25 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Merk Kopi Sipirok Dipatenkan, Syarat Tumbuh 900 dpl

dame ambarita/sumut pos
PETANI KOPI: Dua petani Kopi Sipirok, Erwinsyah Siregar dan Musannif Pane bersama Humas PT NSHE, Dede Wafiza Ashia, Senin (22/4).

SIPIROK, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara kaya akan tanaman kopi. Puluhan merk kopi dari Sumut terkenal hingga luar negeri. Mulai dari Kopi Sidikalang, Kopi Siborong-borong, Kopi Mandailing, dan sebagainya. Namun ada satu merek baru, yang justru berhasil menjuarai festival kopi beberapa waktu lalu. Harganya termasuk termahal di Sumut. Itulah Kopi Sipirok.

“Kopi Sipirok itu wajib jenis kopi Arabika. Dan syarat tumbuhnya minimal di ketinggian 900 dpl (di atas permukaan laut,” kata Erwinsyah Siregar (41), Ketua Masyarakat Petani Kopi Sipirok, saat ditemui di Desa Sampean, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Senin (22/4). Ia didampingi petani kopi lainnya, Musannif Pane (63).

Menurut Erwinsyah, kopi yang ditanam di bawah 900 dpl (di atas permukaan laut), rasanya kurang menyengat. Meski demikian, kopi yang ditanam di ketinggian 850 dpl misalnya, masih bisa diterima. Tetapi dengan ketentuan, kopinya mendapat penanganan tertentu agar bisa digolongkan merk Kopi Sipirok. Misalnya, dengan melakukan proses fermentasi untuk menambah honey atau wine.

Adapun keunggulan Kopi Sipirok adalah rasanya yang agak menyengat. Rasanya ada tiga jenis. Yakni lemon, rempah-rempah, dan gula aren. Rasa itu dipengaruhi letak ketinggian penanaman, dan kandungan kimia tanah. Apalagi alam Sipirok masih murni, dikelilingi hutan konservasi.

Meski merk Kopi Sipirok baru beberapa tahun terakhir masuk ke pasar Sumut dan Jawa, namun rasa dan aromanya telah diakui para ahli kopi. Buktinya, Kopi Sipirok meraih juara 1 pada festival kopi di Medan, beberapa waktu lalu. “Penilaian mulai warna, aroma, keasaman, kemanisan, rasa, harmonisasi rasa, dan sebagainya,” kata Erwinsyah.

Kopi Sipirok mengalahkan merk-merk kopi lainnya, yang sudah lebih dahulu wara-wiri di bursa pasar kopi Sumut dan nasional. Kedua petani ini lantas menuturkan ihwal Kopi Sipirok hingga menjadi merk yang sudah disukai pasar saat ini. Bahkan harganya termasuk yang termahal untuk kopi asal Sumatera Utara.

Sebelum tahun 2000, warga Sipirok telah mengenal tanaman kopi. Tapi saat itu jenisnya hanya kopi robusta. Petani yang menanam pun belum banyak. Salahsatunya Musannif Pane. “Hingga harga kopi robusta anjlok ke angka Rp4.000 per soluk (volume 2 liter). Kami pun meninggalkan tanaman kopi,” ungkap Musannif.

Kedatangan pengungsi asal Aceh ke Sipirok tahun 2000, menjadi titik awal merk Kopi Sipirok. Pengungsi inilah yang memperkenalkan kopi Arabika di Sipirok. Setelah kopi berbuah dan mulai dipasarkan, ternyata disukai konsumen. Harganya pun saat itu lumayan. Diserap pasar hingga Rp25 ribu per soluk.

Tren pasar yang baik membuat petani lainnya mulai bergairah menanam kopi. Berapapun jumlah produksi, langsung diserap pedagang pengumpul. Hingga muncullah ide untuk mempatenkan nama Kopi Sipirok tahun 2015 lalu. Sayang, berbagai persyaratan yang diminta membuat merek itu tak bisa dipatenkan.

Beruntung, awal tahun 2018 lalu, datang dukungan dari PLTA Batangtoru yang dikelola PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE). Dengan pendampingan dari PT NSHE, petani membawa 18 sampel kopi Arabika Sipirok untuk diuji oleh beberapa sponsor.

NSHE juga yang mendampingi konsultasi publik. Memboyong 28 orang petani melakukan studi banding ke Takengon, Benner Meriah, dan ke Starbuck Berastagi.

Awal 2018 lalu, akhirnya sertifikat geografis varietas Arabika Kopi Sipirok berhasil dipatenkan ke Kemenkumham.

“Pemilik hak patennya adalah Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Tapsel,” tutur Erwinsyah.

Produk kopi yang berhak disebut sebagai Kopi Sipirok berasal dari 6 kecamatan di Tapsel, yakni Marancar, Angkola Timur, Sipirok, Arse, Saopar Dolok Hole, dan Aek Bilah.

Lantas, setelah merk Kopi Sipirok dipatenkan, apa keuntungan yang diperoleh petani? Dan apa rencana ke depan? (bersambung)(Dame Ambarita)

dame ambarita/sumut pos
PETANI KOPI: Dua petani Kopi Sipirok, Erwinsyah Siregar dan Musannif Pane bersama Humas PT NSHE, Dede Wafiza Ashia, Senin (22/4).

SIPIROK, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara kaya akan tanaman kopi. Puluhan merk kopi dari Sumut terkenal hingga luar negeri. Mulai dari Kopi Sidikalang, Kopi Siborong-borong, Kopi Mandailing, dan sebagainya. Namun ada satu merek baru, yang justru berhasil menjuarai festival kopi beberapa waktu lalu. Harganya termasuk termahal di Sumut. Itulah Kopi Sipirok.

“Kopi Sipirok itu wajib jenis kopi Arabika. Dan syarat tumbuhnya minimal di ketinggian 900 dpl (di atas permukaan laut,” kata Erwinsyah Siregar (41), Ketua Masyarakat Petani Kopi Sipirok, saat ditemui di Desa Sampean, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Senin (22/4). Ia didampingi petani kopi lainnya, Musannif Pane (63).

Menurut Erwinsyah, kopi yang ditanam di bawah 900 dpl (di atas permukaan laut), rasanya kurang menyengat. Meski demikian, kopi yang ditanam di ketinggian 850 dpl misalnya, masih bisa diterima. Tetapi dengan ketentuan, kopinya mendapat penanganan tertentu agar bisa digolongkan merk Kopi Sipirok. Misalnya, dengan melakukan proses fermentasi untuk menambah honey atau wine.

Adapun keunggulan Kopi Sipirok adalah rasanya yang agak menyengat. Rasanya ada tiga jenis. Yakni lemon, rempah-rempah, dan gula aren. Rasa itu dipengaruhi letak ketinggian penanaman, dan kandungan kimia tanah. Apalagi alam Sipirok masih murni, dikelilingi hutan konservasi.

Meski merk Kopi Sipirok baru beberapa tahun terakhir masuk ke pasar Sumut dan Jawa, namun rasa dan aromanya telah diakui para ahli kopi. Buktinya, Kopi Sipirok meraih juara 1 pada festival kopi di Medan, beberapa waktu lalu. “Penilaian mulai warna, aroma, keasaman, kemanisan, rasa, harmonisasi rasa, dan sebagainya,” kata Erwinsyah.

Kopi Sipirok mengalahkan merk-merk kopi lainnya, yang sudah lebih dahulu wara-wiri di bursa pasar kopi Sumut dan nasional. Kedua petani ini lantas menuturkan ihwal Kopi Sipirok hingga menjadi merk yang sudah disukai pasar saat ini. Bahkan harganya termasuk yang termahal untuk kopi asal Sumatera Utara.

Sebelum tahun 2000, warga Sipirok telah mengenal tanaman kopi. Tapi saat itu jenisnya hanya kopi robusta. Petani yang menanam pun belum banyak. Salahsatunya Musannif Pane. “Hingga harga kopi robusta anjlok ke angka Rp4.000 per soluk (volume 2 liter). Kami pun meninggalkan tanaman kopi,” ungkap Musannif.

Kedatangan pengungsi asal Aceh ke Sipirok tahun 2000, menjadi titik awal merk Kopi Sipirok. Pengungsi inilah yang memperkenalkan kopi Arabika di Sipirok. Setelah kopi berbuah dan mulai dipasarkan, ternyata disukai konsumen. Harganya pun saat itu lumayan. Diserap pasar hingga Rp25 ribu per soluk.

Tren pasar yang baik membuat petani lainnya mulai bergairah menanam kopi. Berapapun jumlah produksi, langsung diserap pedagang pengumpul. Hingga muncullah ide untuk mempatenkan nama Kopi Sipirok tahun 2015 lalu. Sayang, berbagai persyaratan yang diminta membuat merek itu tak bisa dipatenkan.

Beruntung, awal tahun 2018 lalu, datang dukungan dari PLTA Batangtoru yang dikelola PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE). Dengan pendampingan dari PT NSHE, petani membawa 18 sampel kopi Arabika Sipirok untuk diuji oleh beberapa sponsor.

NSHE juga yang mendampingi konsultasi publik. Memboyong 28 orang petani melakukan studi banding ke Takengon, Benner Meriah, dan ke Starbuck Berastagi.

Awal 2018 lalu, akhirnya sertifikat geografis varietas Arabika Kopi Sipirok berhasil dipatenkan ke Kemenkumham.

“Pemilik hak patennya adalah Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Tapsel,” tutur Erwinsyah.

Produk kopi yang berhak disebut sebagai Kopi Sipirok berasal dari 6 kecamatan di Tapsel, yakni Marancar, Angkola Timur, Sipirok, Arse, Saopar Dolok Hole, dan Aek Bilah.

Lantas, setelah merk Kopi Sipirok dipatenkan, apa keuntungan yang diperoleh petani? Dan apa rencana ke depan? (bersambung)(Dame Ambarita)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/