MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rianto Marihot Silaen (35) warga Jalan HM Said No 108, Kampung Durian, Medan Perjuangan tewas bersimbah darah di pinggir persawahan Komplek PTP IV Martubung, Jl. Yos Sudarso KM 12,5, Medan Labuhan. Kuat dugaan karyawan Summit Oto Finance itu jadi korban perampokan dan pembunuhan.
Jasad kaku Rianto pertama kali ditemukan warga yang melintas di lokasi, Minggu (2/11) sekira pukul 07.00 WIB. Selain wajahnya dipenuhi luka memar dan membiru akibat hantaman benda tumpul, di leher korban juga ditemukan luka bekas jeratan tali.
Saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi hanya menemukan selembar fotocopy KTP di saku kanan celana Rianto. Sedang sepeda motor Honda Vario BK 6306 ACK, hape dan dompet miliknya raib. Untuk keperluan otopsi, pagi itu juga petugas memboyong jenazah korban ke RSUD dr Pirngadi Medan.
Sementara itu, saat ditemui di kamar mayat, abang kandung korban Bismar Erwin Silaen (40) mengaku dapat kabar duka ini setelah menerima telepon dari kakaknya, Hasnah boru Silaen (48). Ketika itu, Hasnah mengadu kalau Rianto, anak bungsu (Rianto) dari 9 bersaudara itu semalaman tak pulang ke rumah.
“Awalnya saya ditelepon kakak jam 7 pagi tadi, membilangkan kalau dia tak pulang. Karena kawatir, jadi aku datanglah ke rumah mamak di Kampung Durian,” kenang Bismar yang tinggal di kawasan Sei Mati Belawan itu.
Saat menuju ke Kampung Durian, Bismar juga sempat melihat kerumunan warga di sekitar komplek PTPN IV Martubung. Karena penasaran, pria yang sehari-hari jualan pulsa itu sempat berhenti di lokasi. Ketika itu Bismar mengaku sempat melihat mayat seorang pria tergeletak di pinggir sawah. Bismar mengaku tak mengenali karena saat itu wajah korban yang ternyata adik kandungnya itu telah membengkak dan tertimpa broti dan batang kayu.
“Sempat kulihat mayatnya. Aku tak kenal karena mukanya bengkak, jadi kutinggalkan saja. Aku lanjut ke Kampung Durian,” beber Bismar.
Setiba di Kampung Durian, Bismar dan keluarganya sempat berunding untuk mencari Rianto. Sebelum mencari, Bismar menanyakan pakaian yang dikenakan korban terakhir pergi dari rumah. Mendengar ciri-ciri korban, Bismar sontak kaget.
“Jadi dibilanglah ciri-ciri adikku itu, pas kali dengan ciri-ciri mayat pria yang kulihat di Jl. KL Yos Sudarso itu. Pas kubilang gitu, langsung nangislah kakak sama mamak di rumah. Saat itu juga aku kembali lagi ke lokasi. Memang benar, mayat itu adikku,” kenangnya. Bismar juga yakin adiknya dihabisi perampok.
“Keretanya sama barang-barangnya yang lain hilang. Tak ditemukan disitu, makanya kami menduga kalau dia ini dirampok dan dibunuh,” kata Bismar. Singkat cerita, setelah diotopsi sekira pukul 17.00 WIB, jasad korban pun dibawa ke rumah duka. Jerit tangis sontak pecah di rumah yang juga jadi counter pulsa milik korban.
Nuria Panjaitan (70), ibu kandung korban tampak sangat terpukul dengan kejadian itu. Sangkin syoknya, berkali-kali ia harus dipapah karena nyaris pingsan. “Dang tar taon au amang, hatop ma ho laho amang na burju. Amang boa nama si taon on ku amang. (Tak tertahan kan ku nak, begitu cepat kau pergi anakku yang baik, seperti apa aku menahan ini nak),” ratap ibu sembari memeluk jenazah Rianto.
Sementara Hasnah mengaku Rianto pamit keluar rumah pada Sabtu (1/11) sekira pukul 15.00 WIB. Sore itu korban yang membawa uang Rp10 juta mengaku ingin belanja saldo pulsa dan aksesoris handphone.
“Semalam dia pamitan mau beli saldo pulsa, cuma tak tahu beli kemana. Berangkatlah dia naik keretanya,” kenang kakak korban. Karena tak pulang hingga pukul 18.00 WIB, keluarga korban sempat panik. Apalagi selama ini korban tak pernah keluar rumah dalam waktu yang lama.
“Jam 6 sore kutelepon, tak aktif handphonenya. Di situ kami sudah panik, sempat kami tanya ke kawan-kawannya yang kami kenal, tapi tak ada. Dan pagi tadi jam 7, kami teleponlah abangnya yang di Belawan karena seharian si Rianto tak pulang, tapi inilah yang kami dapat. Dia pulang dalam keadaan tak bernyawa,” lirih Hasnah.
Soal uang Rp10 juta milik korban juga dibenarkan oleh Bismar. “Dia kalau belanja pulsa paling sedikit bawa Rp10 juta, karena dia pasti belanja banyak itu,” jelas Bismar. Ditanyai kapan jasad korban akan dikebumikan? Bismar mengatakan masih menunggu hasil musyawarah keluarga. “Menunggu diskusi dari keluarga dulu, kalau tidak di Samosir mugkin di Kuta Cane lah,” katanya.
Hingga berita ini dilansir, petugas Polsek Medan Labuhan mengaku kesulitan mengungkap kasus ini karena pihak keluarga korban belum datang membuat laporan resmi sekaligus memberi keterangan. Bukan hanya itu, pihak keluarga juga enggan memberikan nomor hape korban. Padahal nomor itu penting untuk melacak panggilan terakhir ke hape korban. “Pihak keluarga malah berdalih kalau korban ini hanya memakai handphone tipe lama,” ucap penyidik polsek Medan Labuhan, Brigadir Suryadi.
Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Ronny Oktavianus Sitompul yang ditemui terpisah mengaku pihaknya masih menyelidiki kasus ini. “Masih kita lakukan penyelidikan, besar kemungkinan ini adalah korban perampokan dan pembunuhan. Pasalnya barang berharga milik korban tak ditemukan di lokasi,”ucap Ronny sembari mengatakan korban merupakan karyawan di Leasing Oto Summit bagian penagihan. (wel/mag-1/deo)