26.7 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Permintaan Daging Meningkat Tiga Kali Lipat ‎di Sumut

Pemerintah Waspadai Kenaikan Harga

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Permintaan daging sapi di Sumatera Utara (Sumut) mengalami peningkatkan. Padahal, sejak bulan Muharram atau tepatnya tahun baru Islam, permintaan daging anjlok.

Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengungkapkan ‎dari hasil pantauan di beberapa rumah potong hewan, terjadi peningkatan permintaan daging sapi melonjak sekitar 20 persen. 

“Bahkan salah satu RPH (Rumah Potong Hewan) terbesar berlokasi di Tanjung Morawa menyebutkan, kalau tren permintaan daging sapi meningkat hingga hampir 3 kali lipat. Jika dibandingkan dengan realisasi terendah permintaan daging sapi selama Muharam,” ungkap Gunawan kepada wartawan, Kamis (24/9).

 
Gunawan mengatakan dasar realisasi permintaan daging sapi yang meningkat saat ini, masih lebih kecil 50% dibandingkan dengan permintaan daging sapi saat kondisi normal sebelum masa pandemik Covid-19. 

“Artinya belum sepenuhnya geliat ekonomi masyarakat pulih. Masih bermasalah meskipun saat ini masih tetap mampu bertahan,” kata Gunawan.
 
Disisi lain, Gunawan mengatakan harga daging sapi tidak akan naik. Harga daging sapi akanbertahan di level Rp110 ribu hingga Rp 120 ribu per Kg nya. Tidak akan banyak berubah sekalipun permintaan naik. Namun, pemerintah harus mewaspadai kenaikan konsumsi daging sapi tersebut. Jangan sampai mengerek kenaikan harga komoditas lainnya.

 
Berdasarkan data PIHPS (Pusat Informasi Harga Pangan Strategis), tren harga di akhir tahun itu cenderung naik atau bertahan mahal.

“Nah saat ini, harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat masih bergerak stabil dan sudah berada di posisi yang ideal. Cuaca dan tren konsumsi yang naik bisa saja merubah pergerakan harga kedepan nantinya,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa ada mitigasi risiko kemungkinan adanya kenaikan harga saat gangguan cuaca tersebut. Memang di luar wilayah Sumut, khususnya Jawa Tengah memasuki musim panen raya. Namun Sumut harus bersiap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah harga karena gangguan cuaca. Skala prioritas ke depan adalah menjaga harga cabai dan bawang.
 
“Walaupun saya masih yakin harga kebutuhan pokok akan stabil. Namun sekecil apapun kenaikan harga pangan ditengah resesi. Akan memberikan masalah besar bagi masyarakat. Karena daya beli yang tertekan justru dihadapkan dengan laju inflasi. Bisa buat kita semua masuk dalam resesi berkepanjangan atau disebut dengan Depresi,” pungkasnya.(gus/ram)

Pemerintah Waspadai Kenaikan Harga

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Permintaan daging sapi di Sumatera Utara (Sumut) mengalami peningkatkan. Padahal, sejak bulan Muharram atau tepatnya tahun baru Islam, permintaan daging anjlok.

Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengungkapkan ‎dari hasil pantauan di beberapa rumah potong hewan, terjadi peningkatan permintaan daging sapi melonjak sekitar 20 persen. 

“Bahkan salah satu RPH (Rumah Potong Hewan) terbesar berlokasi di Tanjung Morawa menyebutkan, kalau tren permintaan daging sapi meningkat hingga hampir 3 kali lipat. Jika dibandingkan dengan realisasi terendah permintaan daging sapi selama Muharam,” ungkap Gunawan kepada wartawan, Kamis (24/9).

 
Gunawan mengatakan dasar realisasi permintaan daging sapi yang meningkat saat ini, masih lebih kecil 50% dibandingkan dengan permintaan daging sapi saat kondisi normal sebelum masa pandemik Covid-19. 

“Artinya belum sepenuhnya geliat ekonomi masyarakat pulih. Masih bermasalah meskipun saat ini masih tetap mampu bertahan,” kata Gunawan.
 
Disisi lain, Gunawan mengatakan harga daging sapi tidak akan naik. Harga daging sapi akanbertahan di level Rp110 ribu hingga Rp 120 ribu per Kg nya. Tidak akan banyak berubah sekalipun permintaan naik. Namun, pemerintah harus mewaspadai kenaikan konsumsi daging sapi tersebut. Jangan sampai mengerek kenaikan harga komoditas lainnya.

 
Berdasarkan data PIHPS (Pusat Informasi Harga Pangan Strategis), tren harga di akhir tahun itu cenderung naik atau bertahan mahal.

“Nah saat ini, harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat masih bergerak stabil dan sudah berada di posisi yang ideal. Cuaca dan tren konsumsi yang naik bisa saja merubah pergerakan harga kedepan nantinya,” jelasnya.

Ia mengatakan bahwa ada mitigasi risiko kemungkinan adanya kenaikan harga saat gangguan cuaca tersebut. Memang di luar wilayah Sumut, khususnya Jawa Tengah memasuki musim panen raya. Namun Sumut harus bersiap untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah harga karena gangguan cuaca. Skala prioritas ke depan adalah menjaga harga cabai dan bawang.
 
“Walaupun saya masih yakin harga kebutuhan pokok akan stabil. Namun sekecil apapun kenaikan harga pangan ditengah resesi. Akan memberikan masalah besar bagi masyarakat. Karena daya beli yang tertekan justru dihadapkan dengan laju inflasi. Bisa buat kita semua masuk dalam resesi berkepanjangan atau disebut dengan Depresi,” pungkasnya.(gus/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/