31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Rusia Minati CPO Indonesia

MEDAN- Sumatera Utara, sebagai salah satu produsen sawit terbesar di Indonesia, akan menambah negara tujuan ekspornya. Rusia, negara pecahan Uni Soviet ini telah meminta secara langsung kepada Indonesia agar bersedia mengekspor sawit dan turunnya.

Menurut Bendahara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut Laksamana Adyaksa, permintaan Rusia tersebut sudah diajukan saat Indonesia mengadakan kunjungan kerjasama. Tetapi, Indonesia belum mampu memenuhinya, dikarenakan produksi sawit kita sudah sesuai untuk kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor saat ini.

“Saat ini, produksi kita sekitar 20 juta ton hingga 27 juta ton, dan itu hanya cukup memenuhi permintaan dalam negeri dan pasar ekspor. Apalagi, saat ini permintaan sawit dalam negeri terus meningkat,” ujarnya. Saat ini, pasar ekspor kita yaitu India, China, Mesir, Belanda, dan Malaysia.

Dijelaskannya, permintaan langsung dari Rusia ini dikarenakan kebutuhan akan minyak nabati mereka terus meningkat. Sementara itu, selama ini untuk kebutuhan tersebut hanya dipenuhi oleh minyak matahari, dan kedelai. “Seperti pada umumnya masyarakat Eropa, untuk minyak nabati yang mereka kenal hanya itu, dan karena pasokan minyak tersebut mulai turun, maka dialihkan ke sawit,” jelasnya.

Untuk memenuhi permintaan produsen baru tersebut, maka yang harus dilakukan adalah penambahan produksi. Dan untuk menambah produksi ini, dapat dilakukan 2 langkah, yaitu peningkatan produksi dengan lahan yang tersedia, melalui peremajaan, seperti penggunaan bibit unggul dan lahan yang disehatkan kembali. Hal lain yang dapat dilakukan dengan perluasan lahan.

Menurutnya, minimal waktu yang dibutuhkan untuk penjajakan penjualan langsung dengan Rusia minimal 2 tahun. “Tapi kalau untuk pembuatan kontrak cukup cepat, setahun juga dapat,” lanjutnya. Selama ini, kebutuhan sawit untuk Rusia, dibeli berdasarkan penjualanan langsung di Rotterdam, Belanda. “Selain Belanda, India juga sudah meminta secara langsung untuk penambahan ekspor sawit. Ini sangat bagus, tetapi sekali lagi, kita belum bisa memenuhi, karena produksi tidak mencukupi,” sambungnya.

Walaupun permintaan akan sawit Sumut terus meningkat, tetapi hal berbanding bila dilihat melalui volume ekspor Sumut. Realisasi ekspor sawit semester I 2012 sawit hanya 1,790,115,686 ton atau turun 13 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 1,828,768,438 ton.(ram)

MEDAN- Sumatera Utara, sebagai salah satu produsen sawit terbesar di Indonesia, akan menambah negara tujuan ekspornya. Rusia, negara pecahan Uni Soviet ini telah meminta secara langsung kepada Indonesia agar bersedia mengekspor sawit dan turunnya.

Menurut Bendahara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut Laksamana Adyaksa, permintaan Rusia tersebut sudah diajukan saat Indonesia mengadakan kunjungan kerjasama. Tetapi, Indonesia belum mampu memenuhinya, dikarenakan produksi sawit kita sudah sesuai untuk kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor saat ini.

“Saat ini, produksi kita sekitar 20 juta ton hingga 27 juta ton, dan itu hanya cukup memenuhi permintaan dalam negeri dan pasar ekspor. Apalagi, saat ini permintaan sawit dalam negeri terus meningkat,” ujarnya. Saat ini, pasar ekspor kita yaitu India, China, Mesir, Belanda, dan Malaysia.

Dijelaskannya, permintaan langsung dari Rusia ini dikarenakan kebutuhan akan minyak nabati mereka terus meningkat. Sementara itu, selama ini untuk kebutuhan tersebut hanya dipenuhi oleh minyak matahari, dan kedelai. “Seperti pada umumnya masyarakat Eropa, untuk minyak nabati yang mereka kenal hanya itu, dan karena pasokan minyak tersebut mulai turun, maka dialihkan ke sawit,” jelasnya.

Untuk memenuhi permintaan produsen baru tersebut, maka yang harus dilakukan adalah penambahan produksi. Dan untuk menambah produksi ini, dapat dilakukan 2 langkah, yaitu peningkatan produksi dengan lahan yang tersedia, melalui peremajaan, seperti penggunaan bibit unggul dan lahan yang disehatkan kembali. Hal lain yang dapat dilakukan dengan perluasan lahan.

Menurutnya, minimal waktu yang dibutuhkan untuk penjajakan penjualan langsung dengan Rusia minimal 2 tahun. “Tapi kalau untuk pembuatan kontrak cukup cepat, setahun juga dapat,” lanjutnya. Selama ini, kebutuhan sawit untuk Rusia, dibeli berdasarkan penjualanan langsung di Rotterdam, Belanda. “Selain Belanda, India juga sudah meminta secara langsung untuk penambahan ekspor sawit. Ini sangat bagus, tetapi sekali lagi, kita belum bisa memenuhi, karena produksi tidak mencukupi,” sambungnya.

Walaupun permintaan akan sawit Sumut terus meningkat, tetapi hal berbanding bila dilihat melalui volume ekspor Sumut. Realisasi ekspor sawit semester I 2012 sawit hanya 1,790,115,686 ton atau turun 13 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 1,828,768,438 ton.(ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/