lagi pula tidak zaman lagi rakyat diberi kemudahan. Artinya rakyat diajarkan untuk bertanggung jawab melalui pembayaran, sedangkan perusahaan memberikan pelayanan yang prima. Simbiose mutualistis, yang tepat ku rasa.

Aku lalu menyebutkan nomor pelanggan PGN kepada si kasir. Setelah sedikit mengutak-atik kpmputernya si kasir menyebutkan sejumlah uang yang harus ku bayar. “85.250”, kata si kasir. Aku lalu membayar sejumlah uang yang telah disebut si kasir,  tanpa perlu untuk memprotes. Cuma hati kecil terus bertanya-tanya. Di SMS tagihan sebesar Rp.32.350 yang dibayar Rp.85.250.

Sesampainya di rumah, aku langsung menghubungi nomor pelanggan PGN yang bisa dihubungi selama 24 jam. Tidak sampai 2 menit, aku telepon ku langsung mendapat sambungan dari customer service PGN. Aku langsung, bertanya perihal yang ku alami beberapa bulan ini.

Si customer service seorang pria, menjawab semua pertanyaan ku dengan santun. Jumlah Rp.306.250 yang tertera pada SMS pertama adalah total tagihan yang harus ku bayar selama beberapa bulan jaringan gas telah aktif. Namun PGN membuat kebijakan, tagihan sebesar itu tidak diminta sekaligus, tetapi di pecah untuk beberapa bulan. Sehingga meskipun pada bulan berjalan pemakaian gas pelanggan kecil, namun tagihan yang diajukan tidak sebesar pemakaian saja, melainkan ditambahkan dengan sejumlah cicilan. Dengan demikian setelah beberap ketika cicilan ini habis, barulah tagihan disesuaikan dengan besarnya pemakaian, kata si customer service menutup pembicaraan kami.

Mendengar penjelasan si customer service tersebut, aku menjadi terkagum-kagum dengan solusi tagihan yang dilakukan oleh PGN tersebut. Solusi yang tepat dan tidak memberatkan pelanggan. PGN dapat pemasukan, namun rakyat tidak terasa berat. 

Jadi kalau disuruh untuk memilih perusahaan publik yang tidak semata mementingkan bisnis ataupun pendapatan semata, aku akan mengusulkan PGN, Perusahaan Gas Negara. 

PGN, gas dari bumi tanah air, untuk kesejateraan masyarakat.” (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/