32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Warisan Dihibah ke Panti

SUMUTPOS.CO – Di usianya yang bakal sama-sama memasuki (70), pasangan suami istri, sebut Tongat dan Butet memilih hidup ngekos daripada harus ikut ketiga anaknya yang sudah berumah tangga.

Selain sering dibentak, kakek-nenek tiga cucu itu merasa anak-anaknya sering berebut warisan. Dalam kondisi tubuh yang sudah tua, keduanya datang ke Pengadilan Agama.

Mereka ingin berkonsultasi dengan beberapa pengacara soal keputusan keduanya yang ingin menghibahkan hasil penjualan rumah kepada yayasan yatim piatu.

“Rumah dan tanahnya pas di belakang supermarket. Ya…luasannya bisa mencapai 335 meter persegi. Lumayan kalau buat parkiran maupun gudang,” kata Tongat.

Beberapa orang sudah menawar tanah itu. Bahkan ada yang menawar Rp3 miliar sampai Rp5 miliar, karena lokasinya memang sangat strategis.

“Sekarang ditempati dua anak dan mantu saya. Yang satunya, tinggal di rumah mertuanya. Saya sih enggak papa mereka tinggali. Rencananya bahkan saya bagi. Lha, tapi saya dan ibunya dimarahin terus,” kata veteran itu.

Malang memang nasib keduanya. Di rumahnya sendiri keduanya harus terusir. Kejadiannya yakni ketika Togap, putra keduanya sedang teramat sangat marah. Hampir empat bulan nganggur dan tidak memiliki pendapatan.

Sebagai orang tua, Tongat meminta Togap bersabar dan berdoa. Akan tetapi, justru Butet ditendang hingga tulang iganya sakit. Ironisnya, istrinya pun emosi dan mengusir mereka.

Tak hanya anak kedua dan mantunya, anak pertama serta si bungsu pun tampak tak mau bersabar dengan kondisi mereka. Seringkali Tongat dan Butet dipukuli oleh anak-anaknya.

“Saya juga enggak nyangka mereka kok bisa segitunya sama orang tua. Saya hanya berdoa semoga mereka sukses. Kalau kami sih umurnya sudah tua, berharap yang terbaik bagi mereka,” jelas Tongat.

Upaya Tongat untuk memberikan hasil penjualan rumahnya kepada yayasan yatim piatu, ternyata diketahui oleh putri keduanya, sebut Memey. Dia datang ke PA dan mencari kedua orang tuanya. Memey mengetahui niat penjualan rumah itu, yakni dari makelar penjualan rumah.

“Bapak ibuk jangan jahat sama anak-anakmu. Sudah tidak bisa ngertiin anak, malah enggak ngasih apa-apa. Jadi orangtua jangan kurang ajar sama anak,” kata Memey mengumpat orang tuanya.

Melihat Memey emosional dan hampir mengobrak-abrik orang tuanya, satpam dan pengunjung PA marah. Mereka justru menarik tangan Memey dan menyuruhnya pergi. Beberapa dari mereka ada yang akan menelepon polisi. “Kualat kau sama orangtua,” kata beberapa pengunjung PA.

Sementara itu, Butet tampak menangis sambil sesekali menjerit. Sang suami terus meminta istrinya diam. Mereka pun akhirnya ditenangkan di warung belakang PA. (jpg/ras)

SUMUTPOS.CO – Di usianya yang bakal sama-sama memasuki (70), pasangan suami istri, sebut Tongat dan Butet memilih hidup ngekos daripada harus ikut ketiga anaknya yang sudah berumah tangga.

Selain sering dibentak, kakek-nenek tiga cucu itu merasa anak-anaknya sering berebut warisan. Dalam kondisi tubuh yang sudah tua, keduanya datang ke Pengadilan Agama.

Mereka ingin berkonsultasi dengan beberapa pengacara soal keputusan keduanya yang ingin menghibahkan hasil penjualan rumah kepada yayasan yatim piatu.

“Rumah dan tanahnya pas di belakang supermarket. Ya…luasannya bisa mencapai 335 meter persegi. Lumayan kalau buat parkiran maupun gudang,” kata Tongat.

Beberapa orang sudah menawar tanah itu. Bahkan ada yang menawar Rp3 miliar sampai Rp5 miliar, karena lokasinya memang sangat strategis.

“Sekarang ditempati dua anak dan mantu saya. Yang satunya, tinggal di rumah mertuanya. Saya sih enggak papa mereka tinggali. Rencananya bahkan saya bagi. Lha, tapi saya dan ibunya dimarahin terus,” kata veteran itu.

Malang memang nasib keduanya. Di rumahnya sendiri keduanya harus terusir. Kejadiannya yakni ketika Togap, putra keduanya sedang teramat sangat marah. Hampir empat bulan nganggur dan tidak memiliki pendapatan.

Sebagai orang tua, Tongat meminta Togap bersabar dan berdoa. Akan tetapi, justru Butet ditendang hingga tulang iganya sakit. Ironisnya, istrinya pun emosi dan mengusir mereka.

Tak hanya anak kedua dan mantunya, anak pertama serta si bungsu pun tampak tak mau bersabar dengan kondisi mereka. Seringkali Tongat dan Butet dipukuli oleh anak-anaknya.

“Saya juga enggak nyangka mereka kok bisa segitunya sama orang tua. Saya hanya berdoa semoga mereka sukses. Kalau kami sih umurnya sudah tua, berharap yang terbaik bagi mereka,” jelas Tongat.

Upaya Tongat untuk memberikan hasil penjualan rumahnya kepada yayasan yatim piatu, ternyata diketahui oleh putri keduanya, sebut Memey. Dia datang ke PA dan mencari kedua orang tuanya. Memey mengetahui niat penjualan rumah itu, yakni dari makelar penjualan rumah.

“Bapak ibuk jangan jahat sama anak-anakmu. Sudah tidak bisa ngertiin anak, malah enggak ngasih apa-apa. Jadi orangtua jangan kurang ajar sama anak,” kata Memey mengumpat orang tuanya.

Melihat Memey emosional dan hampir mengobrak-abrik orang tuanya, satpam dan pengunjung PA marah. Mereka justru menarik tangan Memey dan menyuruhnya pergi. Beberapa dari mereka ada yang akan menelepon polisi. “Kualat kau sama orangtua,” kata beberapa pengunjung PA.

Sementara itu, Butet tampak menangis sambil sesekali menjerit. Sang suami terus meminta istrinya diam. Mereka pun akhirnya ditenangkan di warung belakang PA. (jpg/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/