25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Hanya Modal Kesabaran (Luar Biasa)

ADA beberapa penyebab bunda berada dalam kondisi berhenti memberi ASI untuk sementara waktu. Misalnya, harus bepergian dalam waktu lama atau menderita penyakit tertentu. Infeksi payudara serta penyakit lain yang mengharuskan bunda bed rest total adalah gangguan fisik yang paling sering membuat bunda berhenti menyusui.

Lantas, bagaimana jika bunda ingin kembali memberikan ASI kepada si kecil? Apakah mungkin kelenjar susu yang sudah berhenti kembali mengeluarkan ASI? Itu mungkin saja, yakni dengan prosedur relaktasi.

Menurut dr Astri Pramarini IBCLC, prinsip relaktasi adalah memaksimalkan kembali produksi ASI bunda meski sudah berhenti beberapa lama. Kecuali penyakit berat yang tidak memungkinkan kelenjar susu bekerja lagi, semua bunda bisa kembali menyusui. Pun, tidak ada batas waktu berapa lama dia berhenti memberi ASI. Artinya, saat pernah jeda beberapa tahun pun, jika dilakukan relaktasi, ASI akan kembali keluar.

”Bahkan, misalnya terjadi skenario terburuk bunda meninggal. Nenek atau tante yang sudah lama tidak menyusui pun bisa menjadi ibu susu sambungan. Meskipun, katakanlah, nenek terakhir menyusui puluhan tahun lalu,” papar Astri. ”Asal dia pernah menyusui, kelenjar susu yang pernah berproduksi bisa berproduksi lagi,” dia.

Jika ingin memulai relaktasi, menurut Astri, tidak ada persiapan yang ribet. Justru yang harus disiapkan secara khusus adalah mental dan kondisi psikologis bunda. Sebab, mulai menyusui kembali memerlukan komitmen tinggi. Selain itu, pada awal-awal relaktasi, ASI tidak bisa langsung lancar sehingga butuh kesabaran luar biasa.

Untuk memancing kelenjar susu berproduksi lagi, hanya ada satu cara. Yakni, dengan stimulasi dari si kecil. Buah hati harus dilatih untuk minum ASI dari payudara bunda lagi dengan mengisap puting dan payudaranya. Perlekatan si kecil dengan payudara bunda serta gerakan mulut menyusu ke payudara adalah hal-hal yang merangsang kelenjar susu berproduksi kembali. ”Selama bunda istirahat menyusui, si kecil hampir pasti minum susu dari botol. Nah, itu biasanya membuat bayi tidak mau lagi minum dari payudara bunda. Soalnya, karakter mengisapnya beda,” papar Astri.

Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) wilayah Sumut Nina Miranda Amalia  menambahkan dukungan dari keluarga sangat mempengaruhi agar relaktasi dapat tercapai. Semakin muda usia bayi, semakin mudah relaktasi dilakukan dan berhasil,” jelasnya.

Memulai suatu relaktasi dapat dilakukan dengan menghentikan penggunaan dot atau pemberian susu formula pada bayi. “Karena si bayi sudah terbiasa dengan penggunaan dot, jadi penggunaan ini harus dihentikan dengan cara memberi susu dengan menggunakan sendok agar bayi lupa pada dot nya,” terangnya.

Selanjutnya, dekatkan bayi pada payudara ibu agar terjadi kontak antara kulit ibu dan bayi nya. “Perlu dirangsang, karena waktunya yang tidak cepat. Memang tidak mudah, untuk itu, si ibu harus mendekatkan bayi ke dada agar terjadi keakraban antara ibu dan bayi nya. Tapi itu tadi, si ibu harus komitmen melakukannya, jangan langsung menyerah,” ucapnya lagi.

Sehari dua hari relaktasi, ASI mungkin tidak langsung keluar, yang membuat si kecil frustrasi. Jangan tergoda memberinya makan dari botol karena dia akan semakin malas menyusu. Sebagai pendukung, bunda bisa memakai alat bantu relaktasi berupa lactation aid. Bentuknya macam-macam. Bisa berupa botol dan selang. Jadi, air susu formula atau ASI donor dialirkan ke mulut si kecil di dekat puting payudara bunda. Atau, kalau ingin lebih sederhana lagi, susu cukup ditaruh di sendok, lalu diteteskan ke puting bunda. Dengan demikian, si kecil bisa minum seolah-olah dari bunda. Yang penting adalah pelekatan (skin to skin contact) bunda dengan si kecil. Disamping itu, bunda wajib memiliki pendamping. Bisa nenek, tante, atau jika perlu konselor ASI profesional. Selain untuk mendampingi secara psikologis, bisa membantu tekniknya.

Momen adaptasi si kecil serta stimulasi produksi ASI itu berbeda tiap bunda. Ada yang baru tiga hari ASI langsung lancar lagi, sementara pada bunda lain membutuhkan waktu lebih panjang. Namun, Astri menyebut, rata-rata proses awal relaktasi membutuhkan waktu dua hingga tiga pekan. Selama masa-masa itu, usahakan perlekatan bunda dan bayi maksimal. Dekatkan si kecil ke payudara sesering mungkin. (mag-11/jpnn)

ADA beberapa penyebab bunda berada dalam kondisi berhenti memberi ASI untuk sementara waktu. Misalnya, harus bepergian dalam waktu lama atau menderita penyakit tertentu. Infeksi payudara serta penyakit lain yang mengharuskan bunda bed rest total adalah gangguan fisik yang paling sering membuat bunda berhenti menyusui.

Lantas, bagaimana jika bunda ingin kembali memberikan ASI kepada si kecil? Apakah mungkin kelenjar susu yang sudah berhenti kembali mengeluarkan ASI? Itu mungkin saja, yakni dengan prosedur relaktasi.

Menurut dr Astri Pramarini IBCLC, prinsip relaktasi adalah memaksimalkan kembali produksi ASI bunda meski sudah berhenti beberapa lama. Kecuali penyakit berat yang tidak memungkinkan kelenjar susu bekerja lagi, semua bunda bisa kembali menyusui. Pun, tidak ada batas waktu berapa lama dia berhenti memberi ASI. Artinya, saat pernah jeda beberapa tahun pun, jika dilakukan relaktasi, ASI akan kembali keluar.

”Bahkan, misalnya terjadi skenario terburuk bunda meninggal. Nenek atau tante yang sudah lama tidak menyusui pun bisa menjadi ibu susu sambungan. Meskipun, katakanlah, nenek terakhir menyusui puluhan tahun lalu,” papar Astri. ”Asal dia pernah menyusui, kelenjar susu yang pernah berproduksi bisa berproduksi lagi,” dia.

Jika ingin memulai relaktasi, menurut Astri, tidak ada persiapan yang ribet. Justru yang harus disiapkan secara khusus adalah mental dan kondisi psikologis bunda. Sebab, mulai menyusui kembali memerlukan komitmen tinggi. Selain itu, pada awal-awal relaktasi, ASI tidak bisa langsung lancar sehingga butuh kesabaran luar biasa.

Untuk memancing kelenjar susu berproduksi lagi, hanya ada satu cara. Yakni, dengan stimulasi dari si kecil. Buah hati harus dilatih untuk minum ASI dari payudara bunda lagi dengan mengisap puting dan payudaranya. Perlekatan si kecil dengan payudara bunda serta gerakan mulut menyusu ke payudara adalah hal-hal yang merangsang kelenjar susu berproduksi kembali. ”Selama bunda istirahat menyusui, si kecil hampir pasti minum susu dari botol. Nah, itu biasanya membuat bayi tidak mau lagi minum dari payudara bunda. Soalnya, karakter mengisapnya beda,” papar Astri.

Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) wilayah Sumut Nina Miranda Amalia  menambahkan dukungan dari keluarga sangat mempengaruhi agar relaktasi dapat tercapai. Semakin muda usia bayi, semakin mudah relaktasi dilakukan dan berhasil,” jelasnya.

Memulai suatu relaktasi dapat dilakukan dengan menghentikan penggunaan dot atau pemberian susu formula pada bayi. “Karena si bayi sudah terbiasa dengan penggunaan dot, jadi penggunaan ini harus dihentikan dengan cara memberi susu dengan menggunakan sendok agar bayi lupa pada dot nya,” terangnya.

Selanjutnya, dekatkan bayi pada payudara ibu agar terjadi kontak antara kulit ibu dan bayi nya. “Perlu dirangsang, karena waktunya yang tidak cepat. Memang tidak mudah, untuk itu, si ibu harus mendekatkan bayi ke dada agar terjadi keakraban antara ibu dan bayi nya. Tapi itu tadi, si ibu harus komitmen melakukannya, jangan langsung menyerah,” ucapnya lagi.

Sehari dua hari relaktasi, ASI mungkin tidak langsung keluar, yang membuat si kecil frustrasi. Jangan tergoda memberinya makan dari botol karena dia akan semakin malas menyusu. Sebagai pendukung, bunda bisa memakai alat bantu relaktasi berupa lactation aid. Bentuknya macam-macam. Bisa berupa botol dan selang. Jadi, air susu formula atau ASI donor dialirkan ke mulut si kecil di dekat puting payudara bunda. Atau, kalau ingin lebih sederhana lagi, susu cukup ditaruh di sendok, lalu diteteskan ke puting bunda. Dengan demikian, si kecil bisa minum seolah-olah dari bunda. Yang penting adalah pelekatan (skin to skin contact) bunda dengan si kecil. Disamping itu, bunda wajib memiliki pendamping. Bisa nenek, tante, atau jika perlu konselor ASI profesional. Selain untuk mendampingi secara psikologis, bisa membantu tekniknya.

Momen adaptasi si kecil serta stimulasi produksi ASI itu berbeda tiap bunda. Ada yang baru tiga hari ASI langsung lancar lagi, sementara pada bunda lain membutuhkan waktu lebih panjang. Namun, Astri menyebut, rata-rata proses awal relaktasi membutuhkan waktu dua hingga tiga pekan. Selama masa-masa itu, usahakan perlekatan bunda dan bayi maksimal. Dekatkan si kecil ke payudara sesering mungkin. (mag-11/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/