25.6 C
Medan
Monday, May 6, 2024

2012, Bocah Korban Sodomi Tewas di Lokasi yang Sama

FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR Jenazah Abetnego Manurung saat berada di kamar jenazah, Jumat (31/10). Bocah ini diduga korban sodomi.
FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR
Jenazah Abetnego Manurung saat berada di kamar jenazah, Jumat (31/10). Bocah ini diduga korban sodomi.

SUMUTPOS.CO – Warga yang saat itu melayat di kediaman Herbin Manurung menyaksikan penangkapan Deska saat berada di rumahnya. Saat itu, sekira pukul 01.00 WIB jenazah Immanuel Abetnego alias Abed tiba di rumah duka. Saat itu warga Tozai Baru sedang berkumpul untuk melayat. Karena jarak antara rumah Daska dengan Abed hanya berjarak satu rumah.

“Tadi malam sekitar jam 03.00 WIB dia (Deska, red) ditangkap polisi. Memang, tadi malam polisi terus mengikuti abangnya (Hendrik Sitinjak, Red) yang datang melayat,” terang warga saat ditemui di rumah duka.

Pria berusia sekitar 40-an tersebut mengatakan bahwa sebelumnya, warga juga telah mencurigai Deska sebagai pelaku pembunuhan tersebut. Pasalnya, saat keluarga melakukan pencarian dia sempat menghilang. “Dia sempat nampak, tapi cuma sebentar. Abis itu dia nggak nampak lagi,” ucapnya.

Selain itu, salah seorang petugas kepolisian yang juga ditemui di rumah duka membenarkan bahwa malam itu beberapa personel Sat Reskrim Polres Siantar yang berpakaian preman berada di rumah duka, termasuk di depan rumah pelaku.

“Ada beberapa personel Reskrim yang berjaga dan terus mengikuti abang pelaku sampai abang pelaku itu masuk ke rumahnya,” terangnya.

Sekira pukul 03.00 WIB petugas melakukan penggerebekan ke rumah Tijau Laut Sitinjak (orang tua Daska, red) setelah mengumpulkan informasi dari lokasi kejadian. “Setelah mengumpulkan informasi dan mengarah kepada Daska makanya langsung dilakukan penggerebekan di rumahnya,” jelasnya.

E Manurung (30) salah seorang keluarga Abed mengatakan, selama ini Daska kerap bermain dengan anak-anak yang berada di sekitar rumahnya. Namun, Daska bukan hanya bermain dengan anak-anak, dia juga memiliki teman seusianya. Hanya saja, karena Daska yang sedikit pendiam teman-teman seusianya jarang bersamanya.

“Dia sering mangkal di warung (tak jauh dari rumahnya, red). Memang, selama ini dia itu sering main sama anak-anak dan yang ku tahu kalau selama ini dia (Daska, red) anak kesayangan orang tuanya. Jadi wajar saja kalau malam setelah ditemukan mayat Daska ia disembunyikan orang tuanya,” jelas pria yang mengenakan topi hitam tersebut.

 

Korban Anak Rajin

Abed dikenal sebagai anak yang pintar dan rajin. Hal tersebut diucapkan teman sekelas Abed, Wira Dika Haloho (6). Ia mengakui bahwa saat di sekolah memang Abed anaknya sedikit nakal, tetapi ia juga anak yang pintar.

“Dia bisa baca, sudah lancar pun dia bacanya, tulisannya pun cantik, Om,” katanya.

Hal senada juga dikatakan Bram Nababan (11), teman dekat rumah Abed. Ia mengatakan bahwa selama ini Abed memang anak yang baik. “Kalau dia (Abed, red) itu baik, cuma ada satu kawannya suka main kasar, suka lempar batu kalau nggak suka sama orang,” jelasnya.

 

Tahun 2012, Ada Korban di Lokasi yang Sama

Bram juga mengatakan bahwa sebelum kejadian tersebut, Daska juga pernah melukai seorang wanita yang tinggal di sekitaran Tozai Baru. Ia menceritakan bahwa saat itu wanita tersebut sedang berada di areal perladangan ubi dan Daska datang seraya marah-marah dan mengatakan bahwa ladang tersebut milik orang tuanya.

Kemudian, Daska yang emosi mengayunkan cangkul ke tangan wanita tersebut hingga luka cukup parah. “Pernah polisi datang, tapi berdamai, Om,” katanya.

Beberapa tahun yang lalu, Angga salah seorang bocah yang masih berusia sekitar 7 tahun juga ditemukan tak bernyawa di sekitar temuan mayat Abed. Dengan lugunya ia menceritakan bahwa saat itu Angga ditemukan tak bernyawa dengan keadaan setengah telanjang dan wajah yang terluka.

“Dia (Angga, red) ditemukan enggak pakai celana, mukanya luka-luka. Itu kejadiannya tahun 2012 waktu itu dia masih kelas II,” ucapnya. (lud/smg)

FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR Jenazah Abetnego Manurung saat berada di kamar jenazah, Jumat (31/10). Bocah ini diduga korban sodomi.
FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR
Jenazah Abetnego Manurung saat berada di kamar jenazah, Jumat (31/10). Bocah ini diduga korban sodomi.

SUMUTPOS.CO – Warga yang saat itu melayat di kediaman Herbin Manurung menyaksikan penangkapan Deska saat berada di rumahnya. Saat itu, sekira pukul 01.00 WIB jenazah Immanuel Abetnego alias Abed tiba di rumah duka. Saat itu warga Tozai Baru sedang berkumpul untuk melayat. Karena jarak antara rumah Daska dengan Abed hanya berjarak satu rumah.

“Tadi malam sekitar jam 03.00 WIB dia (Deska, red) ditangkap polisi. Memang, tadi malam polisi terus mengikuti abangnya (Hendrik Sitinjak, Red) yang datang melayat,” terang warga saat ditemui di rumah duka.

Pria berusia sekitar 40-an tersebut mengatakan bahwa sebelumnya, warga juga telah mencurigai Deska sebagai pelaku pembunuhan tersebut. Pasalnya, saat keluarga melakukan pencarian dia sempat menghilang. “Dia sempat nampak, tapi cuma sebentar. Abis itu dia nggak nampak lagi,” ucapnya.

Selain itu, salah seorang petugas kepolisian yang juga ditemui di rumah duka membenarkan bahwa malam itu beberapa personel Sat Reskrim Polres Siantar yang berpakaian preman berada di rumah duka, termasuk di depan rumah pelaku.

“Ada beberapa personel Reskrim yang berjaga dan terus mengikuti abang pelaku sampai abang pelaku itu masuk ke rumahnya,” terangnya.

Sekira pukul 03.00 WIB petugas melakukan penggerebekan ke rumah Tijau Laut Sitinjak (orang tua Daska, red) setelah mengumpulkan informasi dari lokasi kejadian. “Setelah mengumpulkan informasi dan mengarah kepada Daska makanya langsung dilakukan penggerebekan di rumahnya,” jelasnya.

E Manurung (30) salah seorang keluarga Abed mengatakan, selama ini Daska kerap bermain dengan anak-anak yang berada di sekitar rumahnya. Namun, Daska bukan hanya bermain dengan anak-anak, dia juga memiliki teman seusianya. Hanya saja, karena Daska yang sedikit pendiam teman-teman seusianya jarang bersamanya.

“Dia sering mangkal di warung (tak jauh dari rumahnya, red). Memang, selama ini dia itu sering main sama anak-anak dan yang ku tahu kalau selama ini dia (Daska, red) anak kesayangan orang tuanya. Jadi wajar saja kalau malam setelah ditemukan mayat Daska ia disembunyikan orang tuanya,” jelas pria yang mengenakan topi hitam tersebut.

 

Korban Anak Rajin

Abed dikenal sebagai anak yang pintar dan rajin. Hal tersebut diucapkan teman sekelas Abed, Wira Dika Haloho (6). Ia mengakui bahwa saat di sekolah memang Abed anaknya sedikit nakal, tetapi ia juga anak yang pintar.

“Dia bisa baca, sudah lancar pun dia bacanya, tulisannya pun cantik, Om,” katanya.

Hal senada juga dikatakan Bram Nababan (11), teman dekat rumah Abed. Ia mengatakan bahwa selama ini Abed memang anak yang baik. “Kalau dia (Abed, red) itu baik, cuma ada satu kawannya suka main kasar, suka lempar batu kalau nggak suka sama orang,” jelasnya.

 

Tahun 2012, Ada Korban di Lokasi yang Sama

Bram juga mengatakan bahwa sebelum kejadian tersebut, Daska juga pernah melukai seorang wanita yang tinggal di sekitaran Tozai Baru. Ia menceritakan bahwa saat itu wanita tersebut sedang berada di areal perladangan ubi dan Daska datang seraya marah-marah dan mengatakan bahwa ladang tersebut milik orang tuanya.

Kemudian, Daska yang emosi mengayunkan cangkul ke tangan wanita tersebut hingga luka cukup parah. “Pernah polisi datang, tapi berdamai, Om,” katanya.

Beberapa tahun yang lalu, Angga salah seorang bocah yang masih berusia sekitar 7 tahun juga ditemukan tak bernyawa di sekitar temuan mayat Abed. Dengan lugunya ia menceritakan bahwa saat itu Angga ditemukan tak bernyawa dengan keadaan setengah telanjang dan wajah yang terluka.

“Dia (Angga, red) ditemukan enggak pakai celana, mukanya luka-luka. Itu kejadiannya tahun 2012 waktu itu dia masih kelas II,” ucapnya. (lud/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/