26.7 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Road To Festival Ekonomi Syariah 2019, Potensi Ekonomi Syariah di Sumut Sangat Besar

HADIR: Kepala BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat (Kanan) saat menghadiri Road To Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumut di Hotel Adi Mulia, Medan.
BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia (BI) menilai Sumatera Utara (Sumut) memiliki potensi ekonomi syariah maupun industri halal yang sangat besar. Bila diterapkan, setidaknya akan membantu perekonomian masyarakat.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatera Utara (KPw Sumut) Wiwiek Sisto Widayat mengatakan dari sisi konsumsi produk-produk halal seperti makanan dan minuman, serta fashion memberikan kontribusi terhadap Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) sekitar 15-20 persen per tahun di tanah air ini.

“Selain itu, pesantrennya juga banyak dan kemampuan untuk melakukan konsumsi juga besar, sehingga Sumut memiliki potensi yang cukup besar dalam memberikan kontribusi dalam ekonomi syariah,” sebut Wiwiek kepada wartawan, usai dalam kegiatan Road To Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumut dengan tema “ Peranan Industri Kreatif Halal dan Konsep Halal Tourism”, di Hotel Adi Mulya Medan, Senin (29/7) siang.

Wiwiek mengungkapkan bahwa ekonomi dan keuangan syariah merupakan salah satu konsep ekonomi tidak hanya untuk umat Islam, tetapi menjadi konsep ekonomi yang memang harus didorong bersama-sama untuk bisa tumbuh dan berkembang di Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam.

Secara global Indonesia merupakan salah satu negara yang pemeluk agama Islamnya terbesar, tetapi disadari ekonomi syariah belum berkembang dibandingkan negara-negara lain yang pemeluk Islamnya sedikit, seperti negara Malaysia.

Dia mengatakan, berdasarkan catatan Thomson Reuters (Perusahaan informasi yang dibentuk melalui pembelian Reuters oleh Thomson Corporation), meskipun Indonesia belum menjadi yang terbesar, namun sudah semakin besar dan masuk dalam rangking 10 besar konsumsi halal dunia.

“Memang kita belum bisa mengalahkan Malaysia yang ekonomi syariahnya semakin maju dan besar. Tetapi kita di dalam proses, Insya Allah kalau ekonomi syariah kita bergerak menjadi besar, ini akan mengalahkan Malaysia, karena dari sisi penduduk lebih besar dari Malaysia,” katanya.

Menurut catatan Tompson lagi, konsumsi populasi Indonesia di dalam produk halal jumlahnya juga cukup tinggi yaitu mencapai USD218 M atau sekitar 20 persen dari PDB nasional, terutama dari sisi makanan, minuman dan fashion.

“Belum lagi dari sisi pengembangan halal tourism, tentu ini akan bisa lebih besar lagi. Namun bagaimana kita bisa mengembangkannya. Kalau ini kita kembangkan terus, ekonomi syariah pasti akan lebih besar dan berkembang mengingat konsumsi dan penduduk Indonesia cukup besar dan bertambah,” tegasnya.

Kalau untuk di Sumut sendiri, lanjutnya, BI melakukan pendekatan dengan UMKM yang terkait dengan syariah dan pesantren. Ini salah satu sentra untuk kegiatan ekonomi syariah.

“Baru-baru ini kita ke Pesantren Raudhatul Hasanah Jl. Jamin Ginting, di sana ada UMKM yang kita kembangkan berupa packing roti, laundry dan ke depan air kemasan untuk mengembangkan produk-produk syariah. Ini akan terus kita kembangkan, untuk mencari sumber-sumber ekonomi syariah baru untuk dikembangkan,” ujarnya.

Di Sumut ada beberapa potensi unggulan yang bisa terus dikembangkan yaitu makanan dan minuman.

“Makanan dan minuman merupakan salah satu hal besar yang memberikan kontribusi besar kepada PDRB kita. Kedua, fashion maupun industri pengolahan yang berkaitan dengan fashion, serta potensi wisata halal,” tandasnya. (gus/ram)

HADIR: Kepala BI Sumut, Wiwiek Sisto Widayat (Kanan) saat menghadiri Road To Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumut di Hotel Adi Mulia, Medan.
BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bank Indonesia (BI) menilai Sumatera Utara (Sumut) memiliki potensi ekonomi syariah maupun industri halal yang sangat besar. Bila diterapkan, setidaknya akan membantu perekonomian masyarakat.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatera Utara (KPw Sumut) Wiwiek Sisto Widayat mengatakan dari sisi konsumsi produk-produk halal seperti makanan dan minuman, serta fashion memberikan kontribusi terhadap Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) sekitar 15-20 persen per tahun di tanah air ini.

“Selain itu, pesantrennya juga banyak dan kemampuan untuk melakukan konsumsi juga besar, sehingga Sumut memiliki potensi yang cukup besar dalam memberikan kontribusi dalam ekonomi syariah,” sebut Wiwiek kepada wartawan, usai dalam kegiatan Road To Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sumut dengan tema “ Peranan Industri Kreatif Halal dan Konsep Halal Tourism”, di Hotel Adi Mulya Medan, Senin (29/7) siang.

Wiwiek mengungkapkan bahwa ekonomi dan keuangan syariah merupakan salah satu konsep ekonomi tidak hanya untuk umat Islam, tetapi menjadi konsep ekonomi yang memang harus didorong bersama-sama untuk bisa tumbuh dan berkembang di Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam.

Secara global Indonesia merupakan salah satu negara yang pemeluk agama Islamnya terbesar, tetapi disadari ekonomi syariah belum berkembang dibandingkan negara-negara lain yang pemeluk Islamnya sedikit, seperti negara Malaysia.

Dia mengatakan, berdasarkan catatan Thomson Reuters (Perusahaan informasi yang dibentuk melalui pembelian Reuters oleh Thomson Corporation), meskipun Indonesia belum menjadi yang terbesar, namun sudah semakin besar dan masuk dalam rangking 10 besar konsumsi halal dunia.

“Memang kita belum bisa mengalahkan Malaysia yang ekonomi syariahnya semakin maju dan besar. Tetapi kita di dalam proses, Insya Allah kalau ekonomi syariah kita bergerak menjadi besar, ini akan mengalahkan Malaysia, karena dari sisi penduduk lebih besar dari Malaysia,” katanya.

Menurut catatan Tompson lagi, konsumsi populasi Indonesia di dalam produk halal jumlahnya juga cukup tinggi yaitu mencapai USD218 M atau sekitar 20 persen dari PDB nasional, terutama dari sisi makanan, minuman dan fashion.

“Belum lagi dari sisi pengembangan halal tourism, tentu ini akan bisa lebih besar lagi. Namun bagaimana kita bisa mengembangkannya. Kalau ini kita kembangkan terus, ekonomi syariah pasti akan lebih besar dan berkembang mengingat konsumsi dan penduduk Indonesia cukup besar dan bertambah,” tegasnya.

Kalau untuk di Sumut sendiri, lanjutnya, BI melakukan pendekatan dengan UMKM yang terkait dengan syariah dan pesantren. Ini salah satu sentra untuk kegiatan ekonomi syariah.

“Baru-baru ini kita ke Pesantren Raudhatul Hasanah Jl. Jamin Ginting, di sana ada UMKM yang kita kembangkan berupa packing roti, laundry dan ke depan air kemasan untuk mengembangkan produk-produk syariah. Ini akan terus kita kembangkan, untuk mencari sumber-sumber ekonomi syariah baru untuk dikembangkan,” ujarnya.

Di Sumut ada beberapa potensi unggulan yang bisa terus dikembangkan yaitu makanan dan minuman.

“Makanan dan minuman merupakan salah satu hal besar yang memberikan kontribusi besar kepada PDRB kita. Kedua, fashion maupun industri pengolahan yang berkaitan dengan fashion, serta potensi wisata halal,” tandasnya. (gus/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/