25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Tersangka: Mana Anak Saya, Mana Anak Saya…?

Desi Ariani, si penculik bayi Boru Manurung.
Desi Ariani, si penculik bayi Boru Manurung.

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Desi Ariani (32), pelaku penculikan bayi pasangan Toni Manurung (26) dan Lasmaria boru Manulang (23), hingga kini masih menjalani perawatan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS).

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Martinus Sitompul, mengatakan, hingga kini penyidik belum bisa memeriksa Desi. Pelaku masih kesulitan diajak berkomunikasi.

”Sekarang masih dirawat. Kalau pun ditanya, pelaku bilang mana anak saya, mana anak saya?” tutur Martin menirukan pernyataan pelaku, Senin (31/3).

Atas kondisi itu, lanjut Martin, pihaknya tidak bisa memaksa pelaku untuk diinterogasi. Hal itu baru bisa dilakukan setelah pihak dokter menyatakan Desi siap secara fisik dan psikis.

”Tentunya kami pertama akan mementingkan kondisi kesehatan pelaku dulu. Kami tidak bisa memaksakan untuk memeriksanya,” katanya.

Dugaan sementara, Desi menculik bayi karena ingin menyenangkan suaminya dengan berpura-pura sudah melahirkan anak. Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan suami tersangka SM.

Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Mashudi mengatakan, pihaknya belum bisa memeriksa tersangka langsung karena masih dalam perawatan di RSHS akibat upaya bunuh diri di jembatan layang Pasupati, Bandung.

“Kami belum bisa periksa tersangka, tapi kalau hasil dari keterangan suaminya bahwa pelaku ingin menyenangkan suami,” katanya, Minggu (30/3).

Menurut dia, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap suami tersangka diketahui bahwa hubungan suami istri ini tak harmonis. Tersangka menikah dengan SM Juli 2013. Pertama menikah, mereka sudah terlibat cekcok. Setelah itu, Desi meninggalkan suaminya selama tiga bulan. Ketika Desi pulang kembali ke suaminya, dia mengaku sudah hamil tiga bulan.

“Sehingga pada bulan kemarin pas melahirkan (waktu penculikan). Ini yang disampaikan tersangka kepada suaminya, sehingga suami merasa senang,” jelasnya.

Suami tersangka, sambung Mashudi, memang sempat curiga dengan kedatangan istrinya yang membawa anak. Desi mengaku bahwa dia baru saja melahirkan. Apalagi pasca melahirkan Desy terlihat segar.

Dia menambahkan, belum melihat indikasi adanya sindikat dalam kasus yang membetot perhatian publik ini. Termasuk dalam rekaman CCTV yang menangkap bahwa pelaku melakukan komunikasi melalui telepon genggamnya.

“Makanya kita ingin lihat dulu kalau sudah periksa tersangka,” ujarnya.

 

JARANG DIAMBIL ORGAN TUBUHNYA

Kriminolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yesmil Anwar, mengatakan, penculikan bayi memiliki berbagai motif. Namun secara umum, bayi diculik untuk diperjualbelikan. “Kalau ada demand (permintaan), suplai pasti harus dipenuhi,” ujar Yesmil.

Suplai itu yang kemudian dipenuhi pelaku penculikan bayi, baik yang terorganisasi (sindikat) maupun perorangan.

“Pertanyaannya, permintaan ini berasal dari mana? Apakah ini bentuk yang terorganisasi atau seperti apa?” ungkapnya.

Garis ‘konsumen’ dan ‘produsen’ penjualan bayi itu yang kemudian harus diungkap kepolisian. Sehingga ke depan aksi penculikan dan penjualan bayi tidak terjadi lagi.

Saat disinggung apakah penculikan bayi berujung pada pengambilan organ tubuhnya, Yesmil menyatakan hal itu jarang terjadi. “Bayi itu jarang diambil organ tubuhnya,” ucapnya.

Pengambilan organ tubuh biasanya terjadi pada orang dewasa. “Kalau bayi itu biasanya dipelihara (pembeli),” tandasnya. (net/bbs)

Desi Ariani, si penculik bayi Boru Manurung.
Desi Ariani, si penculik bayi Boru Manurung.

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Desi Ariani (32), pelaku penculikan bayi pasangan Toni Manurung (26) dan Lasmaria boru Manulang (23), hingga kini masih menjalani perawatan di Ruang Kemuning Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS).

Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Martinus Sitompul, mengatakan, hingga kini penyidik belum bisa memeriksa Desi. Pelaku masih kesulitan diajak berkomunikasi.

”Sekarang masih dirawat. Kalau pun ditanya, pelaku bilang mana anak saya, mana anak saya?” tutur Martin menirukan pernyataan pelaku, Senin (31/3).

Atas kondisi itu, lanjut Martin, pihaknya tidak bisa memaksa pelaku untuk diinterogasi. Hal itu baru bisa dilakukan setelah pihak dokter menyatakan Desi siap secara fisik dan psikis.

”Tentunya kami pertama akan mementingkan kondisi kesehatan pelaku dulu. Kami tidak bisa memaksakan untuk memeriksanya,” katanya.

Dugaan sementara, Desi menculik bayi karena ingin menyenangkan suaminya dengan berpura-pura sudah melahirkan anak. Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan suami tersangka SM.

Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Mashudi mengatakan, pihaknya belum bisa memeriksa tersangka langsung karena masih dalam perawatan di RSHS akibat upaya bunuh diri di jembatan layang Pasupati, Bandung.

“Kami belum bisa periksa tersangka, tapi kalau hasil dari keterangan suaminya bahwa pelaku ingin menyenangkan suami,” katanya, Minggu (30/3).

Menurut dia, berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap suami tersangka diketahui bahwa hubungan suami istri ini tak harmonis. Tersangka menikah dengan SM Juli 2013. Pertama menikah, mereka sudah terlibat cekcok. Setelah itu, Desi meninggalkan suaminya selama tiga bulan. Ketika Desi pulang kembali ke suaminya, dia mengaku sudah hamil tiga bulan.

“Sehingga pada bulan kemarin pas melahirkan (waktu penculikan). Ini yang disampaikan tersangka kepada suaminya, sehingga suami merasa senang,” jelasnya.

Suami tersangka, sambung Mashudi, memang sempat curiga dengan kedatangan istrinya yang membawa anak. Desi mengaku bahwa dia baru saja melahirkan. Apalagi pasca melahirkan Desy terlihat segar.

Dia menambahkan, belum melihat indikasi adanya sindikat dalam kasus yang membetot perhatian publik ini. Termasuk dalam rekaman CCTV yang menangkap bahwa pelaku melakukan komunikasi melalui telepon genggamnya.

“Makanya kita ingin lihat dulu kalau sudah periksa tersangka,” ujarnya.

 

JARANG DIAMBIL ORGAN TUBUHNYA

Kriminolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yesmil Anwar, mengatakan, penculikan bayi memiliki berbagai motif. Namun secara umum, bayi diculik untuk diperjualbelikan. “Kalau ada demand (permintaan), suplai pasti harus dipenuhi,” ujar Yesmil.

Suplai itu yang kemudian dipenuhi pelaku penculikan bayi, baik yang terorganisasi (sindikat) maupun perorangan.

“Pertanyaannya, permintaan ini berasal dari mana? Apakah ini bentuk yang terorganisasi atau seperti apa?” ungkapnya.

Garis ‘konsumen’ dan ‘produsen’ penjualan bayi itu yang kemudian harus diungkap kepolisian. Sehingga ke depan aksi penculikan dan penjualan bayi tidak terjadi lagi.

Saat disinggung apakah penculikan bayi berujung pada pengambilan organ tubuhnya, Yesmil menyatakan hal itu jarang terjadi. “Bayi itu jarang diambil organ tubuhnya,” ucapnya.

Pengambilan organ tubuh biasanya terjadi pada orang dewasa. “Kalau bayi itu biasanya dipelihara (pembeli),” tandasnya. (net/bbs)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/