32.8 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Lindungi Orangutan, PLTA Batangtoru Terapkan Zero Tolerance Policy

Foto: Istimewa
JEMBATAN ARBORAL: PLTA Batangtoru membangun jembatan arboreal untuk menghubungkan habitat yang terpisah, sebagai media perlintasan satwa. Pohonnya tidak ditebang untuk menjaga kelestarian hutan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Sebagai langkah konkret melindungi orangutan Tapanuli, PLTA Batangtoru telah membentuk tim monitoring bersama dan melaksanakan kebijakan zero tolerance terhadap perburuan satwa tersebut.

“Kami (terapkan) zero tolerance policy. Tidak ada toleransi bagi pekerja yang mengganggu binatang. Kalau ada yang menangkap maka diberhentikan permanen,” kata Senior Adviser on Environment and Sustainability PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Agus Djoko Ismanto, belum lama ini.

Agus prihatin bahwa orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) ditemukan dalam kondisi terluka di kawasan hutan Batangtoru, Tapanuli Selatan pada 21 September lalu. Ia mengecam kasus kekerasan terhadap satwa yang dilindungi itu.

Menurut dia, PT NSHE telah berusaha memberi edukasi kepada masyarakat terkait penanganan orangutan yang turun ke kebun. “Kami siap bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk menyelamatkan orangutan,” ujarnya.

Pongo Tapanuliensis dinyatakan sebagai spesies baru orangutan oleh lembaga peneliti dalam dan luar negeri. Masyarakat setempat menyebut spesies baru itu dengan sebutan Mawas. Orangutan ini memiliki perbedaan genetika dari jenis orangutan Sumatera. Orangutan Tapanuli ini punya tengkorak dan rahang yang lebih kecil dan rambut di seluruh tubuhnya lebih keriting. Habitat mereka berada di Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Agus menegaskan, pihaknya telah melakukan monitoring terhadap perburuan kepada seluruh pekerja, dan hasilnya zero accident satwa di areal proyek. Kegiatan monitoring, kata dia, sedang diperkuat untuk menerapkan Smart Patrol yang akan memiliki semacam call center 911, sehingga petugas maupun relawan dapat melaporkan secara real time. “Setiap kejadian dapat dilaporkan langsung disertai foto atau video,” ujarnya.

Agus menuturkan, pihaknya pun melakukan pengamatan satwa liar di sekitar lokasi proyek PLTA Batangtoru. Pengamatan itu penting dilakukan agar akses jalan proyek yang dibuka tidak mengganggu keberlangsungan satwa tersebut. Oleh sebab itu, di sepanjang akses jalan itu terpasang rambu-rambu yang berada di lintasan satwa. Bahkan pohon yang digunakan sebagai media perlintasan satwa pun tidak ditebang.

Selain itu, NSHE juga merekrut ahli orangutan dan melakukan pengkayaan tanaman pakan di areal koridor. Perusahaan mendukung upaya penanganan konflik satwa di luar areal PLTA dengan mendukung rehabilitasi kebun yang terganggu oleh satwa. “Untuk menghubungkan habitat yang terpisah dibangun jembatan perlintasan satwa arboreal,” tuturnya. (rel)

Foto: Istimewa
JEMBATAN ARBORAL: PLTA Batangtoru membangun jembatan arboreal untuk menghubungkan habitat yang terpisah, sebagai media perlintasan satwa. Pohonnya tidak ditebang untuk menjaga kelestarian hutan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Sebagai langkah konkret melindungi orangutan Tapanuli, PLTA Batangtoru telah membentuk tim monitoring bersama dan melaksanakan kebijakan zero tolerance terhadap perburuan satwa tersebut.

“Kami (terapkan) zero tolerance policy. Tidak ada toleransi bagi pekerja yang mengganggu binatang. Kalau ada yang menangkap maka diberhentikan permanen,” kata Senior Adviser on Environment and Sustainability PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Agus Djoko Ismanto, belum lama ini.

Agus prihatin bahwa orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis) ditemukan dalam kondisi terluka di kawasan hutan Batangtoru, Tapanuli Selatan pada 21 September lalu. Ia mengecam kasus kekerasan terhadap satwa yang dilindungi itu.

Menurut dia, PT NSHE telah berusaha memberi edukasi kepada masyarakat terkait penanganan orangutan yang turun ke kebun. “Kami siap bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk menyelamatkan orangutan,” ujarnya.

Pongo Tapanuliensis dinyatakan sebagai spesies baru orangutan oleh lembaga peneliti dalam dan luar negeri. Masyarakat setempat menyebut spesies baru itu dengan sebutan Mawas. Orangutan ini memiliki perbedaan genetika dari jenis orangutan Sumatera. Orangutan Tapanuli ini punya tengkorak dan rahang yang lebih kecil dan rambut di seluruh tubuhnya lebih keriting. Habitat mereka berada di Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Agus menegaskan, pihaknya telah melakukan monitoring terhadap perburuan kepada seluruh pekerja, dan hasilnya zero accident satwa di areal proyek. Kegiatan monitoring, kata dia, sedang diperkuat untuk menerapkan Smart Patrol yang akan memiliki semacam call center 911, sehingga petugas maupun relawan dapat melaporkan secara real time. “Setiap kejadian dapat dilaporkan langsung disertai foto atau video,” ujarnya.

Agus menuturkan, pihaknya pun melakukan pengamatan satwa liar di sekitar lokasi proyek PLTA Batangtoru. Pengamatan itu penting dilakukan agar akses jalan proyek yang dibuka tidak mengganggu keberlangsungan satwa tersebut. Oleh sebab itu, di sepanjang akses jalan itu terpasang rambu-rambu yang berada di lintasan satwa. Bahkan pohon yang digunakan sebagai media perlintasan satwa pun tidak ditebang.

Selain itu, NSHE juga merekrut ahli orangutan dan melakukan pengkayaan tanaman pakan di areal koridor. Perusahaan mendukung upaya penanganan konflik satwa di luar areal PLTA dengan mendukung rehabilitasi kebun yang terganggu oleh satwa. “Untuk menghubungkan habitat yang terpisah dibangun jembatan perlintasan satwa arboreal,” tuturnya. (rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/