30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Dampak Tarif Kargo Udara Naik, Empat Perusahaan Logistik Gulung tikar

no picture

SUMUTPOS.CO – Tarif kargo udara yang meningkat tajam membuat perusahaan-perusahaan jasa pengiriman ekspres, pos dan logistik di Indonesia tertekan. Imbasnya, sejumlah perusahaan logistik tersebut bahkan sampai gulung tikar alias menutup usahanya.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia Budi Paryanto dalam diskusi di Hotel Millenium Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (27/2). Kenaikan tarif muatan udara disebut mencapai lebih dari 300%.

“Yang bergabung dengan Asperindo melaporkan ada empat perusahaan yang mereka mengalami kebangkrutan dan mulai akan menutup operasionalnya. Dua di Pekanbaru, satu di Palembang dan satu di Jakarta,” katanya.

Keempat perusahaan itu kata dia mengalami hambatan dalam menghadapi gejolak kenaikan tarif kargo udara. Biaya pengiriman yang ikut dinaikkan lantas menurunkan jumlah pengiriman yang akhirnya membuat daya tahan perusahaan goyah dan memilih untuk menutup operasional.

“Yang daya tahannya bagus mereka masih bisa bertahan, tapi yang kecil sudah goyang. Mereka sudah mulai merumahkan karyawan, tinggal proses administrasi penutupan perusahaan saja,” jelas Budi.

Naiknya tarif kargo udara sendiri diantisipasi perusahaan dengan mengandalkan pengiriman lewat moda lain seperti darat, kereta api dan laut menggunakan kapal. Peralihan angkutan pengiriman dari udara diestimasi telah mencapai 50%.

Sementara sisanya saat ini adalah pengiriman jarak jauh. Untuk rute jarak jauh, Budi bilang perusahaan masih mengandalkan kargo udara.

“Ini pilihan bisnis. Ketika kita tidak bisa menggunakan transportasi udara akibat harganya tinggi, kami harus alihkan ke angkutan darat. Jadi ini pilihan bisnis,” ungkapnya.

Budi Paryanto mengatakan saat ini para karyawan dari perusahaan tersebut sudah mulai dirumahkan. Setidaknya ada 100 hingga 200 orang yang menunggu menjadi pengangguran.

“Dari empat perusahaan itu dari perkiraan saya mestinya di kisaran 100-200 orang dari 4 perusahaan (yang terkena dampak),” katanya.

Perusahaan-perusahaan logistik itu sendiri saat ini mulai mengalihkan penggunaan kargo udara ke angkutan jalur darat dan laut. Namun hal tersebut tak banyak membantu lantaran pengiriman memakan waktu yang cukup lama.

“Kita alihkan ke laut, ternyata di laut layanannya cuma dua hari tapi nunggu bongkarnya tiga hari,” tutupnya. (dtc/ram)

no picture

SUMUTPOS.CO – Tarif kargo udara yang meningkat tajam membuat perusahaan-perusahaan jasa pengiriman ekspres, pos dan logistik di Indonesia tertekan. Imbasnya, sejumlah perusahaan logistik tersebut bahkan sampai gulung tikar alias menutup usahanya.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia Budi Paryanto dalam diskusi di Hotel Millenium Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (27/2). Kenaikan tarif muatan udara disebut mencapai lebih dari 300%.

“Yang bergabung dengan Asperindo melaporkan ada empat perusahaan yang mereka mengalami kebangkrutan dan mulai akan menutup operasionalnya. Dua di Pekanbaru, satu di Palembang dan satu di Jakarta,” katanya.

Keempat perusahaan itu kata dia mengalami hambatan dalam menghadapi gejolak kenaikan tarif kargo udara. Biaya pengiriman yang ikut dinaikkan lantas menurunkan jumlah pengiriman yang akhirnya membuat daya tahan perusahaan goyah dan memilih untuk menutup operasional.

“Yang daya tahannya bagus mereka masih bisa bertahan, tapi yang kecil sudah goyang. Mereka sudah mulai merumahkan karyawan, tinggal proses administrasi penutupan perusahaan saja,” jelas Budi.

Naiknya tarif kargo udara sendiri diantisipasi perusahaan dengan mengandalkan pengiriman lewat moda lain seperti darat, kereta api dan laut menggunakan kapal. Peralihan angkutan pengiriman dari udara diestimasi telah mencapai 50%.

Sementara sisanya saat ini adalah pengiriman jarak jauh. Untuk rute jarak jauh, Budi bilang perusahaan masih mengandalkan kargo udara.

“Ini pilihan bisnis. Ketika kita tidak bisa menggunakan transportasi udara akibat harganya tinggi, kami harus alihkan ke angkutan darat. Jadi ini pilihan bisnis,” ungkapnya.

Budi Paryanto mengatakan saat ini para karyawan dari perusahaan tersebut sudah mulai dirumahkan. Setidaknya ada 100 hingga 200 orang yang menunggu menjadi pengangguran.

“Dari empat perusahaan itu dari perkiraan saya mestinya di kisaran 100-200 orang dari 4 perusahaan (yang terkena dampak),” katanya.

Perusahaan-perusahaan logistik itu sendiri saat ini mulai mengalihkan penggunaan kargo udara ke angkutan jalur darat dan laut. Namun hal tersebut tak banyak membantu lantaran pengiriman memakan waktu yang cukup lama.

“Kita alihkan ke laut, ternyata di laut layanannya cuma dua hari tapi nunggu bongkarnya tiga hari,” tutupnya. (dtc/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/