31.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Perekonomian Sumut Berjalan Lambat

Foto: BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos
PIDATO: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso saat menghadiri acara di Hotel JW Marriot Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) ditriwulan I tahun 2018 mengalami pertumbuhan yang lambat. Untuk Triwulan I ini, pertumbuhannya hanya 4,73 persen  Year on Year (YoY), sedangkan pada tahun pertumbuhannya mencapai 5,56 YoY.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso kegiatan evaluasi dan pencapaian inflasi terkini serta diseminasi kajian ekonomi dan keuangan regional Sumatera Utara di Hotel JW Marriot Medan, Senin (25/6)

“Di mana pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 selalu menurun dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.

Arief mengungkapkan untuk pertumbuhan ekonomi Sumut secara umum lebih baik dari kinerja perekonomian Sumatera. Pada triwulan I 2018, ekonomi Sumut tumbuh lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Pulau Sumatera yang tercatat 4,37 persen (YoY).

“Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 5,06 persen (YoY),” kata Arief.

Ia menerangkan, melambatnya perekonomian Sumut tersebut terutama disebabkan oleh kinerja ekspor luar negeri yang berjalan moderat seiring dengan permintaan ekspor dari negara mitra dagang yang terbatas serta harga komoditas di pasar global yang tumbuh melambat.

“Permintaan domestic juga cenderung melambat disebabkan masih rendahnya realisasi investasi di awal tahun seiring dengan proses pelelangan yang masih berjalan,” tuturnya.

Ia menuturkan, permintaan domestik juga cenderung melambat didorong oleh pola seasonal realisasi investasi yang terbatas di awal tahun seiring dengan proses pelelangan yang masih berjalan.

“Namun konsumsi swasta yang kuat dam stabil mampu menahan perlambatan leih lanjut. Konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan penyesuaian upah minimum pekerja (UMP) di tahyn 2018,” katanya.

Selain itu, persiapan kegiatan Pilkada 2018 juga mendorong peningkatan konsumsi lembaga non profit rumah tangga dan juga pemerintah.

“Secara sektoral, kinerja sektor utama di awal tahun belum optimal terutama untuk sektor pertanian utamanya disebabkan oleh penurunan produksi tanaman pangan akibat pergeseran musim panen,” tandasnya.(gus/ram)

 

 

Foto: BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos
PIDATO: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso saat menghadiri acara di Hotel JW Marriot Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) ditriwulan I tahun 2018 mengalami pertumbuhan yang lambat. Untuk Triwulan I ini, pertumbuhannya hanya 4,73 persen  Year on Year (YoY), sedangkan pada tahun pertumbuhannya mencapai 5,56 YoY.

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso kegiatan evaluasi dan pencapaian inflasi terkini serta diseminasi kajian ekonomi dan keuangan regional Sumatera Utara di Hotel JW Marriot Medan, Senin (25/6)

“Di mana pertumbuhan ekonomi triwulan I 2018 selalu menurun dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.

Arief mengungkapkan untuk pertumbuhan ekonomi Sumut secara umum lebih baik dari kinerja perekonomian Sumatera. Pada triwulan I 2018, ekonomi Sumut tumbuh lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Pulau Sumatera yang tercatat 4,37 persen (YoY).

“Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 5,06 persen (YoY),” kata Arief.

Ia menerangkan, melambatnya perekonomian Sumut tersebut terutama disebabkan oleh kinerja ekspor luar negeri yang berjalan moderat seiring dengan permintaan ekspor dari negara mitra dagang yang terbatas serta harga komoditas di pasar global yang tumbuh melambat.

“Permintaan domestic juga cenderung melambat disebabkan masih rendahnya realisasi investasi di awal tahun seiring dengan proses pelelangan yang masih berjalan,” tuturnya.

Ia menuturkan, permintaan domestik juga cenderung melambat didorong oleh pola seasonal realisasi investasi yang terbatas di awal tahun seiring dengan proses pelelangan yang masih berjalan.

“Namun konsumsi swasta yang kuat dam stabil mampu menahan perlambatan leih lanjut. Konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan penyesuaian upah minimum pekerja (UMP) di tahyn 2018,” katanya.

Selain itu, persiapan kegiatan Pilkada 2018 juga mendorong peningkatan konsumsi lembaga non profit rumah tangga dan juga pemerintah.

“Secara sektoral, kinerja sektor utama di awal tahun belum optimal terutama untuk sektor pertanian utamanya disebabkan oleh penurunan produksi tanaman pangan akibat pergeseran musim panen,” tandasnya.(gus/ram)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/