SUMUTPOS.CO – Ada rasa penyesalan Tongat (50), nama samaran, yang begitu besar. Kesalahan yang dilakukan dalam hidupnya tak akan pernah dilupa. Kesalahan itu sangat fatal. Tidak hanya membuat biduk rumah tangganya hancur, tapi juga istri dan kedua anaknya pindah agama.
Sikapnya yang keras dan ucapannya yang sangat kasar membuat sakit hati. Istri dan anaknya pun menghilang selama 10 tahun. Mereka dipertemukan saat istrinya mengajukan gugatan cerai.
Tongat tampak merasa sangat bersalah. Jika waktu bisa berputar, dia mengaku akan berusaha menjadi pria penyabar dan tidak terlalu banyak komentar.
“Biasa, dulu masih muda suka marah-marah. Kalau kerja gak ada hasilnya, ya marah ke mereka (anak dan istri, red). Pernah saya sampai terbawa emosi dan menampar mereka juga. Istri sempat kesal dan minggat. Meski begitu saya masih sayang mereka. Saya menunggu mereka balik ke rumah,” ungkap Tongat di sela sidang gugatan cerainya.
Namun waktu berganti waktu, Tongat mengaku tidak pernah lagi bertemu dengan istri dan anaknya. Dia banting tulang untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Apapun profesi pekerjaan dilakoninya.
Dia pernah bekerja sebagai sales, tukang perbaikan rumah, sampai kini ia bisa mempunyai dua toko distribusi air minum dan peralatan rumah tangga. Selama tidak ada anak maupun istrinya, Tongat sering main ke rumah keluarganya yang tidak jauh dari rumahnya.
Tongat menyatakan kalau dirinya sangat merindukan istri dan anak-anaknya, meski mereka belum kunjung kembali. Ia pun mengaku sangat menyesali semua sikap dan perkataannya kepada istri dan anak-anaknya.
“Bukan hanya karena telah membikin mereka minggat dari rumah, saya lebih menyesal karena anak-anak dan istri saya sampai keluar agama gara-gara sikap saya dahulu. Sungguh ini menjadi tanggungan saya kelak di akhirat,” kata Tongat.
SUMUTPOS.CO – Ada rasa penyesalan Tongat (50), nama samaran, yang begitu besar. Kesalahan yang dilakukan dalam hidupnya tak akan pernah dilupa. Kesalahan itu sangat fatal. Tidak hanya membuat biduk rumah tangganya hancur, tapi juga istri dan kedua anaknya pindah agama.
Sikapnya yang keras dan ucapannya yang sangat kasar membuat sakit hati. Istri dan anaknya pun menghilang selama 10 tahun. Mereka dipertemukan saat istrinya mengajukan gugatan cerai.
Tongat tampak merasa sangat bersalah. Jika waktu bisa berputar, dia mengaku akan berusaha menjadi pria penyabar dan tidak terlalu banyak komentar.
“Biasa, dulu masih muda suka marah-marah. Kalau kerja gak ada hasilnya, ya marah ke mereka (anak dan istri, red). Pernah saya sampai terbawa emosi dan menampar mereka juga. Istri sempat kesal dan minggat. Meski begitu saya masih sayang mereka. Saya menunggu mereka balik ke rumah,” ungkap Tongat di sela sidang gugatan cerainya.
Namun waktu berganti waktu, Tongat mengaku tidak pernah lagi bertemu dengan istri dan anaknya. Dia banting tulang untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Apapun profesi pekerjaan dilakoninya.
Dia pernah bekerja sebagai sales, tukang perbaikan rumah, sampai kini ia bisa mempunyai dua toko distribusi air minum dan peralatan rumah tangga. Selama tidak ada anak maupun istrinya, Tongat sering main ke rumah keluarganya yang tidak jauh dari rumahnya.
Tongat menyatakan kalau dirinya sangat merindukan istri dan anak-anaknya, meski mereka belum kunjung kembali. Ia pun mengaku sangat menyesali semua sikap dan perkataannya kepada istri dan anak-anaknya.
“Bukan hanya karena telah membikin mereka minggat dari rumah, saya lebih menyesal karena anak-anak dan istri saya sampai keluar agama gara-gara sikap saya dahulu. Sungguh ini menjadi tanggungan saya kelak di akhirat,” kata Tongat.