26 C
Medan
Sunday, November 10, 2024
spot_img

Senang Belajar Budaya Indonesia

Kathryn Crockart tidak pernah menyangka akan tinggal di Indonesia, tepatnya di Medan menjadi Konsul Amerika Serikat untuk Sumatera. Namun ia mengaku senang dapat belajar berbagai budaya Indonesia, khususnya di Sumatera, bahkan ia terus belajar dan melatih kecakapannya berbicara dalam Bahasa indonesia.

Kathryn Crockart
Kathryn Crockart

Kathryn, berada di Medan bersama suami dan kedua puterinya setelah ia bergabung dengan Departemen Luar Negeri pada tahun 1999 dan tiba di Medan untuk mengambil tugasnya di American Present Post di Medan pada Agustus 2011. Sebelumnya Kathryn juga pernah menjabat sebagai Atase Pers dan Juru Bicara Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur, Malaysia, dari 2005-2008. Bersama keluarganya dia sangat senang bisa tinggal di Indonesia.

Hal ini diakui Kathryn kepada Sumut Pos beberapa waktu lalu saat ia berkunjung ke redaksi Sumut Pos gedung Graha Pena. “Saya suka tinggal di Indonesia, budayanya yang beragam membuat saya betah. Saya terkejut, kalau di negara saya menikah itu simple saja, tapi di Indonesia, orang yang menikah itu, penampilannya sangat bagus. Dengan hiasan di kepala juga pakaiannya sangat luar biasa. Begitupun orang-orangnya sangat friendly,” katanya.

Tambah Kathryn, ia juga terus berusaha belajar agar dapat bisa berbicara dengan Bahasa Indonesia. “Saya selalu mencoba untuk berbicara dengan bahasa. Tapi saya suka bingung, misalnya saat saya mau bilang kepala menjadi kelapa. Banyak kata-kata yang masih membuat saya bingung dan dengan bahasa saya sangat sulit untuk menjelaskan suatu hal secara mendalam,” ujar ibu dari 2 puteri ini.
Untuk itu, Kathryn mengaku harus selalu menggunakan bantuan translater. “Makanya saya masih pakai bantuan translater karena tidak semua juga bisa mengerti bahasa English. Tapi saya tetap akan terus belajar,” katanya.

Saat ditanya apakah ia pernah stuck atau bosan, Kathryn mengaku tidak pernah. “Memang susah yah kalau berbicara harus pakai penerjemah, saya harus memiliki waktu yang lebih banyak dan terkadang menjadi tidak adil dengan lainnya. Saya pernah baca bahasa Aceh, Batak atau Melayu tapi saya malah tidak mengerti artinya. Tapi saya tidak pernah bosan, sebaliknya, saya semakin penasaran dan ingin tahu. Hanya saja, saya kasihan lihat penerjemah saya,” ujar wanita tinggi yang besar di Greensboro, North Carolina ini.

Bukan hanya belajar berbahasa Indonesia, ia juga berusaha menyesuaikan pakaiannya di Medan. Bahkan Kathryn mengaku memiliki beberapa koleksi kebaya. “Untuk pakaian tidak ada masalah, bahkan karyawan saya suka memberi saran kepada saya untuk menggunakan pakaian yang seperti apa dalam beberapa acara, kalau harus pakai tudung juga saya lakukan, tidak ada masalah. Saya selalu berusaha untuk menyesuaikan. Kebaya yang ada satu dari Malaysia dan satu dari Indonesia,” ujar mantan jurnalis lulusan kehormatan dari University of North Carolina di Chapel Hill ini. (put)

Kathryn Crockart tidak pernah menyangka akan tinggal di Indonesia, tepatnya di Medan menjadi Konsul Amerika Serikat untuk Sumatera. Namun ia mengaku senang dapat belajar berbagai budaya Indonesia, khususnya di Sumatera, bahkan ia terus belajar dan melatih kecakapannya berbicara dalam Bahasa indonesia.

Kathryn Crockart
Kathryn Crockart

Kathryn, berada di Medan bersama suami dan kedua puterinya setelah ia bergabung dengan Departemen Luar Negeri pada tahun 1999 dan tiba di Medan untuk mengambil tugasnya di American Present Post di Medan pada Agustus 2011. Sebelumnya Kathryn juga pernah menjabat sebagai Atase Pers dan Juru Bicara Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur, Malaysia, dari 2005-2008. Bersama keluarganya dia sangat senang bisa tinggal di Indonesia.

Hal ini diakui Kathryn kepada Sumut Pos beberapa waktu lalu saat ia berkunjung ke redaksi Sumut Pos gedung Graha Pena. “Saya suka tinggal di Indonesia, budayanya yang beragam membuat saya betah. Saya terkejut, kalau di negara saya menikah itu simple saja, tapi di Indonesia, orang yang menikah itu, penampilannya sangat bagus. Dengan hiasan di kepala juga pakaiannya sangat luar biasa. Begitupun orang-orangnya sangat friendly,” katanya.

Tambah Kathryn, ia juga terus berusaha belajar agar dapat bisa berbicara dengan Bahasa Indonesia. “Saya selalu mencoba untuk berbicara dengan bahasa. Tapi saya suka bingung, misalnya saat saya mau bilang kepala menjadi kelapa. Banyak kata-kata yang masih membuat saya bingung dan dengan bahasa saya sangat sulit untuk menjelaskan suatu hal secara mendalam,” ujar ibu dari 2 puteri ini.
Untuk itu, Kathryn mengaku harus selalu menggunakan bantuan translater. “Makanya saya masih pakai bantuan translater karena tidak semua juga bisa mengerti bahasa English. Tapi saya tetap akan terus belajar,” katanya.

Saat ditanya apakah ia pernah stuck atau bosan, Kathryn mengaku tidak pernah. “Memang susah yah kalau berbicara harus pakai penerjemah, saya harus memiliki waktu yang lebih banyak dan terkadang menjadi tidak adil dengan lainnya. Saya pernah baca bahasa Aceh, Batak atau Melayu tapi saya malah tidak mengerti artinya. Tapi saya tidak pernah bosan, sebaliknya, saya semakin penasaran dan ingin tahu. Hanya saja, saya kasihan lihat penerjemah saya,” ujar wanita tinggi yang besar di Greensboro, North Carolina ini.

Bukan hanya belajar berbahasa Indonesia, ia juga berusaha menyesuaikan pakaiannya di Medan. Bahkan Kathryn mengaku memiliki beberapa koleksi kebaya. “Untuk pakaian tidak ada masalah, bahkan karyawan saya suka memberi saran kepada saya untuk menggunakan pakaian yang seperti apa dalam beberapa acara, kalau harus pakai tudung juga saya lakukan, tidak ada masalah. Saya selalu berusaha untuk menyesuaikan. Kebaya yang ada satu dari Malaysia dan satu dari Indonesia,” ujar mantan jurnalis lulusan kehormatan dari University of North Carolina di Chapel Hill ini. (put)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/