30.6 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Aceh Tempat Favorit Petani Ganja

Ladang ganja – Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Penyalahgunaan ganja masih marak. Menyadari hal ini, pemerintah tidak tinggal diam menyikapi persoalan itu. Ditambah Provinsi Aceh adalah tempat favorit petani ganja. Tidak kurang 428 ribu hektare kebun ganja sudah terdeteksi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di provinsi tersebut.

Hal tersebut Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso. Dia menjelaskan, saat ini Indonesia menjadi salah satu produsen ganja.Dalam waktu dekat, pemerintah bakal mengambil langkah strategis guna menekan resiko penyalahgunaan tanaman tersebut. Di antaranya mengajak petani ganja beralih ke tanaman produktif yang memiliki nilai ekonomi. “Itu yang kami temukan dan kami laporkan,” ucap Budi kemarin (21/2).

Pria yang akrab dipanggil Buwas itu mengaku, angka tersebut masih mungkin bertambah. Sebab, tidak menutup kemungkinan masih ada kebun ganja yang belum terdeteksi oleh BNN. Bukan hanya di Provinsi Aceh, melainkan di daerah lain. “Sudah merebak ke beberapa daerah. Termasuk Papua yang sudah memproduksi ganja,” terang dia.

Menurut Buwas, ganja merupakan narkotika golongan satu yang menjadi incaran anak muda. Sebab, harganya relatif murah. Karena itu, efek penyalahgunaan ganja berbahaya. Apabila pemerintah tidak kunjung mengambil langkah, masa depan kaum muda tanah air terancam. Untuk itu, pemerintah mencari solusi.

Disamping meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ganja, mengajak petani ganja beralih ke tanaman lain dinilai efektif. Tentu, bukan sembarang tanaman. Pemerintah tetap mempertimbangkan nilai ekonomi. Mereka bakal mencari formula agar tanaman pengganti ganja dapat mensejahterakan para petani.

Dengan begitu, mereka tidak akan menolak ketika diajak meninggalkan ganja. Sehingga niatan mengurangi resiko penyalahgunaan ganja terwujud. “Syukur-syukur bisa menghilangkan tanaman ganja di Indonesia,” kata Buwas.  Dengan begitu, bukan hanya mengurangi resiko penyalahgunaan ganja, dampak lain pun teratasi. Buwas mengaku, niatan itu sulit tercapai apabila BNN bekerja sendiri. Mereka membutuhkan bantuan kementerian dan lembaga lain. Di antaranya Polri dan Kementerian Pertanian (Kementan). “Tidak semudah membalik telapak tangan,” ungkap dia.

Bersama kementerian dan lembaga lain, BNN mencari formula yang pas. Itu perlu untuk kebutuhan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Buwas mencontohkan, cabai dan jagung bisa menjadi tanaman pengganti untuk jangka pendek.  Sedangkan jangka menengah, mereka bisa mengajak petani menanam kopi. “Untuk jangka panjang bisa tanaman lain,” ujarnya. “Nanti perlu kesepakatan Kementan,” tambah dia.

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri itu menyebutkan, langkah strategis yang diambil pemerintah bakal berjalan sampai 25 tahun ke depan. Tidak satu atau dua tahun saja. Untuk tahap awal, Provinsi Aceh menjadi prioritas. Langkah serupa bakal dilakukan di wilayah lain apabila sudah keluar kebijakan nasional.

Guna memetakan petani ganja yang akan diajak beralih ke tanaman lain, BNN akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah (pemda) setempat. Yang pasti, instansinya fokus menjalankan langkah itu di Provinsi Aceh. Selain itu, memutus rantai dari produsen ke konsumen juga menjadi perhatian mereka. “Kebutuhan dan suplainya kami hilangkan,” jelasnya.

Soal penegakan hukum, Buwas memastikan, tetap berjalan. Khususnya terhadap oknum dibalik petani ganja. “Bukan berarti dengan menanam ganja mereka (petani ganja) melakukan kejahatan,” terang dia. “Ada yang membiayai,” tambahnya. Karena itu nilai ekonomi tanaman pengganti penting. Sebab, menyangkut kesejahteraan petani. (syn/jpg/yaa)

Ladang ganja – Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Penyalahgunaan ganja masih marak. Menyadari hal ini, pemerintah tidak tinggal diam menyikapi persoalan itu. Ditambah Provinsi Aceh adalah tempat favorit petani ganja. Tidak kurang 428 ribu hektare kebun ganja sudah terdeteksi oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di provinsi tersebut.

Hal tersebut Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso. Dia menjelaskan, saat ini Indonesia menjadi salah satu produsen ganja.Dalam waktu dekat, pemerintah bakal mengambil langkah strategis guna menekan resiko penyalahgunaan tanaman tersebut. Di antaranya mengajak petani ganja beralih ke tanaman produktif yang memiliki nilai ekonomi. “Itu yang kami temukan dan kami laporkan,” ucap Budi kemarin (21/2).

Pria yang akrab dipanggil Buwas itu mengaku, angka tersebut masih mungkin bertambah. Sebab, tidak menutup kemungkinan masih ada kebun ganja yang belum terdeteksi oleh BNN. Bukan hanya di Provinsi Aceh, melainkan di daerah lain. “Sudah merebak ke beberapa daerah. Termasuk Papua yang sudah memproduksi ganja,” terang dia.

Menurut Buwas, ganja merupakan narkotika golongan satu yang menjadi incaran anak muda. Sebab, harganya relatif murah. Karena itu, efek penyalahgunaan ganja berbahaya. Apabila pemerintah tidak kunjung mengambil langkah, masa depan kaum muda tanah air terancam. Untuk itu, pemerintah mencari solusi.

Disamping meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ganja, mengajak petani ganja beralih ke tanaman lain dinilai efektif. Tentu, bukan sembarang tanaman. Pemerintah tetap mempertimbangkan nilai ekonomi. Mereka bakal mencari formula agar tanaman pengganti ganja dapat mensejahterakan para petani.

Dengan begitu, mereka tidak akan menolak ketika diajak meninggalkan ganja. Sehingga niatan mengurangi resiko penyalahgunaan ganja terwujud. “Syukur-syukur bisa menghilangkan tanaman ganja di Indonesia,” kata Buwas.  Dengan begitu, bukan hanya mengurangi resiko penyalahgunaan ganja, dampak lain pun teratasi. Buwas mengaku, niatan itu sulit tercapai apabila BNN bekerja sendiri. Mereka membutuhkan bantuan kementerian dan lembaga lain. Di antaranya Polri dan Kementerian Pertanian (Kementan). “Tidak semudah membalik telapak tangan,” ungkap dia.

Bersama kementerian dan lembaga lain, BNN mencari formula yang pas. Itu perlu untuk kebutuhan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Buwas mencontohkan, cabai dan jagung bisa menjadi tanaman pengganti untuk jangka pendek.  Sedangkan jangka menengah, mereka bisa mengajak petani menanam kopi. “Untuk jangka panjang bisa tanaman lain,” ujarnya. “Nanti perlu kesepakatan Kementan,” tambah dia.

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri itu menyebutkan, langkah strategis yang diambil pemerintah bakal berjalan sampai 25 tahun ke depan. Tidak satu atau dua tahun saja. Untuk tahap awal, Provinsi Aceh menjadi prioritas. Langkah serupa bakal dilakukan di wilayah lain apabila sudah keluar kebijakan nasional.

Guna memetakan petani ganja yang akan diajak beralih ke tanaman lain, BNN akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah (pemda) setempat. Yang pasti, instansinya fokus menjalankan langkah itu di Provinsi Aceh. Selain itu, memutus rantai dari produsen ke konsumen juga menjadi perhatian mereka. “Kebutuhan dan suplainya kami hilangkan,” jelasnya.

Soal penegakan hukum, Buwas memastikan, tetap berjalan. Khususnya terhadap oknum dibalik petani ganja. “Bukan berarti dengan menanam ganja mereka (petani ganja) melakukan kejahatan,” terang dia. “Ada yang membiayai,” tambahnya. Karena itu nilai ekonomi tanaman pengganti penting. Sebab, menyangkut kesejahteraan petani. (syn/jpg/yaa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/