Drg Annita, Pendiri Yayasan Suara Kebenaran
Membantu sesama bagi wanita bertubuh mungil ini adalah kewajiban. Bagi ibu 2 orang anak ini uang bukan segalanya, sehingga dirinya ikhlas memberi dan membantu.
Sejak bersekolah di Kota Medan, wanita kelahiran Kabanjahe ini sudah mulai membiasakan dirinya untuk membantu sesama. Apalagi, saat itu dirinya jauh dari keluarga, sehingga orang-orang disekitarnya dianggap sebagai bagian dari keluarga. “Selain itu, kebiasaan saling membantu itu sudah dibiasakan oleh orangtua saya, terutama ayah yang di kampung merupakan salah satu tetua,”ujar drg Annita.
Kebiasaan membantu ini juga yang memotivasi dirinya bersama dengan kawan-kawan membangun sebuah Yayasan Suara Kebenaran yang melayani berbagai orang kurang mampu. Mulai dari yang tua hingga muda, putus sekolah, dan lainnya. “Rasanya senang saja. Walau harus melalui yayasan atau uang sendiri. Yang pasti, saya membantu dengan ikhlas dan sama sekali tidak merasa kekurangan dengan apapun yang saya keluarkan,” lanjutnya.
Sejak 5 tahun terakhir, dokter yang akrab disapa Nita ini mulai aktif dalam berbagai kegiatan. Mulai dari memberikan bantuan bencana banjir, pengobatan gratis, dan lainnya. Keberuntungan menaungi kesenangannya dalam membantu ini.
Walau awalnya, suami dan anaknya sedikit protes, akhirnya mereka bisa menerima dengan lapang dada sifat sang ibu tersebut. “Kalau suami, saya ajak langsung ke daerah yang saya bantu. Kebetulan saat itu di Samosir, bedah rumah petani yang terbuat dari karton, dan usianya 80 tahun. Akhirnya suami saya berkata, bahwa memang yang saya bantu adalah yang pantas dibantu,” tambahnya.
Yang agak sedikit sulit adalah memberi pemahman kepada anak-anaknya. Mengingat, saat ini buah hatinya sedang tumbuh menjadi remaja. “Kalau sudah handphone saya berdering malam-malam, anak-anak pasti bilang, mau kemana lagi, atau beri bantuan apa lagi?. Untuk memberikan sedikit masukan, saya bilang ke anak, apakah perlu saya berhenti memberi bantuan, dan diam dirumah saja dengan mereka?, langsung anak saya menggeleng,” ungkap ibu dari Fialdy Josua Patti dan Gamael Andreas sambil tersenyum.
Disadarinya, kehadirannya yang tidak seratus persen untuk keluarganya membuat dirinya harus mengorbankan waktu istirahat. “Jadi, setiap hari jam 5 pagi saya sudah bangun, siapkan sarapan anak-anak ke sekolah, dan lainnya. Saya rela capek asal keluarga kecil saya bahagia dan menyadari bahwa saya ada,” tambahnya.
Dengan segala kesibukkanya, akhirnya waktu yang dikorbankannya adalah bersocialita dengan teman-teman nya. “Saya termasuk jarang. Paling sering bergaul dengan teman sesama bansos (bantuan sosial). Sisanya saya lebih memilih keluarga, kerja, dan keluarga besar,”lanjutnya.
Berbicara soal kecantikan, untuk dirinya pribadi, melakukan perawatan kecantikan merupakan bentuk penghormatan akan kinerjanya sendiri. “Masak badan saya sudah letih, saya tidak dapat tampil rapi?. Bagi saya, seorang pekerja sosial, harus tetap rapi, cantik, dan lainnya. Logikanya begini, kalau dia tidak dapat merawat dirinya sendiri, bagaimana bisa merawat orang lain?,” tutupnya. (ram)